Management zkumparan

Go-Jek Tetap Dikendalikan Pendiri Pasca Pendanaan Seri F

Go-Jek Tetap Dikendalikan Pendiri Pasca Pendanaan Seri F
Nadiem Makarim, Founder dan CEO Go-Jek. (Foto : Dok)

Kendali dari pendiri dan manajemen Go-Jek tidak berkurang pasca meraih pendanaan seri F. Hal serupa juga terjadi di perusahaan digital global seperti Facebook dan Alibaba. Ekonom dan Senior Researcher Creco Consulting, Raden Pardede, mengungkapkan peningkatan valuasi Go-Jek seiring hadirnya pendanaan baru itu serupa dengan perusahaan global yang menggunakan skema dual-class shares saat melepas sebagian kepemilikan saham kepada investor. ”Dual-class shares adalah hal yang bagus bagi perusahaan digital. Termasuk mungkin diadopsi oleh Go-Jek di Indonesia. Cara tersebut umumnya berarti investor memercayakan pendiri perusahaan untuk memimpin dan mengelola,” ungkap Raden di Jakarta, Kamis (7/2/2019).

Investor yang masuk tapi tetap menyerahkan kendali kepada pendiri, menurutnya, bentuk penghargaan atas ide-ide inovatif. ”Ini satu hal membanggakan bagi Indonesia. Bukti pengakuan dan kepercayaan untuk meneruskan dan mengembangkan perusahaan secara jangka panjang,” ujar pria yang juga menjabat Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan industri (Kadin) Bidang Kebijakan Moneter, Fiskal dan Publik, itu.

Di kancah global, metode yang dapat digunakan untuk memastikan kontrol tetap pada pendiri dan manajemen memang salah satunya adalah kepemilikan saham bertingkat atau dikenal dengan istilah dual-class shares. Pada skema tersebut, persentase kepemilikan saham bisa berubah dan menimbulkan konsekuensi kepemilikan saham pendiri berkurang. Namun, kewenangan dan kontrol pendiri tetap lebih tinggi dibanding investor.

Sebagai contoh, Mark Zuckerberg yang pada awal 2018 memiliki 16% saham Facebook, masih memegang kendali penuh atas perusahaan yang dia dirikan itu. Sebab berdasarkan teori klasifikasi saham, sekitar satu persen kepemilikan saham Zuckerberg di Facebook bisa setara 60% kepemilikan saham investor lainnya.

Kondisi itu yang membuat dia tidak khawatir saat terus mengurangi porsi kepemilikan sahamnya demi meraih modal untuk kegiatan amal sosial. Perusahaannya masih bisa dia jaga. Begitu juga pendiri Alibaba group, Jack Ma, yang kepemilikan sahamnya saat ini tersisa sekitar 5,6 %. ”Tidak ada yang sendiri. Jika kamu sendiri memang bisa lari cepat tapi jika kamu ingin terus berlari untuk jangka panjang, maka harus dengan banyak orang (kolaborasi),” ucap Jack Ma dalam beberapa forum motivasi.

Sementara itu, Go-Jek pada pekan lalu telah merampungkan fase pertama dari putaran pendanaan Seri F yang dipimpin oleh Google, JD.com, dan Tencent, serta beberapa investor lainnya termasuk Mitsubishi Corporation dan Provident Capital. Go-Jek yang saat ini telah berkembang menjadi super app dengan membentuk sebuah ekosistem untuk bertransaksi itu menegaskan tidak ada perubahan dari sisi pengendalian bisnis.

Setelah putaran pendanaan Seri F ini, para pendiri Go-Jek akan tetap memiliki kontrol terhadap pengambilan keputusan dan penentuan arah kebijakan perusahaan. Tujuannya agar mereka dapat merealisasikan visi jangka panjang perusahaan serta terus melakukan ekspansi dan pengembangan bisnis yang pesat. ”Visi kami adalah untuk selalu menciptakan hal-hal yang bermanfaat untuk Indonesia dan memberikan dampak sosial yang positif melalui teknologi,” ucap CEO dan Founder Go-Jek Group, Nadiem Makarim dalam pernyataan tertulis.

Manajamen Go-Jek menyebutkan investasi di fase pertama putaran pendanaan Seri F itu menunjukkan keyakinan investor terhadap peluang pertumbuhan bisnis Go-Jek yang didukung oleh pertumbuhan pesat ekonomi digital di Asia Tenggara yang diperkirakan akan mencapai US$ 240 miliar pada 2025.

Analis PT Binaartha Parama Sekuritas, Muhammad Nafan Aji menyebutkan valuasi dan prospek bisnis Go-Jek sangat menarik bagi investor. ”Patut diapresiasi, apalagi Go-Jek adalah karya anak negeri dan kontrol pendiri tidak terdilusi. Masih memegang kendali,” ujarnya. Hal terpenting, menurutnya, terjalin sinergi antara pendiri dan investor untuk mewujudkan ide inovatif untuk tujuan ekspansi bisnis ke depan dan secara jangka panjang.

Nafan juga menyebut skema positif dual- class shares agar kendali tetap di tangan pendiri, secara ideal cocok diterapkan oleh Go-Jek. Cara tersebut akan dapat mewujudkan iklim demokratis antara pendiri dan investor. Kehadiran dan terus meningkatnya investasi global di Go-Jek dinilainya memunculkan kebanggaan. Bukti bahwa di era digital saat ini Indonesia bukan hanya mampu bersaing tetapi juga menjadi bagian terdepan. (*)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved