Management

Ekonomi Kreatif Terpa Bisnis Media

Ekonomi Kreatif Terpa Bisnis Media

Angin ekonomi kreatif sudah berhembus lewat jendela bisnis media pula. Sepeninggal era ekonomi informasi di negeri ini, pemimpin pasar media tidak ditentukan oleh sarana digital, tetapi pertama-tama oleh kreativitas yang ditawarkan buat pembaca. Demikianlah yang ditandakan oleh salah satu perusahaan penerbit majalah gaya hidup perempuan, Trinaya Media. Perusahaan media tersebut menerbitkan 9 judul majalah dalam negeri, di antaranya Kartini dan Kartika, serta majalah berlisensi internasional seperti Elle dan Marie Claire.

“Bukan cuma kecepatan yang tentukan posisi sebuah media dalam kancah persaingan, melainkan juga kreativitas,” ungkap Managing Director Trinaya Media, K. Nina Adelia, pada SWA online (4/2). Belajar dari pengalaman sulitnya membangkitkan majalah Kartini kembali setelah sempat tidak terbit sepanjang 1998-1999, Trinaya ingin mengejar ketertinggalan majalah Elle dari pesaing. Bukan hanya sesama majalah cetak, melainkan majalah digital juga.

Managing Director Trinaya Media, K. Nina Adelia

Karena itulah majalah terbitan prinsipal Prancis ini menggebrak pasar media cetak dengan edisi 1000 halaman pada bulan April 2011. “Padahal Elle baru berusia 4 tahun waktu itu,” kata Nina sambil mengiyakan. Elle nekad mewujudkan ide ini demi membuat pembaca majalah jatuh cinta pada terbitan cetak. “Ketebalan 1000 halaman ini merupakan suatu hal yang sukar diakomodasi majalah digital. Mau tak mau, mata pembaca bakal lelah memelototi layar,” katanya menerangkan alasan.

Nina menambahkan, kreativitas tak selalu berupa ide yang sama sekali baru. Ide yang pernah digunakan perusahaan lain sah-sah saja dipelajari, diperkaya sesuai tantangan yang timbul, kemudian diterapkan. Sebelum Elle menerbitkan edisi 1000 halaman yang bertepatan dengan hari jadi majalah tersebut, majalah gaya hidup lain sudah menempuh langkah yang sama. Sayangnya, hasil yang tercapai hanya 630 halaman dengan jumlah iklan kurang dari 300.

Layaknya efek bola salju, penerbitan Elle 1000 halaman mengundang makin banyak perusahaan untuk beriklan. “Klien yang dulunya tidak memandang Elle kini justru mendekati duluan. Ada lagi segelintir klien yang hanya beriklan di Elle dari sekian banyak majalah gaya hidup perempuan,” ungkap Nina yang bergabung dengan Trinaya Media sejak 2001. Meski bukan edisi pertama yang menelurkan edisi 1000 halaman, Elle Indonesia mendapat perhatian dari Elle International Conference.

Artinya tahun ini, media cetak tak perlu takut pada media digital. Asalkan betul-betul kreatif, media cetak masih sanggup merebut sebagian besar pangsa pasar di Indonesia. Tak sedikit pula media cetak yang menerbitkan edisi digital untuk bertahan di hati pembaca yang didominasi pengguna jejaring sosial. Contohnya Kompas, Tempo, Bisnis Indonesia. (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved