Management Strategy

Garuda Tolak Bersaing dari Segi Harga

Garuda Tolak Bersaing dari Segi Harga

Ada banyak faktor yang menentukan baik-buruknya sebuah merek. Yang utama adalah dari sisi pelanggan. Kepuasan pelanggan akan berdampak bagus pada merek yang akan dipersepsikan bagus. Khusus untuk maskapai penerbangan, lanjut Direktur Niaga Garuda Indonesia, Handayani, on time performance (OTP), keselamatan, pelayananan konsumen sebelum, saat, di atas pesawat, hingga post flight yang bagus adalah yang utama.

“Komponen-komponen utama itu yang membuat merek Garuda dipersepsikan bagus, membuat trust konsumen naik pada Garuda,” katanya.

Dari sisi karyawan, lanjut dia, kultur yang ada di dalam Garuda adalah kultur melayani. Kemudahaan dalam mengakses Garuda juga terus ditingkatkan sehingga pelanggan mudah menghubungi dan menjadikan Garuda brand terpercaya. Kalau pelanggan sulit menghubungi, untuk menyampaikan keluhan, pendapat dan sebagainya akan muncul persepsi merek ini buruk dari sisi layanan.

Handayani1

Garuda tak mengedepankan persaingan dari segi harga, tetapi lebih ke strategi yang tepat. Menurut wanita yang akrab disapa Hanny ini, diferensiasi jauh lebih penting. Ia melihat Indonesian Hospitality bisa menjadi pembeda dengan maskapai penerbangan lainnya, terutama pemain global. Sisi Keindonesiaan ini bisa diterjemahkan dalam banyak hal, dari makanan, aroma terapi, hingga interior pesawat.

“Cabin crew airlines lain biasanya terdiri dari berbagai bangsa. Bahkan Singapore Airlines bukan orang Singapura kebanyakan. Kami percaya kultur dan keramahtamahan yang kita miliki bisa menjadi pembeda, kekuatan dalam melayani,” katanya.

Persaingan di matanya justru bagus untuk konsumen. Inilah ajang untuk berinovasi dan menghasilkan layanan yang unggul sesuai karakteristik konsumen yang juga berubah dari waktu ke waktu. Dulu, liburan hanya untuk orang-orang berada. Sekarang, semua bisa bepergian kapan saja karena harga tiket sudah lebih ramah dengan kantong.

“Aksesnya juga lebih mudah untuk membeli tiket di mana dan kapan saja, tanpa harus repot ke agen tour and travel. Orang semakin stress dengan aktivitas dan pekerjaannya, sehingga membutuhkan liburan, butuh me time,” ujarnya.

Hanny menjelaskan, Garuda sejak awal dicanangkan menjadi pemain global sehingga diperlukan jaringan yang kuat agar bisa bersaing. Dengan keterbatasan yang dimiliki, kerjasama dengan jaringan internasional, seperti SkyTeam, pun dilakukan demi menyejajarkan diri dengan airlines global lainnya.

“Pada semester I-2015, load seat factor (LSF) mencapai 75,8 persen. Cukup signifikan peningkatannya, karena sales activity kami lebih tinggi. Tahun lalu, Garuda lebih ekspansif dengan pembelian pesawat dan memperluas network,” katanya. (Reportase: Herning Banirestu)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved