Management

Industri Perbankan Syariah Tahan Gempuran Krisis Global

Oleh Admin
Industri Perbankan Syariah Tahan Gempuran Krisis Global

Krisis keuangan masih menghantui banyak negara, tak terkecuali Indonesia. Walaupun terkena imbas krisis, ekonomi Indonesia sejauh ini bisa bertahan. Industri perbankan syariah nasional pun masih bisa tumbuh.

Apa buktinya? “Hal ini terlihat dari pertumbuhan aset perbankan syariah yang masih relatif cukup tinggi, walaupun tidak setinggi periode yang sama di tahun sebelumnya,” sebut Dody Budi Waluyo, Kepala Departemen Perencanaan Strategis dan Hubungan Masyarakat Bank Indonesia.

Tahun ini, penurunan pertumbuhan aset industri perbankan syariah nasional yang signifikan dimulai pada bulan Maret sampai September. Ini adalah imbas dari penurunan pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) yang cukup tajam sehingga perlambatan terjadi akibat kondisi domestik dan bersifat non-ekonomi.

Akan tetapi, perkembangan perbankan syariah, khususnya Bank Umum Syariah (BUS) dan Unit Usaha Syariah (UUS) yang mendominasi aset perbankan syariah, masih tergolong cukup pesat sehingga asetnya meningkat per Oktober 2012 (year on year) menjadi Rp 174,09 triliun. Aset BUS dan UUS tersebut apabila ditambah dengan aset Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) yang sebesar Rp 4,46 triliun menghasilkan total aset perbankan syariah sebesar Rp 179 triliun per Oktober 2012, atau tumbuh sekitar 37 persen secara tahunan.

Pertumbuhan aset perbankan syariah ini masih berada dalam koridor proyeksi pertumbuhan tahun sebelumnya, yaitu diperkirakan pada akhir tahun 2012 mencapai kisaran Rp 177,8 – 205,8 triliun. Apalagi, di akhir tahun, pada umumnya aset perbankan syariah akan mengalami peningkatan yang cukup berarti.

Upaya pengembangan pasar perbankan syariah yang telah dilakukan Bank Indonesia dan pelaku industri yang tergabung dalam iB campaign ternyata mampu memperbesar pangsa pasar perbankan syariah dalam peta perbankan sehingga mencapai sekitar 4,3 persen per Oktober 2012, dengan jumlah rekening (pembiayaan dan Dana Pihak Ketiga) di perbankan syariah mencapai sekitar 13,4 juta rekening, atau tumbuh 36,4 persen (yoy), serta jumlah jaringan kantor mencapai lebih dari 2.574 kantor, atau naik 25,3 persen (yoy).

Tahun 2013 diharapkan kondisi perekonomian global membaik dan geliat ekonomi domestik semakin positif sehingga memberikan lingkungan usaha yang kondusif bagi pertumbuhan industri perbankan nasional yang lebih baik. Dengan kondisi tersebut, Bank Indonesia memproyeksikan pertumbuhan aset perbankan syariah tetap akan berada dalam tiga skenario dari pesimis sampai dengan optimis dengan kisaran growth dari 36 – 58 persen pada tahun depan.

Untuk mendukung pengembangan perbankan syariah pada tahun 2013, Bank Indonesia pun memandang perlunya langkah pengembangan dan kebijakan perbankan syariah difokuskan pada lima hal. Pertama, pembiayaan perbankan syariah yang lebih mengarah kepada sektor ekonomi produktif dan masyarakat yang lebih luas. Kedua, pengembangan produk yang lebih memenuhi kebutuhan masyarakat dan sektor produktif. Ketiga, transisi pengawasan yang tetap menjaga kesinambungan pengembangan perbankan syariah.

Keempat, revitalisasi peningkatan sinergi dengan bank induk. Terakhir adalah peningkatan edukasi dan komunikasi dengan terus mendorong peningkatan kapasitas perbankan syariah pada sektor produktif serta komunikasi “parity” dan “distinctiveness”.

Bahkan, pada hari ini, Bank Indonesia menyelenggarakan seminar akhir tahun perbankan syariah dengan tema “Peran dan Prospek Perbankan Syariah dalam Pemerataan Ekonomi.” Tidak hanya seminar, bazar perbankan syariah yang bertajuk “iB Vaganza: Serunya ber-Bank Syariah,” pun digelar selama tanggal 17 – 19 Desember 2012 di Kompleks Perkantoran Bank Indonesia. Kegiatan ini merupakan salah satu bentuk kolaborasi dan kerja sama Bank Indonesia dengan perbankan syariah dalam pengembangan pasar perbankan syariah, yang diikuti oleh bank syariah (BUS dan UUS) serta mitra binaan masing-masing bank. (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved