Management

Improvement, Kunci Menjaga Bisnis Terus Sehat dan Tumbuh

Improvement, Kunci Menjaga Bisnis Terus Sehat dan Tumbuh
ydbaqcckonvensi

Membalik keadaan bisnis menjadi positif kembali setelah melorot kinerja dalam kondisi ekonomi yang melambat ini bukan perkara mudah. Tapi bukan berarti tidak mungkin. PT Astra Komponen Indonesia (AKI) membuktikannya. Hal ini disampaikan Prihatanto Agung Lesmono, Presdir AKI yang juga presdir PT Astra Visteon Indonesia dihadapan ratusan mitra UKM YDBA (Yayasan Dharma Bhakti Astra) yang masuk grand final dalam ajang Konvensi Quality Control Circle (QCC) Mira UKM YDBA yang diselenggarakan pada Kamis (8/12) di William Soeryadjaya Hall, PT Astra Internasional Tbk Head Office Sunter.

Pria kelahiran 1977 ini menceritakan waktu ia didaulat memimpin AKI, kinerja perusahaan ini dalam kondisi negatif, dengan 1600-1700 karyawan didalamnya, ditambah iklim bisnis yang tidak bagus, dolar yang naik turun dan penjualan sulit naik. “Tahun lalu omset kami sudah mencapai Rp 600 miliar, hari ini sudah mencapai Rp 900 miliar, targetnya tahun depan bisa Rp 1 triliun,” ujarnya. Semua ini bisa dicapai karena improvement bisnis yang luar biasa ke dalam maupun ke luar perusahaan.

“Dalam dua tahun sales kami naik 25 persen tapi jumlah orang berkurang 25 persen juga. Karyawan kami berkurang bukan karena PHK, tapi tidak memperpanjang karyawan kontrak sebagai bagian dari efisiensi,” imbuhnya. Dalam perjalanan karirnya di Grup Astra menurutnya selalu dihadapkan pada kondisi perusahaan yang sedang bleeding, sebelum posisinya sekarang ia pun pernah diminta membuat perusahaan yang mengalami gross profit marging negatif Rp 30 miliar menjadi nol. “Kembali lagi, semua bisa dicapai dengan improvement,” tegasnya.

Pri menekankan penting bagi pemimpin memastikan setiap langkah improvement dalam fase turnaround perusahaan diyakini setiap karyawan merupakan langkah terbaik dan membawa hasil. “Kondisi dolar dan listrik yang naik terus tarifnya tentu menyulitkan tapi kita tidak boleh menyerah,” katanya. Dalam kondisi seperti itu, yang dilakukannya adalah mengelola biaya-biaya dalam perusahaan dengan cerdas. Menjaga stok sesuai yang dibutuhkan, jangan sampai menumpuk stok karena ini menyebabkan biaya tinggi.

Ia juga menyarankan pada para pelaku UKM bahwa setiap langkah Improvement harus dilakukan semua orang. “Pemimpinnya harus kuat kuat apa maunya, yang dibawah harus kuat mengikuti kemauan perubahan atasan. Melibatkan seluruh karyawan membuat mereka merasa memiliki perusahaan ini,” ungkapnya menyebut kunci keberhasilan turnaround-nya. Lebih lanjut, kalau kedua hal itu tidak dilakukan bersama, langkah turnaround itu hanya basa-basi, karena atasan dan bawahan hanya menyikapi itu basa-basi saja. Improvement tidak akan terjadi.

“Improvement dilakukan dengan pemikiran dan investasi yang cermat serta prosesnya harus bergulir terus. Harus dipastikan bahwa setiap QCC selalu ada next improvement,” ujarnya. Pri lalu menuturkan kunci-kunci keberhasilan proses improvement. Pertama, improvement harus merupakan tindakan nyata, bukan sekadar perintah atasan tapi harus jadi budaya perusahaan. Kedua, berikan komunikasi dan pengertian keuntungan dari setiap langkah improvement yang dilakukan. Pemimpin harus menjelaskan proses improvement memang agak menyakitkan awalnya tapi semua itu dilakukan dengan tujuan keberlangsungan bisnis juga.

Ketiga buatlah perayaan walau improve yang dihasilkan kecil. Perayaan tidak harus besar-besaran, penghargaan dan pernyataan terima kasih dari improvement yang sudah dilakukan juga bagian dari perayaan ini. Keempat, menerapkan metode yang leih mudah. Dan kelimat, yang tidak boleh dilupakan disiplin dalam setiap langkah improvement yang dilakukan.

“Makin banyak karyawan terlibat dalam improvement akan makin tercapai improvement, makin tinggi rasa memiliki mereka,” tuturnya. Ia mengaku sempat diprotes habis oleh serikat karyawan AKI karena harus memangkas biaya overtime atau lembur mereka. Ia ingat waktu itu biaya lembur dipangkas dari Rp 3,5 miliar per bulan menjadi hanya Rp 450 juta. “Tugas saya sebagai pemimpin meyakinkan mereka bahwa pengurangan biaya overtime untuk menjaga kelangsungan hidup perusahaan, menjaga agar tidak terjadi PHK. Dan saya juga meyakinkan mereka, sebagai pemimpin tugas saya mencari proyek untuk bisa menaikkan pekerjaan mereka lagi,” tegasnya.

Dikatakannya yang disampaikan ke karyawan itu pun bukan sekadar omongan, ia pun turun langsung mendatangi klien-klien AKI. “Selama ini salesman saya yang jualan, kali itu saya yang turun tangan langsung. Ternyata benar, saya dapat proyek yang bermasalah di perusahaan komponen lain sehingga Astra Komponen Indonesia bisa dapat limpahan, juga banyak peluang pembuatan komponen baru, akhirnya seperti saya bilang pekerjaan mereka naik lagi,” paparnya.

Maka itu harus diingat dalam setiap langkah improvement juga harus diimbangi peningkatan skill karyawan karena ketika terjadi kenaikan permintaan dan tambahan proyek baru bisa direspon dengan cepat. Dalam proses improvement Pri juga mengingatkan bahwa perusahaan juga harus menghargai nilai-nilai manusia dengan mendengarkan pendapat karyawan apa saja yang mereka hadapi, problem sehari-hari dalam pekerjaannya. Selain itu tetap menciptakan suasana bekerja yang lebih menyenangkan.

Dalam proses improvement menurut Pri memang ada langkah-langkah yang tidak bisa dielakan menyakitkan bagi karyawan. Tapi sebagai pemimpin, harus bisa menyampaikan ke karyawan manfaat yang didapat dari proses tersebut bukan pada kinerja bisnis perusahaan semata tapi juga pada karyawan sendiri. “Improvement bisa menjadi sarana meningkatkan komunikasi, mereka sibuk memperbaiki diri. Jadi tidak ada itu rencana mogok hahaha…karena semua sibuk. Improvement juga sarana untuk meningkatkan komunikasi dan hubungan antar manusia dalam perusahaan,” jelasnya.

“Langkah pertama yang paling penting dalam improvement adalah menentukan atau memahami problem, salah menentukan problem akan salah menyelesaikan masalah, efeknya bisa saling tuduh,” katanya. Henry C. Wijaya, Ketua Pengurus YDBA menuturkan dalam sambutan pembukan konvensi QCC tersebut, bahwa bercermin apa yang dilakukan AKI seperti disampaikan Pri, UKM pun jangan pernah merasa sempurna, bahwa proses improvement dalam tubuh Astra pun tidak pernah berhenti dilakukan. “Inilah yang ingin selalu ditularkan oleh YDBA, sesuai juga dengan logo baru YDBA, ditunjukan warna abu-abu pada huruf Y dan A yang berarti belum sempurna, tapi terus melakukan improvement yang terlihat pada huruf D dan B yang berbertautan sebagai simbol proses yang terus berlanjut,” paparnya.

Henry juga menjelaskan konvensi ini bukan sekadar ajang kompetisi antar UKM semata, tapi juga sebagai ajang bagi UKM untuk melakukan internalisasi improvement sebagai bagian dari budaya kerja perusahaan. Kegiatan konvensi ini merupakan puncak dari rangkaian konvensi QCC yang dimulai pada perayaan ulang tahun ke-36 YDBA pada bulan Mei 2016. Kegiatan ini diikuti oleh 20 UKM mitra YDBA yang diwakili masing-masing 5-7 orang. Dimulai dari mengumpulkan makalah, survei ke UKM yang mengikuti konvensi ini, hingga terpilih 3 yang masuk ke grand final pada kamis (8/11). Tiga yang masuk dalam grand final itu adalah PT Gading Toolsindo, PT Buana Merdeka Jaya dan ED Alumunium. Juara pertama dalam konvensi tahun ini dimenangkan oleh PT Ganding Toolsindo dengan nama program QCC Vaksin Pockemon.


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved