Management Technology

Indonesia Masih Menghadapi Tantangan Regulasi

Indonesia Masih Menghadapi Tantangan Regulasi
Ralf von Baer, Presiden Direktur PT Robert Bosch

Ralf von Baer, Presiden Direktur PT Robert Bosch

Dua tahun pemerintahan Jokowi-JK berjalan, upaya mendorong perbaikan ekonomi terus dilakukan. Salah satunya menyederhanakan regulasi investasi untuk meningkatkan investasi asing di Indonesia. Ralf von Baer, Presiden Direktur PT Robert Bosch merasakan kemajuan ini, bahwa pemerintahan sekarang sudah jauh lebih baik. Meski begitu, Ralf perlu memberi masukan bahwa secara tim dalam pemerintahan Indonesia masih belum kompak dalam mendukung upaya meningkatkan investasi asing masuk ke Indonesia.

“Saya yakin akan lebih baik. Tapi dalam pengalaman saya, permerintah masih kurang maksimal dalam memberi kemudahan investor asing ke Indonesia. Indonesia harus mencontoh India dalam hal ini,” ujar Ralf saat gathering dengan media belum lama ini. Menurut Ralf, para politisi juga tim pemerintahan di Indonesia harus mencontoh yang dilakukan India. Para pejabat tinggi India bisa menjadi ‘duta besar’ kemanapun mereka melakukan kunjungan ke luar negeri. Menyampaikan berbagai kemudahan dan kebijakan direct investment di India sehingga ketika mereka datang ke sana sudah tidak asing lagi dengan berbagai aturan di sana. Hal yang sama dilakukan di Tiongkok, ujar Rafl, sekarang ini kemudahan investasi banyak dibuka di sana.

Maka tidak heran, Grup Bosch meski pada tahun depan memiliki strategi investasi yang akan lebih fokus ke Asia Pasifik, Indonesia bukan termasuk yang mendapat bagian besar dari porsi total investasi grup asal Jerman ini. “Ada, tapi masih kecil porsinya, kondisinya masih sulit di sini,” ujarnya tanpa mau menyebut angka porsi investasi itu di Indonesia. Ralf mengatakan porsinya masih lebih banyak ke Tiongkok.

Ia mengakui Asia Pasifik merupakan wilayah yang sedang tumbuh, seiring semakin berkembangnya kelas menengahnya terutama di Tiongkok, India, dan negara-negara ASEAN. Ini mendorong meningkatnya permintaan terhadap produk-produk berkualitas dan teknologi pintar. Grup Bosch menyadari ini apalagi pada 2015 Bosch menghasilkan penjualan sebesar 19,2 miliar euro di wilayah ini atau sekitar 27 persen dari penjualan perusahaan secara global. Selama tiga tahun terakhir Grup Bosch telah berinvestasi sebesar 2,5 miliar euro atau setara dengan seperempat dari total nilai investasi Grup Bosch sepanjang periode tersebut (10 miliar euro).

Di Indonesia, disampaikan Ralf, perusahaan yang sudah ada di sini sejak 1994 ini sudah investasi sebesar Rp 1,5 miliar atau 0,1 juta euro pada 2015 dengan pendapatan Rp 1,2 triliun atau 81 juta euro. Bosch di Indonesia menyediakan berebagai macam produk dan solusi teknologi, termasuk komponen, alat diasnotik dan perlengkapan otomotif, solusi hidrolik drive dan control, peralatan rumah tangga, power tools, sistem keamanan, dan solusi pemanasan. Selain itu, juga ada beberapa agen lokal yang ditunjuk untuk mewakili divisi Packaging Technology Bosch. Perusahaan dengan karyawan lebih dari 220 orang ini memiliki pabrik manufaktur untuk teknologi otomotif yang masuk dalam Gasoline System Division di Cikarang, Bekasi sejak tahun 2013. Kala itu dikatakan Ralf, Grup Bosch berinvestasi sebesar Rp 139 miliar atau 10 juta euro, yang pabriknya mulai berproduksi pada pertengahan 2014.

“Tahun depan kami targetkan pertumbuhan near double digit,” ujarnya tanpa menyebut angka pasti. Porsi terbesar dari seluruh bisnis Bosch di Indonesia disumbang oleh komponen otomotif, power tools dan security system. Sejalan dengan strategi global grup asal Jerman ini, akan mengembangkan pasar untuk Internet of Things (IoT) lebih kuat tahun depan. Hal ini didasari prediksi pasar IoT di wiliyah Asia Pasifik pada 2020 yang akan tumbuh lima kali lipat dari sekarang dan menempati porsi 37 persen.

Termasuk didalamnya mendukung pengembangan pasar e-bike atau motor listrik yang sudah mulai masuk ke pasar Indonesia. Melalui teknologi yang dimiliki, menurut Ralf, pihaknya ingin mendukung pengembangan e-bike dengan memahami bahwa motor di Indonesia digunakan untuk jarak tempuh yang panjang 20-30 km, padahal sebenarnya kendaraan ini hanya bisa untuk jarak pendek. “Sistem kelistrikan atau baterainya harus mendukung ini,” katanya.


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved