Management

HM Sampoerna, Mentransformasi Fungsi HR Menjadi People & Culture

HM Sampoerna, Mentransformasi Fungsi HR Menjadi People & Culture
Ripy Mangkoesoebroto, Direktur People & Culture (P&C) HM Sampoerna

Pencapaian PT HM Sampoerna Tbk. menjadi salah satu perusahaan sigaret terbesar di Indonesia dengan pendapatan Rp 92 triliun pada 2020 dan menaungi 22.163 karyawan —61% di antaranya karyawan milenial— tentu karena perusahaan ini telah mengimplementasikan praktik bisnis terbaik. Terlebih, sejak diakuisisi Philip Morris International Inc. pada Mei 2005, praktik bisnis dengan standar global pun diterapkan di perusahaan yang didirikan pada 1913 ini, termasuk di bidang manajemen sumber daya manusia (SDM).

Dan, di tengah arus perubahan lingkungan bisnis yang super cepat, HM Sampoerna terus melakukan adaptasi dalam mengimplementasikan praktik bisnis agar tetap bisa berkembang dan bergerak lincah. Untuk itu, transformasi pun terus dilakukan, termasuk di departemen SDM.

Ripy Mangkoesoebroto, Direktur People & Culture (P&C) HM Sampoerna, menjelaskan, transformasi bagi perusahaan ini adalah sebuah proses yang berkelanjutan. Dan, Human Resources (HR) Sampoerna telah memulainya pada 2018 dengan berubahnya HR menjadi people & culture (P&C) function.

Menurut Ripy, proses transformasi ini dilakukan agar fungsi HR menjadi lebih dari sekadar kepersonaliaan, tapi menjadi organisasi yang tangkas, adaptif, memberikan nilai lebih, serta mampu mengikuti perubahan era dan kebutuhan konsumen. “Peran P&C menjadi lebih untuk memastikan organisasi produktif melalui manusia yang termotivasi dan berenergi, serta budaya perusahaan yang sehat dan selaras dengan visi yang dituju,” ungkapnya.

Cara kerja baru dengan metode kerja yang agile dalam tatanan FFWD (Fast Forward Project) dan PBO (Project-Based Organization) telah diaplikasikan menyeluruh di HM Sampoerna. FFWD merupakan framework HM Sampoerna untuk lebih memahami konsumen, beradaptasi secara cepat, serta mengambil keputusan berdasarkan data dan bukti. Sehingga, perusahaan ini lebih tanggap terhadap kebutuhan konsumen, mengalokasikan sumber daya secara tepat guna, serta memberi karyawan kesempatan berkolaborasi dan mengembangkan kompetensi. Untuk PBO, sampai akhir 2020 telah 80% dari biaya operasional perusahaan dengan keterlibatan karyawan sebesar 60%.

Menurut Ripy, sebelum dimulainya transformasi, HR adalah organisasi yang lebih mengutamakan proses dan administrasi, serta reaktif terhadap permintaan kebutuhan bisnis. Kini, setelah adanya transformasi HR, sebagai fungsi P&C, organisasi ini sepenuhnya fokus pada karyawan dan produktivitas perusahaan, baik sekarang maupun antisipasi kebutuhan ke depan.

Di samping itu, Ripy menambahkan, survei karyawan tahun 2020 menunjukkan, karyawan merasa bangga dapat bekerja di HM Sampoerna. Nilai dari hasil survei (eNPS) meningkat dua digit dibandingkan hasil tahun sebelumnya yang juga sudah tinggi. HM Samperna pun meraih penghargaan dari Top Employer Institute sebagai Top Employer Indonesia 2020 selama tiga tahun berturut-turut dan Top Employer Asia Pacific 2020.

Lalu, apa saja yang dilakukan departemen P&C HM Sampoerna dalam merenspons perubahan lingkungan bisnis yang sedang terjadi dan yang akan datang?

Dari aspek strategi, Ripy menjelaskan, P&C HM Sampoerna memiliki strategi yang berpusat pada pengembangan SDM dan budaya kerja yang lentur (agile), serta konsumen-sentris. “Kami percaya pentingnya tiga pilar utama, yang terdiri dari persiapan talenta untuk menghadapi tantangan bisnis di masa ini dan mendatang, pola kerja baru yang lebih lentur, serta penguatan budaya kerja dan ketangguhan diri seluruh jajaran agar dapat mengantisipasi perubahan. Kami selalu belajar dari dalam maupun luar,” tuturnya.

Tiga pilar tersebut, ia menambahkan, tentunya hanya dapat berjalan bila didukung oleh jajaran people & culture yang kuat, infrastruktur teknologi yang memungkinkan pengelolaan secara digital dan berdasarkan data, serta fokus pada SDM.

Untuk memprediksi dan mengakomodasi kebutuhan di bidang human capital perusahaan dalam 1-3 tahun ke depan (Future Readiness), P&C HM Sampoerna bermitra dan berkolaborasi langsung dengan pemimpin strategis ataupun unit bisnis perusahaan untuk memetakan kebutuhan demi tercapainya visi perusahaan, termasuk kebutuhan jangka pendek untuk tercapainya milestones bisnis.

Selain itu, P&C HM Sampoerna juga senantiasa mengantisipasi tren perubahan yang terjadi, baik di bidang teknologi (data driven & digital) maupun kebutuhan jajaran SDM berdasarkan employee experience dan work-life cycle.

Pada aspek struktur, HM Sampoerna merancang struktur organisasi P&C yang bersifat matriks dan menghindari terlalu banyaknya lapisan birokrasi dalam pengambilan keputusan. Ada bagian Centre of Expertise yang berfungsi menjadi perancang konsep dan model pengelolaan human capital dan business partner yang langsung berkoordinasi dengan unit bisnis terkait, sehingga akan lebih memahami berbagai tantangan bisnis secara langsung dan secara tangkas dapat beradaptasi.

“Infrastruktur teknologi serta praktik data driven & digital dalam mengelola employee experience & work-life cycle ditangani departemen Product & Experience Delivery. Tidak kalah penting adalah departemen Pengelola Pengembangan Budaya, Inclusion & Diversity, serta Komunikasi dan Engagement,” kata Ripy. Struktur matriks tersebut memiliki pendekatan yang mengutamakan konsumen, serta cara kerja dan pola pikir yang baru.

Ia melanjutkan, dari aspek sistem di HM Sampoerna, saat ini merupakan sistem yang terintegrasi secara global dan terus diperbarui untuk menyesuaikan dengan kebutuhan bisnis. Tidak hanya dari sisi pendataan administrasi karyawan, sistem ini juga bertujuan untuk memberikan employee experience & employee journey terbaik sesuai dengan employee value proposition dan visi-misi perusahaan.

Ripy mengungkapkan, beragam aplikasi digital di P&C tersedia untuk mengadministrasi data karyawan, menjalankan manajemen kinerja, menerapkan mekanisme umpan balik dan masukan, melakukan pengembangan dan pembelajaran, PBO, mengelola FlexBen, menyampaikan ide/pendapat/apresiasi, ataupun berinteraksi dalam lingkungan perusahaan.

Di samping itu, HM Sampoerna pun menggunakan sistem global untuk mendengarkan masukan karyawan melalui beragam survei untuk mengetahui tingkat kualitas pengalaman karyawan di tahapan pengalaman yang berbeda (employee experience & employee journey), melakukan analisis, serta mulai menggunakan artificial intelligence (AI), sehingga dapat menyusun program yang sesuai dengan kebutuhan dan kondisi karyawan. Menurut Ripy, salah satu keuntungan menggunakan sistem HR di HM Sampoerna adalah dari sisi integrasi dan analisis data.

Dalam hal keterampilan atau kompetesi (skills), ia memercayai pengembangan kemampuan (skill) yang seimbang antara kebutuhan karyawan dan perusahaan. Selain kemampuan umum seperti leadership berdasarkan PMI Leadership Model dan pemahaman bisnis, perusahaan ini juga mendukung minat belajar untuk mengasah adaptability, baik kompetensi khusus untuk tantangan kerja sekarang maupun di masa depan. “Kami menyediakan platform pembelajaran yang dapat digunakan secara mandiri oleh karyawan berisi materi yang selalu diperbarui,” katanya.

Bahkan, di fungsi P&C, selain basic P&C functional skills, setiap karyawan juga diberi pelatihan dan pemahaman dari sisi bisnis dan fungsi lain dalam perusahaan. “Kami membangun budaya belajar dan menekankan pentingnya keterampilan (skillset) dalam analisis dan pengambilan keputusan berdasarkan data (data driven decision). Tim HR kami juga melakukan benchmarking secara global dengan internal maupun eksternal perusahaan, termasuk dengan program sertifikasi dari institusi pendidikan ternama dunia, seperti MIT, Kellog, dan Stanford,” kata Ripy.

Tak hanya itu, tim P&C juga terlibat dalam berbagai proyek, baik terkait bisnis maupun di fungsi P&C tingkat regional dan global. Menurutnya, hal ini penting untuk mengasah keterampilan, membangun wawasan, sekaligus memberikan paparan untuk menyiapkan diri dan organisasi di skala yang lebih luas. “Perpaduan skill set dan paparan inilah yang kami percaya akan membantu perusahaan mengantisipasi kebutuhan mendatang.”

Dan, dari aspek shared values, menurut Ripy, HM Sampoerna mengacu kepada filosofi tiga-tangan perusahaan, yang menjaga keseimbangan antara bisnis, karyawan, dan masyarakat secara keseluruhan. “Kami sangat percaya bahwa karyawan adalah aset terpenting perusahaan, dan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kesuksesan. Melalui gerakan #BanggaSampoerna, kami selalu mengajak karyawan untuk terlibat dalam berbagai kegiatan perusahaan dan turut aktif berperan serta terhadap keberhasilan bersama,” tuturnya.

HM Sampoerna menggunakan pula tiga prinsip kepemimpinan yang mengutamakan konsumen, berwawasan ke depan, dan memberdayakan sesama karyawan dalam melakukan aktivitas kerja di seluruh organisasi.

“Kami ingin terus menciptakan sejarah melalui employee value proposition kami (Endless Experience, Shape the Future, Stronger Together, dan Revolutionary Change). Ini yang akan menjadi salah satu kekuatan kami dalam menciptakan sejarah dan mencapai visi global jangka panjang kami: #SmokeFreeFuture,” Ripy menegaskan. (*)

Kusnan M. Djawahir dan Andi Hana

www.swa.c.o.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved