Management

Gandeng UKM, Carrefour Kembangkan Produk Label Sendiri

Oleh Admin
Gandeng UKM, Carrefour Kembangkan Produk Label Sendiri

Perusahaan ritel Carrefour berusaha mengembangkan produk yang menggunakan label sendiri (private label). Hingga saat ini, produk yang dihasilkan dengan menggandeng usaha kecil dan menengah (UKM) tersebut ada sebanyak 2.988 SKU (stock keeping unit).

Satria Hamid, Head of Public Affairs PT Carrefour Indonesia (tengah) dan Andi Nur’aida, Quality&Hygiene General Manager PT Carrefour Indonesia (kedua dari kiri)

“Produk private label ada 2.988 SKU,” sebut Satria Hamid, Head of Public Affairs PT Carrefour Indonesia, di Jakarta, akhir pekan lalu.

Dia mengatakan, Carrefour memang berusaha menyediakan produk dengan segmentasi yang lengkap. Ada produk internasional, nasional, hingga produk yang benar-benar murah. Dan untuk menyediakan produk dengan harga yang terjangkau, peritel yang kini 100 persen dimiliki oleh pengusaha nasional Chairul Tanjung ini menyediakan produk dengan label sendiri, yakni Carrefour.

Produk dengan label sendiri ini sebenarnya bukan hal yang baru. Ini sudah ada sejak tahun 2003. Namun, kala itu mereknya masih menggunakan kata “murah.” Perkembangan produk ini cukup pesat. Ini bisa dilihat dari total produk yang sudah mencapai 2.988 SKU.

Sekalipun murah, produk dibuat dengan kualitas yang baik. Untuk menjadikan produk Carrefour dengan harga terjangkau, Andi Nur’aida, Quality&Hygiene General Manager Carrefour Indonesia, pun mengatakan bahwa perusahaan melakukan pemotongan sejumlah biaya. “Biaya yang bisa dipotong, yang tidak menurunkan mutu dan kemanan pangan, yakni di desain kemasan,” kata dia.

Andi pun menjelaskan, perusahaan harus melakukan sejumlah tahapan untuk menghasilkan produk dengan label sendiri. Awalnya, perusahaan harus menentukan produk yang akan dibuat dan menentukan pangsa pasar yang dituju. Tahapan selanjutnya yakni pengawasan kualitas dan keamanan pangan. Dalam hal ini, Carrefour harus memilih produsen sebagai rekan kerja menghasilkan produk dengan sejumlah kriteria.

Kriteria dalam memilih produsen pun terbilang ketat. Misalnya, produsen mengadopsi sistem cara berproduksi ataupun bercocok tanam yang baik. Produk pun tidak boleh mengandung rekayasa genetika. Meski ketentuannya cukup ketat, Carrefour justru mengutamakan UKM sebagai pemasok. “Private label Carrefour tidak kerja sama dengan perusahaan besar,” tegas Andi.

Dan dalam hal pengawasan, Carrefour melakukan uji produk yang disebut dengan 3600 testing. Di tes ini, perusahaan menyerahkan sepenuhnya ke konsumen karena memang tujuannya untuk menempatkan konsumen sebagai pusat kontrol dalam proses pengawasan kualitas produk. Uji yang telah dilakukan sejak 2011 di Indonesia ini, memberikan produk untuk konsumen bawa pulang. Karena yang dinilai bukan hanya fisik, namun termasuk juga kualitas dan fungsi produk yang berlabel Carrefour. “Jadi, kita akan tetap melakukan di 2013 ini,” imbuhnya.

Ketika ditanya berapa produk berlabel Carrefour yang akan dihasilkan ke depannya, Satria pun enggan menjawab secara detail. Ia hanya bilang bahwa untuk menghasilkan produk harus ada survei secara internal. “Yang pasti kalau dari satu area toko, produk private label yang bisa kita jual dari komposisi produk 100 persen, bisa 7 persenan,” tandasnya. (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved