Management Editor's Choice

Fokus Indofood Tahun 2013: Meningkatkan Sinergi

Fokus Indofood Tahun 2013: Meningkatkan Sinergi

Produsen makanan terkemuka, PT Indoffod Sukses Makmur Tbk, memandang tahun 2013 tetap menjanjikan pertumbuhan yang tinggi, seiring dengan tingginya pertumbuhan ekonomi. Maklum, produk Indofood terkait dengan pertumbuhan ekonomi, yang di dalamnya termasuk pertumbuhan kelas menengah. Apa saja langkah yang akan dilakukan Indofood tahunm 2013, Franky Welirang, Direktrur PT Indofood Sukses Makmur, mengungkapkannya kepada Denoan Rinaldi. Berikut adalah wawancaranya:

Fransiscus Welirang, Indofood, makanan, bisnis, swa, strategi, 2013, pertumbuhan, SWA

Fransiscus Welirang

Pertumbuhan bisnis yang cukup bagus di tahun 2012, apakah akan terus berlanjut di tahun 2013? Faktor-faktor apa yang mendorongnya?

Bagi kami, prospek pertumbuhan 2013 akan terus berlanjut. Semua prediksi mengatakan bahwa tahun depan lebih baik dari tahun ini. Faktor-faktor pendorongnya ialah GDP. Produk kami adalah produk makanan dan konsumer, walau kami juga memiliki usaha di industri dasar seperti tepung terigu dan perkebunan. Produk-produk kami terkait dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia di mana di dalamnya kelas menengah tumbuh signifikan. Oleh karena itu tantangannya adalah bagaimana mengakomodasi tuntutan kelas menengah. Itu merupakan faktor utama atau key drive yang mendorong pertumbuhan di tahun depan.

Faktor-faktor apa saja yang anda rasakan menghambat pertumbuhan bisnis Indofood?

Infrastruktur tetap menjadi masalah dan tantangan untuk dihadapi. Yang termasuk infrastruktur yaitu jalan dan pelabuhan karena Indonesia terdiri dari kepulauan. Efisiensi dan efektivitas pelabuhan domestik kita merupakan tantangan bagi kami karena kami menginginkan distribusi produk kami lebih lancar dan mudah.

Faktor risiko yang juga jadi potensi masalah bagi kami adalah gini ratio atau indeks gini (tingkat kesenjangan antar penduduk). Tentu hal ini merupakan masalah nasional yang harus diperhatikan. Hal ini cenderung merupakan cerminan dari kebijakan pemerintah dalam menyelesaikan masalah ini. Menurut saya ini juga merupakan faktor penghambat karena kekuatan Indonesia adalah pasar domestiknya.

Apakah energi juga merupakan faktor penghambat pertumbuhan bisnis Indofood pada 2013?

Ya. Terdapat dua faktor dalam hal energi ini, yaitu kelistrikan dan kebijakan energi alternatif yang berjalan. Semua itu merupakan tantangan bagi industri, bagaimana industri melihat dan mengelola dirinya sendiri. Indofood sendiri juga sudah melihat dan membidik energi alternatif. Misalnya, yang fuel base, pabrik-pabrik di daerah Kalimantan sudah menggunakan coal dan gas.

Kemudian, bagaimana semua unit harus menaati satu standar kebijakan energy saving. Misalnya menggunakan semua lampu yang hemat energi. Kebijakan terkait penghematan energi ini sudah dilakukan sejak lima tahun lalu. Saat ini, untuk penerangan di luar pabrik kami menggunakan tenaga surya. Itu merupakan hal standar bagi manajemen yang harus dilakukan. Untuk waktu pelaksanaannya, bergantung pada manajemen sendiri. Perkembangan energi alternatif ini terus kami share ke semua manajemen. Jadi, tinggal mereka sendiri kapan akan melaksanakan hal itu. Jadi, sudah ada kebijakan mengenai energi alternatif. Namun kami tidak menentukan target-target tertentu dalam hal ini.

Hal ini juga berlaku sama bagi emisi. Saat ini memang kami belum menghitung emisi kami. Saya harus akui bahwa kami belum menghitung emisi kami. Namun kami terus megupayakan ke arah sana.

Bagaimana mengenai tenaga kerja? Apakah juga menjadi faktor penghambat? Untuk tenaga kerja, kami selalu lakukan pelatihan. Kami merupakan perusahaan yang sudah berumur sekitar 40 tahun dan pada tiap level manajemen sudah terdapat kader-kader yang dibentuk melalui management trainee. Kami memiliki struktur jelas berdasarkan masing-masing unit dengan kebijakan yang standar, namun tentunya terdapat penyesuaian di masing-masing unit.

Dalam hal itu juga terdapat standar career path. Hal yang selalu menjadi masalah adalah adjustment, misalnya terkait kenaikan upah minimum provinsi (UMP) yang naik 44%. Kalau naik ke Rp 1,9 juta atau naik 30%, masih manageable. Kami akan adakan evaluasi mengenai ini. Mereka (pendukung kenaikan UMP, Red.) hanya melihat UMP sebagai standar kelayakan hidup. Namun, bagi kami hidup layak bukan hanya uang. Kami memiliki fringe benefit, yang di Undang-Undang terdpat 40 macam fringe benefit, yaitu mulai dari santunan orang tua meninggal, anak meninggal, menikah, kesehatan, dan lainnya.

Masalah adjustment, yaitu sundulan. Hal ini yang tidak disukai manajemen. Yang dimaksud dengan sundulan adalah mereka yang sudah bekerja 7-8 tahun baru mendapat gaji di atas Rp 2,2 juta. Sementara, setelah kebijakan UMP yang baru disahkan, terdapat orang-orang baru yang langsung mendapat gaji sebesar itu ketika mereka masuk. Ini masalah keadilan. Keadilan yang bagaimana yang anda harus berikan kepada mereka yang sudah bekerja 3 atau 5 tahun?

Terkait dengan kebijakan pemerintah ini, tantangan kami adalah bagaimana kami mengomunikasikan hal ini dan kesadaran ini dengan karyawan secara komunal. Yang penting tidak ada gangguan dari eksternal (pengaruh terhadap karyawan dari serikat pekerja lain, Red.).

Berarti, mengenai masalah regulasi ke depannya disikapi dengan bagaimana perusahaan mengelola kebijakan itu di internal?

Ya. Tentu segala macam regulasi, yang kita belum tahu, juga merupakan tantangan. Contohnya, wacana mengenai cukai bagi minuman berkarbonasi, peraturan pemerintah mengenai pembatasan penggunaan gula, garam, dan lemak. Kami, sebagai salah satu perwakilan industri, lebih memperhatikan apakah peraturan itu dapat diaplikasikan atau tidak.

Dari sisi birokrasi, apakah bapak melihat ada potensi hambatan?

Tidak. Memang unit usaha selalu lebih advance dari birokrat, baik dari sisi informasi, teknologi, dan lainnya. Namun yang penting adalah bagaimana perusahaan berinteraksi dengan birokrat dan memberikan pengertian, informasi, atau pengetahuan yang pelaku usaha miliki. Terkait hal ini, yang kami khawatirkan adalah dituduh kongkalingkong, kolusi, dan sebagainya.

Bagaimana Indofood merespons perkembangan lingkungan bisnis saat ini, seperti perusahaan makin didorong untuk concern terhadap GCG, green business, social involvement, dan penggunaan teknologi dijital di masyarakat yang makin merebak?

Mengenai green business, tergantung definisi. Seperti yang sebelumnya saya singgung, saya berbicara tentang emisi, natural fertilizer, dan lainnya. Saat ini perusahaan-perusahaan bicara mengenai sustainability, di mana CSR yang menjadi pokok bahasannya. CSR itu sendiri merupakan suatu hal luas. Nah, kami mulai dengan charity dan kemudian charity with contribution to the society. Terkait hal ini kami sudah memiliki line up. Kami juga membicarakan mengenai building human capacity, di mana kami juga memiliki program tahunan terkait hal ini, yaitu Indofood Anugerah. Program ini sudah berjalan sejak 1997 yang dimulai dari Bogasari Anugerah, di mana kami menspesialisasikan di bidang riset terapan di bidang pangan.

Di samping itu, masih terkait building human capacity, kami juga memberikan mahasiswa yang tidak mampu melalui Yayasan Empat Sekawan atau Kelompok Salemba Empat. Kami menamakan program itu Bisma yang dimulai sekitar 2006. Kami tidak sekedar memberikan beasiswa. Mahasiswa yang kami biayai, juga kami berikan softskills seperti kepemimpinan dan lainnya. Jadi, di luar kampus, kami tarik dia ke basecamp Indofood. Di sana, manajer kami yang akan memberikan pelatihan ke siswa itu. Jadi, kami tidak semata-mata hanya memberikan uang saja. Kalau kami memang perlu tenaga, siswa penerima beasiswa itu bisa kami tarik sebagai karyawan.

Selain itu kami juga aktif pada pembagian pengetahuan akan pentingnya nutrisi, informasi kesehatan, makanan sehat kepada ibu-ibu. Hal itu dilakukan karena kami juga memiliki produk makanan bayi.

Mengenai lingkungan, hampir semua unit usaha kami terdapat program menanam pohon. Namun saya belum membuat dokumen akuntabilitas. Itu yang akan kami lakukan selanjutnya. Kami melakukannya secara bertahap. Pengelolaan sampah plastik (recycling) juga merupakan hal yang kami bidik selanjutnya karena kami juga merupakan produsen sampah plastik. Ke depannya, arah kami adalah membuat biodegradable packaging. Saat ini baru tahap awal prosesnya. Recycling hanya merupakan salah satu yang kami bidik.

Mengenai pemberdayaan ekonomi masyarakat bisa anda lihat di Bogasari Baking Center (BBC). Masyarakat di sekitar perkebunan kami, kami latih melalui BBC ini. BBC ini terprogram dan recorded.

Selain itu, kami juga memiliki sistem tanggap darurat jika terjadi bencana. Biasanya terdapat beberapa fase ketika terjadi bencana. Misalnya, krisis, post-krisis, recovery, dan selanjutnya. Nah kami masuk pada fase awal di mana kami yang menyediakan kebutuhan untuk dapur umum. Dapur umum kami menetap di daerah bencana tersebut hingga ada dapur umum lainnya, baru kemudian kami pindah. Jadi, tidak model partai politik yang menggunakan mobil box, pasang bendera partai, setelah difoto, mereka pergi. Kami menuju ke sustainability report.

Lalu, bagaimana strategi pada 2013? Apa ada hal atau target spesifik yang akan dicapai pada 2013?

Saya kira tidak karena seluruh hal yang tadi saya kemukakan masih perlu saya sinergikan dengan marketing communication saya. Produk saya seharusnya bisa mengomunikasikan bagian dari itu. SDM saya juga harus tahu mengenai ini. Nah, sinergisitas inilah yang selanjutnya akan kami jalankan di 2013. Jangan salah, saya berhadapan dengan 78.000 karyawan di seluruh Indonesia. Jadi butuh waktu untuk melakukan ini dan hal ini menjadi fokus di 2013.

Saat ini penggunaan teknologi dijital dan media sosial makin marak. Apa ada langkah khusus untuk merespon tren ini?

Pasti. Anda bisa melihat web Indofood, Facebook, dan Twitter. Bogasari sendiri juga memiliki hal itu juga. Bogasari dan Indofood aktif di media sosial dan dunia maya. Ada program khusus Bogasari di media sosial yaitu Lagansa (Layanan Pelanggan Bogasari). Masing-masing unit bisnis memiliki layanan ini di media sosial.

Dan pada 2013, hal media sosial juga akan lebih difokuskan lagi?

Delivery dari kebun kami juga sudah menggunakan GPS. Begitu juga dengan sales tracking. Semua kendaraan kami bisa di-track. Jadi, kami mencoba mengkapitalisasi kemajuan ICT untuk program-program kami.

Lalu, apa strategi yang menjadi prioritas pada 2013?

Kalau di bidang sosial, bidikan awal kami adalah mengonsolidasikan dan mengevaluasi roadmap kami. Contohnya, sistem-sistem yang terdapat di Indofood Nugraha, Bisma, dan lainnnya. Sistem itu semua harus kami return. Kami lakukan tracking selanjutnya karena hal ini yang dapat menopang keberlanjutan.

Poinnya adalah kami melakukan improvement dan kami freeze dengan membuat manual dan sistemnya untuk kemudian diinternalisasi di seluruh unit. Lalu kemudian kami move ke fase berikutnya. Jadi kami lakukan bertahap.

Lalu apa yang diharapkan dari strategi tadi?

Seperti yang saya sudah katakan tadi, pertama, saya akan mengevaluasi seluruh hal yang sudah berjalan dan mensinergiskan semuanya.


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved