Management Strategy

Hore! Harga Premium dan Solar Bakal Turun

Oleh Admin
Hore! Harga Premium dan Solar Bakal Turun

Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Dwi Soetjipto memberi sinyal akan menurunkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis premium dan solar. Penyesuaian harga itu dimungkinkan bila harga minyak dunia terus merosot. “Dengan harga terus turun maka trennya harus turun,” ujarnya, Jumat 11 Desember 2015.

Seperti diketahui, meski harga minyak dunia telah mengalami tren menurun beberapa bulan terakhir, namun Pertamina belum juga menurunkan harga bahan bakar minyak bersubsidi. Alasannya, kebijakan untuk menurunkan harga solar dan premium merupakan kewenangan pemerintah dalam hal ini Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).

Sementara, rapat antar instansi untuk evaluasi harga sendiri tak bisa digelar setiap saat. “Nanti akan kita lihat apakah evaluasi harga BBM akan sesuai dengan komitmen yang 3 bulan itu. Januari kita bicarakan,” kata Dwi.

Ilustrasi. Penurunan Harga Minyak Dunia Akan Menguntungkan Indonesia. (Foto : Prio Santoso/SWA).

Harga premium dan solar segera turun. (Foto : Prio Santoso/SWA).

Selain itu, menurut Dwi, evaluasi terhadap harga bahan bakar minyak bersubsidi itu dihitung berdasarkan indeks Mean of Platts Singapore (MOPS), nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS, dan ongkos distribusi BBM ke seluruh Indonesia. “Jadi meskipun harga minyak dunia ada tren penurunan, tapi bukan berarti pasti turun,” katanya.

Di bursa New York, harga minyak dunia kembali turun pada perdagangan Kamis (10/12/2015) waktu setempat atau Jumat dini hari. Harga minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Januari, melorot 40 sen menjadi US$ 36,76 per barrel. Angka itu merupakan yang terendah sejak awal 2009.

Harga emas hitam ini tertekan setelah Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC)melaporkan produksinya pada November mencapai tingkat tertinggi dalam periode tiga setengah tahun. “Anda hanya melihat berlanjutnya psikologi bearish(tren pelemahan), persediaan sangat tinggi, produksi tinggi, permintaan lemah dan tidak ada berita riil keluar untuk mendorong harga,” kata Mike Lynch dari Strategic Energy & Economic Research seperti dikutip Reuters.

Tempo


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved