Management Editor's Choice Strategy

Cara Central Protein Prima Menjaring Karyawan Pengurus Tambang Udang

Cara Central Protein Prima Menjaring Karyawan Pengurus Tambang Udang

Adi Mandala, Head of Training and Development HRD PT Central Protein Prima (CPP) menjelaskan, CPP merupakan perusahaan terintegrasi aquaculture business, karena produksi utamanya adalah udang. CPP dikenal sebagai perusahaan budidaya udang yang terintegrasi dari hulu ke hilir. Mulai dari bibit, benur, pakan, tambak hingga pengolahaan serta distribusi hasil olahannya.

Nah di perusahaannya ini, menurut Adi, masalah yang menjadi tantangannya adalah soal turn over karyawan yang tinggi di posisi tertentu, hingga sekitar 20 persen. “Posisi turn over karyaawan yang tinggi terutama di karyawan yang berada di tambak,” ujarnya kepada Herning Banirestu. Selain itu, karyawan yang ditempatkan di daerah pengembangan seperti Sulawesi dan Kalimantan. Mereka inginnya bekerja di Pulau Jawa saja atau paling jauh di Lampung. Melihat hal ini, perusahaan perlu melakukan sesuatu kalau tidak, CPP akan bleeding terus.

Adi Mandala

Adi Mandala, Head of Training and Development HRD PT Central Protein Prima (CPP)

Masalahnya bekerja di tambak bukanlah berada di daerah yang tidak ramai. Tidak ada mal atau hiburan lain. Kedua, bekerja di tambak, orang tidak merasa bangga karena tidak dikenal, tidak seperti bekerja di bank atau perusahaan telekomunikasi.

“Menarik talent-nya tidak mudah, ditambah menemukan orang yang passion yang di perikanan pun tidak mudah. Bahkan kami lakukan survei kecil-kecilan, mahasiswa yang kuliah di perikanan pun belum tentu mau bekerja di bidang perikanan,” ungkapnya. Di sisi lain, pihaknya tetap harus mempunyai orang yang mengurusi tambak-tambaknya.

Selain itu, menurut Adi, mereka yang minat sekolah atau kuliah di perikanan pun makin tahun makin berkurang. Karena kuliah di perikanan tidak dianggap keren oleh sebagian besar orang tua. Sehingga tidak mendorong anak-anaknya kuliah di perikanan.

“Beberapa langkah yang kami lakukakan menghadapi tantangan tersebut adalah pertama kami mulai melakukan penyesuaian terhadap derajat lulusan yang kami ujarnya.

adi mandala (tegak)

Kedua, pihaknya melakukan “penghematan orang” maksudnya, jika ada posisi yang tidak memerlukan penggantian orang, tidak dilakukan penggantian. Artinya jika ada turn over karena pensiun atau resign, tidak perlu diganti, jika satu orang bisa dipromosikan dengan melakukkan dua job, itu lebih dipilih CPP. Jadi pihaknya menggunakan pola efektif.

“Tetapi tetap saja, tambak harus ada orang yang mengurus, jika dari 10 orang jadi 8 orang, tetap saja harus ada orang itu, tidak bisa tidak ada sama sekali,” katanya.

Nah untuk itu dijalankanlah program STAR (Scholarship of talent for aquaculture regeneration). Tujuan STAR ini untuk mendapatkan lebih awal para karyawan yang bisa mengelola plasma tambaknya. Ini sudah mulai dijalankan pada akhir 2013. “Kami sampaikan ke BOD, karena kondisinya seperti ini, bisa-bisa CPP akan mendapatkan orang-orang dengan grade rendah,” ujarnya. Programnya sebenarnya ada dua dibawah STAR, yaitu memberikan beasiswa pada mahasiswa di semester terakhir. Kedua, CPP membuat program diploma khusus yang bekerja sama dengan Politeknik Negeri Lampung, dengan membuat program diploma perikanan.

Diakui Adi ini seperti cara “ijon” pada mahasiswa. CPP terus terang ke mahasiswa bahwa ada program beasiswa dengan ikatan dinas. “Kami tawarkan salary yang kompetitif juga, dengan karier yang menjanjikan juga. Bahkan mereka ada kesempatan berkarier di India, karena CPP sedang ekspansi ke India,” imbuhnya. Saat ini ada 43 orang sudah mengikuti beasiswa ini. Sedang yang sudah mengikuti diploma khusus dengan Politeknik Negeri Lampung sebanyak 25 orang. Nah, yang ini diambil dari orang sekitar pertambakan yang ingin kuliah lagi di Politeknik Negeri Lampung di bidang perikanan. Para mahasiswa ini mendapat tunjangan kuliah Rp 1 juta per bulan dan juga dibayarkan SPP-nya. Setelah itu mereka harus ikatan dinas selama 2 tahun dengan CPP.

“Yang 43 orang itu sudah bekerja di kami selama 2 bulanan, di tambak tambak kami,” imbuhnya. Ada 30 orang yang sudah ditempatkan di tambak CPP di Lampung dan Ogankomering Ilir. Dan sisanya 13 orang sedang menjalani pendidikan training di Jawa Timur. Training yang akan ditempatkan di tambak-tambak ini belajar dua hal, yaitu budidaya udang dan ikan. Mereka akan tahu dua bidang budidaya ini. Setelah lulus kuliah dan mulai bekerja, mereka langsung menempati posisi sebagai supervisor. Pihaknya sudah mulai mengambil untuk batch kedua. Batch pertama yang 43 orang itu tadi.

“Mereka langsung tahu apa posisinya, bagaimana perkembangan kariernya. Karena kami ada komite karier yang menentukan siapa yang akan dipromosikan,” jelasnya.

Jarak antara supervisor dengan manajer kata Adi sangat jauh, dalam arti banyak manajer yang sudah menjelang pensiun, sedang supervisornya masih sedikit sebagai penggantinya. Jadi CPP mengalami aging force. Turn over cepat dan rendah regenerasi, sedang yang diedukasi cepat dibajak orang. Ini menjadi tantangan terbesar CPP juga. “Banyak perusahaan sejenis yang lebih baik membajak dari CPP yang sudah giat mendidik, dengan mengiming imingi karyawan dengan gaji tinggi,” ungkapnya.

Untuk mengejar ini, CPP melakukan perluasan juga tidak hanya mengambil lulusan jurusan perikanan. Tahun ini pihaknya sudah mencoba mengambil dari jurusan lain. Saat ini CPP sudah bekerja sama dengan beberapa universitas yaitu IPB, Sekolah Tinggi Ilmu Perikanan, Politeknik Negeri Pontianak, Politeknik Negeri Pangkem, Politeknik Negeri Kupang, selain Politeknik Negeri Lampung tadi. “Kami merasakan juga jomplangnya tingkat pendidikan Indonesia Timur dengan Indonesia Barat, maka itu kami melakukan training lagi di Jawa Timur itu,” tutur lulusan Psikologi Unpad ini.

Untuk tidak dibajak lagi, Adi mengakui memang itu tidak bisa dihindari. Namun pihaknya selalu mengingatkan bagaimana CPP ingin karyawan terus tumbuh dan berkembang, dengan memberikan peluang itu. “Kalau ingin bekerja di perikanan, CPP adalah yang terbesar, tidak ada perusahaan lain sebesar kami di Indonesia. Jadi kami tawarkan peluang karier yang luas,” ujarnya. Bahkan untuk salary pihaknya menawarkan yang kompetitif. Tapi ia akui kalau dibandingkan dengan industri lain seperti bank tentu saja pihaknya tidak bisa berkompetisi. Saat ini karyawan CPP ada 6.500 orang, sedang yang mengelola tambak-tambak ada 3.000-an orang.

“Setiap tahun paling tidak kami mendapatkan 50-an orang baru yang bisa mengelola tambak melalui STAR, itu sudah cukup memenuhi kebutuhan kami,” jelasnya. Selain itu, pihaknya mengadakan program, karyawan yang berhasil menarik karyawan baru yang bisa melewati masa percobaan selama 3 bulan, karyawan itu mendapat reward khusus. “STAR ini akan terus berjalan multiyears, setidaknya hingga 2017 akan dievaluasi. Kami tahun depan akan mulai rekrut mahasiswa khusus untuk jadi karyawan kami di India, mereka akan jadi ekspatriat di sana,” kata pria yang sudah bekerja 3 tahunan di CPP ini. (***)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved