Management

Kabupaten Purbalingga Tidak Pernah Mengalami Kekeringan

Kabupaten Purbalingga Tidak Pernah Mengalami Kekeringan

Kabupaten Purbalingga masuk ke babak final penjurian ajang Indonesia Green Region Award (IGRA) 2012 di Jakarta. Dalam babak final itu, Kepala Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Purbalingga, Drs. Ichda Masrianto, M. Kes, memaparkan program-program lingkungan hidup di dearahnya, sebagaimana dicatat Radito Wicaksono dari SWA. Berikut ini pemaparannya:

Icha Masrianto

Apa saja program-program Kabupaten Purbalingga yang terkait dengan upaya mengatasi krisis lingkungan? Sejak kapan hal itu dilakukan secara intens?

Yang menjadi pemicu awal kami menjalankan program-program yang berkaitan dengan pelestarian dan mengatasi masalah pada lingkungan hidup di Purbalingga adalah Visi dan Misi Bupati kami yang sekarang, Bapak Heru Sudjatmoko, yang tertuang di Perda No. 06 tahun 2010 tentang Rancangan Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD). Salah satu misi yang tertuang di sana adalah peningkatan fungsi lingkungan hidup.

Sehingga demikian, Pak Bupati yang memang orang yang sangat pro terhadap lingkungan, menginstruksikan jajaran di bawahnya untuk mengutamakan upaya pengendalian perlindungan hidup karena sudah masuk dalam salah satu misi kami, baik secara tersurat maupun secara tersirat.

Hal tersebut ditindak lanjuti dengan berbagai macam aksi yang berkaitan dengan mitigasi dan adaptasi lingkungan. Karena sebagaimana diketahui, saat ini kondisi alam, termasuk cuaca dan lainnya tidak menentu, yang diakibatkan meningkatnya emisi gas rumah kaca. Selain itu, ada juga degradasi air baik secara kuantitas maupu kualitas, di mana air yang semestinya berada dekat di lingkungan kita, berada dekat dengan pemukiman, ternyata sekarang ini sudah menjauh ke laut, sehingga sulit dinikmati oleh masyarakat.

Di Kabupaten Purbalingga, terdapat cukup banyak sumber air yang perlu dilindungi kelestariannya karena manfaatnya yang besar untuk kepentingan masyarakat. Sungai yang ada di Kabupaten Purbalingga terdiri dari Sungai Serayu, Klawing, Pekacangan, Gintang, Laban, Kuning, dan sungai-sungai kecil lainnya. Karena sungai dijadikan media pembuangan limbah, baik industri maupun domestik maka kecenderungan kualitas air sungai menurun seiring perkembangan jumlah penduduk dan kegiatan industri.

Di samping itu, kondisi lahan di kawasan lindung di luar kawasan hutan di Purbalingga pun sudah mulai rusak. Hal tersebut dapat dilihat dari luasnya lahan agak kritis yang mencapai 5.337,02 ha (55,42%), lahan potensial kritis seluas 2.367,57 ha (24,59%), lahan kritis seluas 1.375,31 ha (14,26%), lahan tidak kritis seluas 539,52 ha (5,60%), dan lahan sangat kritis seluas 10,25 ha (0,11%).

Kondisi lahan kritis di areal kawasan hutan produksi didominasi oleh lahan potensial kritis dengan luas 11.421,97 ha (95,97%), lahan agak kritis dengan luas 480,21 ha (4,03%). Sedangkan kawasan hutan lindung kondisinya didominasi oleh lahan yang dikategorikan potensial kritis dengan luas 1.181,02 ha.

Dari situ, kami memliki beberapa strategi dan peran untuk mengatasi masalah-masalah lingkungan yang dihadapi. Strategi yang kami miliki yang pertama adalah, meningkatkan peran serta masyarakat dan pihak-pihak yang terkait dalam pengelolaan dan pelestarian fungsi lingkungan hidup.

Kemudian yang kedua, melaksanakan upaya pengendalian kerusakan dan pencemaran lingkungan hidup. Ketiga, melaksanakan upaya konservasi dan rehabilitasi lingkungan hidup. Dan, yang terakhir adalah, mengembangkan sistem informasi sumber daya alam dan lingkungan hidup.

Sedangkan untuk program yang kami jalankan adalah, penguatan kelembagaan perangkat daerah, pengendalian pencemaran dan perusakan lingkungan hidup, perlindungan dan konservasi SDA, peningkatan peran serta masyarakat bidang lingkungan hidup, dan terakhir adalah penanganan pengaduan masyarakat bidang lingkungan hidup.

Apakah anggaran untuk pengelolaan lingkungan ini dari tahun ke tahun selalu meningkat? Berapa besar peningkatannya?

Iya. Anggaran yang kami miliki selalu mengalami peningkatan, sekitar 20%. Setidaknya, itu yang tergambar dari kondisi tahun lalu. Dari yang tahun lalu Rp 1,1 miliar, pada tahun ini mencapai Rp 1,2 miliar.

Seperti hasil-hasil yang dicapainya? Apa manfaat yang dirasakannya?

Dampak yang utama adalah berkembangnya sektor pariwisata Purbalingga. Karena, pada dasarnya, fungsi lingkungan sangat signifikan dengan pariwisata, ekonomi, dan sektor-sektor lainnya. Dampak yang paling dirasa oleh masyarakat adalah tentu hidup mereka menjadi lebih nyaman dan tenang, dengan banyaknya public space, tempat-tempat umum yang menyejukan, dan lain-lain.

Kemudian dampak lain yang dirasakan adalah, dengan meningkatnya industri di Purbalingga, maka perekonomian di Purbalingga pun menjadi meningkat. Perkembangan jumlah tenaga kerja di Purbalingga pun menjadi bertambah, terutama para tenaga kerja wanita. Di Purbalingga, hampir tidak ada pengangguran perempuan, semua tenaga kerja terserap. Bahkan, saking tidak adanya wanita yang menganggur, Purbalingga sampai harus merekrut tenaga kerja dari luar wilayah Purbalingga.

Lalu ada dampak lain yang kami rasakan dari program-program pelestarian lingkungan ini, yaitu semakin terjaganya kecukupan air untuk wilayah kami. Ketika beberapa daerah dilanda kekeringan, Purbalingga tidak merasakan hal tersebut.

Bagaimana pula program-program lanjutannya terkait dengan upaya memelihara lingkungan dan mengatasi krisis lingkungan di daerahnya?

Ke depan, kami ingin mengelola sampah dengan lebih baik lagi. Karena ternyata gas metan yang ditimbulkan dari sampah, merupakan penyumbang terbesar kedua dalam terbentuknya gas rumah kaca. Kami akan mendorong untuk membuat bank-bank sampah lebih banyak lagi. Selain itu, kami akan mendorong masyarakat untuk bio metan green.

Untuk program-program terkait yang sudah kami jalankan sebelumnya, kami akan lebih menggiatkan peran serta masyarakat lebih besar lagi, termasuk di dalamnya Lembaga Swadaya Masyarakt, individu, dan lain-lain.


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved