Management

Gadtorade, “Tempat Nongkrong” Para Pecinta Gadget

Oleh Admin
Gadtorade, “Tempat Nongkrong” Para Pecinta Gadget

Sekarang ini, telepon seluler hingga tablet sepertinya sudah bukan lagi barang mewah. Bisa dibilang produk-produk itu sudah menjadi kebutuhan pokok, khususnya, masyarakat perkotaan. Tak tanggung-tanggung, satu orang bisa menggenggam dua hingga tiga ponsel. Belum lagi kepemilikan atas perangkat seperti tablet ataupun laptop, yang sekarang semakin menjamur.

Seiring dengan perkembangan tersebut, komunitas-komunitas yang menjadi wadah untuk bertukar informasi terkait gadget pun bermunculan. Salah satunya adalah Gadtorade. “Gadtorade ini adalah komunitas gadget terbesar di Indonesia,” terang Lucky Sebastian, pendiri Gadtorade kepada SWA Online, di sela-sela acara peluncuran produk Smartfren, di Jakarta, Selasa (11/6/2013) kemarin.

Lucky Sebastian, pendiri Gadtorade

Dia mengatakan, komunitas ini didirikannya pada tahun 2001. Kala itu, gadget yang ada adalah PDA seperti merek Palm. Intinya, kata dia, produk gadget kala itu masih kuno. Komunitas gadget lalu bermunculan, tetapi mereka berdiri atas dasar sistem operasi.

Ia pun menuturkan, “Kami melihat bahwa kami mempunyai sesuatu yang bisa menggabungkan semuanya. Jadi, kami buat namanya Gadtorade, singkatan dari gadget to trade.”

Komunitas Gadtorade berdiri, kata dia, dengan dasar bahwa sejumlah pecinta gadget kala itu membutuhkan sarana untuk bertukar gadget. Maklum, saat itu, belum ada toko-toko gadget seperti sekarang ini, sehingga tidak mudah mendapatkan suatu produk.

“Jadi, kami sudah mulai secara kepercayaan sebagai satu komunitas bahwa kami bisa saling kirim gadget,saling menjual, mengganti, atau membeli dari yang baru pulang dari luar negeri. Itu asal mula kami bentuk Gadtorade.”

Sekarang, komunitas ini berkembang menjadi wadah untuk saling bertukar informasi terkait gadget. Jumlah anggotanya pun sudah lumayan besar, yakni sekitar 10.250 orang. Anggota komunitas ini ada yang berada di luar negeri, seperti Amerika Serikat dan Australia. “Itu orang-orang Indonesia yang tinggal di sana,” imbuh Lucky yang sempat berprofesi lama di bidang arsitektur sebelum akhirnya bergelut dengan dunia gadget.

Para anggota Gadtorade ini juga sering mengadakan pertemuan. Ada yang sifatnya pertemuan kecil, misalnya bertemu antaranggota yang berada di wilayah tertentu. Ada juga yang berskala besar, dan biasanya diselenggarakan secara tahunan. Untuk yang besar ini, ia menyebutkan, pertemuan biasanya dilakukan di kota yang berbeda. “Biasanya dihadiri oleh ratusan. Nggak semua bisa datang karena tempat juga nggak cukup.”

Gadtorade Itu Multi-platform

Satu hal yang ditekankan oleh Lucky, Gadtorade adalah komunitas yang tidak mengusung platform tertentu. Semua sistem operasi ada di komunitas ini, seperti Android dan Blackberry. “Itu lebihnya dibandingkan yang lain. Kan banyak komunitas-komunitas berdasarkan platform, nanti mereka akan berkumpul di Gadtorade juga,” papar dia.

Komunitas ini juga tidak disokong oleh suatu merek gadget. “Nggak ada (disponsori merek tertentu). Kami bebas. Bahkan, kami kadang-kadang sengaja merangsang demi mendapatkan informasi yang lebih, kami mengajak untuk saling berdikusi lebih jauh. Misalnya, platform A bisa begini, nanti platform B akan menjawab bahwa kita bisa menyamai dengan begini. Akhirnya, semua platform mendapatkan banyak keuntungan, dan orang bisa tahu lebih banyak tentang gadget.”

Ke depan, Lucky mengatakan, Gadtorade berniat untuk lebih profesional. Komunitas ini ingin membuat daftar anggota semakin solid dan lebih dipertanggungjawabkan. Karena, melalui komunitas ini, para anggota bisa melakukan transaksi. “Kami akan mulai mencoba menjadi wadah bagi para anggota untuk bisa saling bertransaksi dengan lebih aman. Misalnya, ada perantara, ada softwarenya. Ini yang kami kejar tahun ini,” tandasnya. (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved