Management Trends

Harga Komoditas Turun, Sektor Pariwisata Jadi Penyelamat

Harga Komoditas Turun, Sektor Pariwisata Jadi Penyelamat

Harga komoditas masih bertahan di titik terendah. Pemerintah mesti bergerak cepat untuk mencegah potensi hilangnya penghasilan devisa dari migas. Salah satunya dengan mengembangkan industri pariwisata.

Dari data Kementerian Pariwisata, penghasilan devisa dari sektor pariwisata bisa saja melampaui sektor migas pada 2-3 tahun ke depan. Dengan syarat, sektor parisiwata konsisten tumbuh pesat seperti sekarang.

Managing Partner Inventure, Yuswohady

Managing Partner Inventure, Yuswohady

“Harga komoditi turun dan produksinya pun tidak naik-naik. Sementara, pariwisata tumbuh sangat cepat. Satu sisi migas turun, di sisi lain, pariwisata naik,” kata Yuswohady, Managing Partner, Inventure.

Menurut dia, sektor pariwisata bisa menjadi pengaman untuk mengompensasi penurunan devisa di sektor komoditas. Pemerintah harus berani berinvestasi untuk memacu pertumbuhan industri pariwisata.

“Dampaknya juga lebih merata, alias dinikmati langsung oleh masyarakat sekitar. Saat ini, Kementerian Pariwisata menargetkan 20 juta wisatawan asing,” kata dia.

Dia menjelaskan, pemerintah sudah saatnya mengembangkan destinasi wisata yang lain selain Bali, yang memberi kontribusi devisa sekitar separuh dari total penghasilan dari sektor ini.

Upaya mengembangkan 10 destinasi wisata, salah satunya Danau Toba, Tanjung Lesung, Raja Ampat, dan Lombok, sudah tepat. Sayangnya, infrastruktur masih menjadi kendala dalam pengembangan kesepuluh destinasi ini.

“Indonesia ini kaya, tidak hanya memiliki pemandangan alam yang indah, juga memiliki budaya yang unik dan menarik. Yang penting pengemasannya harus bagus,” kata pria yang akrab disapa Siwo ini.

Untuk mengatasi kendala infrastruktur, pemerintah pusat harus bekerjasama dengan pemerintah daerah. Misalnya, pembangunan bandara untuk menjangkau Danau Toba yang saat ini baru ada di Medan.

Kendala akses ini juga yang membuat destinasi wisata di Raja Ampat tak mampu menarik banyak peminat mengingat sulitnya menjangkau lokasi.

Upaya promosi yang gencar juga akan sia-sia karena wisatawan lebih memilih destinasi lain yang mudah dijangkau. Sudah saatnya, pemerintah mengalihkan investasi ke 10 destinasi wisata prioritas ketimbang hanya fokus ke Bali.

“Kita mempunyai destinasi wisata, tapi jalannya belum ada, infrastruktur belum bagus dan aksesnya sulit. Tingkat return investasi tidak setinggi kalau semuanya sudah bagus,” kata dia.


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved