Management Strategy

Grup Kino Pun Menggarap Bisnis Pangkas Rambut

Grup Kino Pun Menggarap Bisnis Pangkas Rambut

Grup Kino, yang lebih dikenal sebagai produsen consumer goods, food, dan personal care, kini mengembangkan bisnis baru di bidang jasa. Uniknya, bisnis baru yang dikembangkan konglomerasi milik Hari Sanusi ini seperti keluar dari pakem, yaitu bisnis pangkas rambut. Menggunakan merek Ixobox, kini gerai barbershop-nya itu sudah ada di beberapa tempat di pusat keramaian, seperti di mal dan stasiun kereta api.

Pihak Kino lebih suka menyebut bisnis Ixobox sebagai haircut house. “Karena dari segi konsep berbeda dari salon atau barbershop pada umumnya. Ixobox hanya fokus pada layanan gunting rambut, tidak ada tambahan layanan lain,” kata Danny Anthonius, Mitra Pengelola Ixobox. “Dengan fokus di bisnis haircut, itu justru menjadi keunikan, keunggulan, dan spesialisasi Ixobox,” ia menambahkan.

Danny Anthonius, Direktur Ixobox Hair Creates Style:

Danny Anthonius, Direktur Ixobox Hair Creates Style:

Mengapa Kino yang selama ini dikenal dengan industri manufakturingnya tertarik ke bidang jasa, dan itu “cuma” jasa cukur rambut pula? “Potensi dan prospek bisnisnya sangat menjanjikan. Kami tidak cuma icip-icip pasar, karena sebelumnya tim R&D kami sudah meneliti pasarnya secara intensif,” kata Danny. “Kami sudah melakukan investasi dengan mengembangkan sistem dan teknologi dari luar negeri dan membangun training centre,” ia menambahkan. Menurutnya, kehadiran Ixobox ini diharapkan akan menambah portofolio bisnis Kino dan dapat bersinergi dengan bisnis-bisnis lainnya. Bukan kebetulan Grup Kino juga telah mengembangkan bisnis produksi alat cukur.

Sekilas jika melihat gerai Ixobox, tidak ada yang istimewa. Dengan seragam putih-hijau-cokelat, para tukang cukur rambut Ixobox melakukan aktivitasnya di depan cermin. Namun jika dilihat secara saksama, pengunjung bakal sepakat bahwa Ixobox tempat cukur yang modern. Ini terlihat dari interior gerai, adanya kiosk machine, dan kabinet cermin yang menjadi sentral aktivitas di dalam gerai Ixobox.

Diklaim Danny, dibanding tempat potong rambut lainnya, Ixobox memiliki beberapa keunggulan. Antara lain, sesuai dengan motonya, Hair Create Style, Ixobox mengutamakan kualitas dan gaya rambut konsumen. Apalagi ada teknologi kiosk machine, yang berfungsi sebagai mesin kasir sekaligus mesin untuk mengambil nomor antrean. Selain itu metode potong rambutnya cepat, tanpa melayani cuci rambut, sehingga membuat para penata rambutnya lebih efisien.

Menurut Danny, Ixobox sangat peduli higienitas dan kebersihan lingkungan. Hal ini terlihat dari tampilan gerai Ixobox dan peralatan yang digunakannya. Hygienic box yang digunakan tidak hanya berfungsi sebagai tempat menyimpan peralatan, sterilizer, dan barang milik pelanggan, tetapi juga menyediakan penampungan rambut bekas pangkasan. Selain itu, kotak ini juga memiliki alat vakum yang berfungsi untuk mengisap sisa-sisa potongan rambut yang masih tertinggal di kepala, sehingga kepala pelanggan tidak perlu dibilas.

Keunikan lainnya, di Ixobox sisir yang digunakan untuk memotong rambut pelanggan adalah sisir baru. Nantinya, sisir itu diberikan kepada pelanggan setelah selesai menggunting rambutnya. “Satu pelanggan satu sisir baru,” kata Danny seraya tersenyum. “Dengan membayar Rp 50 ribu saja, konsumen sudah mendapatkan servis potong rambut higienis dan berkualitas dari penata rambut terampil dan profesional. Sangat cocok bagi pelanggan yang tujuannya mau potong rambut saja,” tambahnya bersemangat.

Danny mengklaim, dengan pendekatan baru tersebut Ixobox menerima respons pasar yang bagus. Dalam 11 bulan, sejak diperkenalkan Februari 2015, Ixobox sudah memiliki 8 gerai, yang tersebar di Mal Ambassador, Palem Cengkareng, Stasiun KA Juanda, Plaza Semanggi, CBD Giant Bintaro, Gajah Mada Plaza, Supermall Karawaci, dan Bendungan Hilir. Investasi untuk satu gerai Ixobox di luar sewa bangunan, sebesar Rp 300-500 juta, tergantung ukuran tempatnya. “Dalam sebulan, rata-rata pengunjung yang datang ke tiap cabang lebih dari 1.000 konsumen,” Danny mengklaim.

Danny menyebutkan, saat ini sudah ada beberapa pihak yang menawarkan kerja sama. Termasuk dari pelanggan Ixobox yang senang dengan konsep dan pelayanannya. “Mereka tertarik bekerja sama dengan kami dan menawarkan membuka cabang baru. Tapi kami tidak sembarangan memilih tempat. Kami mau yang strategis supaya dapat menyejahterakan penata rambut yang merupakan mitra kerja Ixobox,” ujar Danny.

Bagi mitra yang tertarik menjalin kerja sama dengan sistem kemitraan, pihak pengelola Ixobox membuka peluang dengan beberapa persyaratan. Antara lain, mitra mesti menyediakan tempat, melakukan renovasi, serta menyediakan tool dan equipment. “Sedangkan, yang menyediakan para penata rambut, mengelola dan menjalankan operasional Ixobox adalah kami. Jadi mitra itu hanya one time investment saja,” kata Danny.

Menurut Danny, Ixobox memiliki sistem yang transparan. Omset per hari, hingga per bulan, semuanya tercatat di kiosk machine. Selain itu, saat ini pihaknya sedang mengembangkan sistem ketika ada pelanggan yang melakukan pembayaran melalui kiosk machine, datanya secara real time bisa langsung terekam dan bisa dilihat lewat smartphone. “Ini akan memudahkan Ixobox dan mitra memonitor omset per gerai,” ujar Danny. Ia menyebutkan, pembagian hasil antara Ixobox dan mitra berdasarkan pendapatan (omset), bukan dari keuntungan, sehingga lebih fair dan terbuka.

Selain terus mencari tempat yang strategis dan akan menawarkan model bisnis kemitraan, Danny juga siap lebih mengintensifkan edukasi dan promosi Ixobox di berbagai media. Termasuk media sosial supaya semakin banyak orang yang mengenal Ixobox. “Paling penting terus meningkatkan kualitas dan kepuasan pelanggan,” katanya.

Masuknya Grup Kino di bisnis jasa potong rambut dinilai sebagai hal cukup menarik oleh pengamat pemasaran Yuswohady. Menurut Mitra Pengelola Inventure itu, apa yang dilakukan Kino sudah benar dengan tidak mencantumkan merek Kino di merek barunya ini (Ixobox). Di samping itu, Kino juga dinilai serius dalam mengembangkan bisnis potong rambut ini, setidaknya dengan menyediakan training centre.

“Dengan harga Rp 50 ribu, berarti bisnis ini mengincar segmen middle income. Pemain di segmen middle income untuk bisnis hair cut ini jarang ditemui. Jadi, mengincar segmen ini adalah langkah yang tepat,” ujar Yuswohady. Namun, ia mengingatkan, dengan harga Rp 50 ribu, volume per gerainya tidak akan besar. “Kuncinya harus bermain massal. Gerainya harus tersedia banyak, sehingga meningkatkan jumlah pelanggan yang datang,” kata penulis buku pemasaran produktif ini.


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved