Management Strategy

Desa Wisata Paling Dicari Turis Asing

Desa Wisata Paling Dicari Turis Asing

Indonesia dengan ratusan ribu pulau dan budaya dan beraneka ragam punya banyak tempat-tempat wisata yang menarik untuk dikunjungi. Nila Tanzil, seorang konsultan travel dan pendiri Taman Bacaan Pelangi, menilai Indonesia dengan pegunungan yang indah, pemandangan bawah laut yang menawan, serta sejarah dan budaya yang khas, seharusnya punya daya tarik sangat besar dibandingkan negara lain.

“Saya pergi berwisata ke Timur Indonesia hampir setiap bulan. Selain mengurus Yayasan Pelangi, yang fokus menyediakan taman bacaan di Indonesia Timur, saya juga sering mencuri waktu untuk mengeksplorasi keindahan alam dan budaya di sana, misalnya, Flores,” katanya.

Menurutnya, pemerintah RI seharusnya menonjolkan potensi wisata budaya dan bawah lautnya. Negara-negara lain di Asia seperti Malaysia dan Thailand memang punya keindahan pegunungan dan pantai yang mirip dengan Indonesia. Tapi, Indonesia lebih unggul dari sisi sejarah budaya dan keindahan bawah laut.

“Saya pernah menjelajah ke beberapa negara. Kesimpulannya, Indonesia lebih menarik dibandingkan negara lain. Sayang, infrastruktur masih menjadi persoalan terbesar di sini,” kata dia.

Nila Tanzil takjub dengan potensi Desa Wisata di Indonesia. (IST))

Nila Tanzil takjub dengan potensi Desa Wisata di Indonesia.

Ia mencontohkan perjalanan wisata ke Indonesia Timur yang harus melewati perjuangan berat. Sarana transportasi sangat sulit dan tidak ada informasi yang memadai untuk turis yang datang berkunjung. Padahal, di negara lain, informasi ini tersedia di pelabuhan, bandara, terminal, lengkap dan gratis.

Ia membagi pengalaman melancong ke Indonesia Timur dan membandingkannya dengan kunjungannya ke Thailand. Ternyata, wisata ke Indonesia Timur jauh lebih mahal. Dari mulai harga tiket pesawat hingga transportasi lainnya untuk menuju ke lokasi. Contoh, saat ia berwisata ke Banda, Ambon. Nila mesti menyewa speedboat seharga Rp25 juta untuk sekali jalan karena jadwal kapal Ferry yang tidak jelas.

“Indonesia punya banyak desa wisata yang seharusnya bisa dikembangkan dengan benar. Terakhir, saya mengunjungi Desa Wae Rebo di Flores. Di sana ada 7 rumah asli Flores yang hanya ditinggali oleh 8 keluarga dan masih memegang teguh adat-istiadat setempat sehingga mendapat pengakuan dari UNESCO. Namun, sekali lagi untuk menuju ke sana, diperlukan waktu sekitar 4 jam. Infrastruktur jalan belum memadai,” kata Nila.

Selain membangun infrastruktur, ia menyebut pentingnya pemerintah memberikan pelatihan kepada masyarakat desa setempat tentang pelayanan, keramahan kepada wisatawan, serta menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas. Pelatihan soal kebersihan juga perlu menjadi perhatian, baik untuk toilet, tempat penginapan, makanan, serta resto. Jika tidak dibenahi, banyak turis asing yang kemungkinan enggan untuk datang lagi di kemudian hari.

“Memang ada sebagian yang sudah dikelola dengan baik dan profesional. Tapi sebagian yang lain masih jauh dari standar. Di Desa Sade Lombok, mosalnya, banyak warga yang menjajakan produk di depan rumah. Seharusnya itu tidak boleh dilakukan. Turis yang datang pasti akan terganggu apalagi jika ada anak-anak yang memaksa untuk membeli,” katanya. (Ario Fajar)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved