Management Editor's Choice Strategy

Kalbe Farma, Raja Obat OTC yang Adaftif Terhadap Pasar

Kalbe Farma, Raja Obat OTC yang Adaftif Terhadap Pasar

Yusuf Hady, Deputy Director in Charge Consumer Health Division 2 PT Kalbe Farma Tbk., menjelaskan, perusahaannya sudah berpengalaman dan bergerak di industri farmasi selama 47 tahun. “Kami punya misi untuk menjadi perusahaan kesehatan terbaik. Inginnya bukan Indonesia saja, tapi juga di seluruh dunia,” katanya.

Bukan sekadar omong untuk menjadi perusahaan kesehatan terbaik dunia, menurut Yusuf, Kalbe sudah membuktikannya dengan sudah merambah pasar negara-negara lain seperti Afrika, Timur Tengah, Myanmar, Vietnam, Filipina, Kamboja, Singapura, dan Malaysia. “Kami ada cabang dan tim di negara-negara tersebut juga,” imbuh pria yang sebelumnya lama berkarier di Grup Salim ini kepada Herning Banirestu.

(ki-ka) Sinteisa Sunarjo dan Yusuf

(ki-ka) Sinteisa Sunarjo dan Yusuf Hady

Yusuf yang memegang divisi OTC Kalbe ini, menuturkan Kalbe memang dedikasinya untuk kesehatan. Dari segi pengetahuan, riset, pemasaran, Kalbe sudah punya pengalaman yang panjang. Ini terbukti dengan kualitas produk yang dikeluarkan adalah yang terbaik di industri farmasi.

Menurut Yusuf, Kalbe bergerak di industri farmasi di dua jalur yaitu ethical dan OTC. Produk ethical ini berkembang melalui resep-resep dokter, yang kemudian kini juga banyak berkembang ke produk-produk generik (tanpa brand tapi tetap melalui dokter). Produk obat generik dalam jalur bisnis ethical Kalbe memiliki porsi 10-15% dari seluruh obat ethical-nya.

Lalu, OTC yang merupakan obat bebas. Menurut Yusuf porsi pendapatan ethical dengan OTC di Kalbe seimbang antara 40-60%. Untuk produk OTC, Yusuf melihat kekuatannya memang pada merek-merek yang sudah bertahan lama selama puluhan tahun. Yang mereknya oleh Kalbe selalu dirawat dengan baik melalui berbagai penyegaran baik itu di dalam produk maupun dalam kemasannya.

Ditambahkan Sinteisa Sunarjo, Marketing Deputy Director Consumer Health Division 2 PT Kalbe Farma Tbk, setiap produk obat yang dihasilkan Kalbe melalui riset yang panjang. Ini bisa dari masukan dari divisi consumer insight, bekerja sama dengan mereka, bagian marketing, melalui data yang mereka dapat dari membeli (dari perusahaan riset lain) atau data yang diperoleh sendiri (FGD dan berbagai survei) diolah untuk dijadikan masukan produk baru atau “penyegaran” produk lama.

Kalbe-Yusuf

“Kami terus pantau produk-produk Kalbe yang ada baik itu pasarnya maupun kompetitornya, bagaimana tren konsumen, tren di pasar, setelah itu kami berdiskusi dengan tim pengembangan bisnis, apa yang harus dilakukan seperti mengeluarkan produk seperti apa dengan disesuaikan kondisi pantauan tersebut,” jelas Sintesa.

Menurut wanita yang sudah 16 tahun bekerja di Kalbe ini, biasanya setelah pantauan, diskusi dan riset tersebut akan keluar produk-produk baru yang sesuai dengan kebutuhan dan tren yang baru. Pada produk yang sudah ada pun (meski sudah puluhan tahun usianya), pihaknya juga selalu melakukan pengembangan dan inovasi. “Yang pasti produk kami selalu dijaga komitmennya menjadi yang terbaik di pasar,” ujarnya.

Seperti dalam hal kandungan pun dicari formula yang terkini, dengan melakukan pengembangan yang terus menerus. Bukan saja isi produk tapi juga dalam segi kemasan produk pun dilakukan improvement, rejufinasi agar selalu mengikuti perkembangan pasar karena selera pasar berubah.

Ia mencontohkan produk vitamin Kalbe, Fatigon Spirit (sebelumnya sudah ada produk Fatigon biasa yang hingga kini produknya masih ada juga, yang biasa disebut Fatigon putih). Fatigon Spirit mengandung Nano Ginseng. Kandungan isinya dikembangkan terus agar sesuai dengan kondisi terbaru.

Produk OTC Kalbe ada beberapa yang menjadi unggulan, terutama produk-produk antasit (produk untuk lambung), salah satu yang sudah 42 tahun adalah Promag. Selain itu ada produk Waisan. Juga ada produk diare yang terkenal yaitu Entrostop. “Kami kembangkan produk Entrostop ini juga mengeluarkan Entrostop Herbal dan Entrostop Anak yang menjadi produk obat diare anak cair pertama,” imbuh Yusuf. Market share untuk Entrostop ini mencapai 40-50 persen di pasar obat bebas khusus diare.

KalbeSintesa

Untuk obat batuk dan flu pun banyak yang terkenal seperti Komix, Wood’s, , Mixagrip, Procold. Plus produk mulltivitamin yang sangat kuat di pasar yaitu Fatigon. Disebut Yusuf Fatigon menempati posisi pasar nomor satu untuk produk multivitamin.

Menurut Yusuf dan Sinteisa, produk-produk Kalbe memang diakui berada di posisi atas untuk pangsa pasarnya. “Kami ada survei kepuasan sendiri juga, kami pantau terus bagaimana penerimaan produk di pasar. Bahkan untuk produk Promag, misalnya, yang sudah 42 tahun, market share sudah 80% pun tetap dipantau,” ujar Sinteisa. Karena disadari Kalbe pasar industri farmasi ini sangat dinamis, pasti akan terus keluar pemain-pemain baru, yang menunjukan berbagai kelebihan mereka.

Pihaknya selalu mengantisipasinya dengan mengeluarkan varian-varian baru, sebelum pemain lain memunculkan produk sejenis yang mengklaim dengan benefit baru, sehingga jangan sampai mengancam pasar mereka.

“Marketing inovasi ini bisa kami improve dari segi pengembangan segmen juga kan, seperti Promag, kami keluarkan produk yang khusus remaja yaitu Promag Fruty, yang dengan rasa buah-buahan. Remaja itu kalau stress asam lambung naik, lho, tapi mereka maunya produk yang lebih enak,” ujarnya. Promag yang ada selama ini rasanya mint.

Dalam setiap produk yang dikeluarkan tidak jadi dalam semalam, menurut Yusuf, harus ada clinical trial, riset panjang, dilakukan uji stabilisasinya, bahkan untuk mendapatkan nomor register obat pun lama bisa dua tahunan. Regulasi obat ini cukup ketat, pihaknya harus patuh pada standar itu, tapi dalam prosesnya itu marketing tidak berhenti melakukan inovasi dengan terus berpikir bagaimana menghasilkan produk terbaik. “Kami ini dalam produksi obat OTC pun mengikuti standar CPOB (cara produksi obat yang baik),” ujarnya.

Menurut Sinteisa, belakangan industri farmasi sedang berkembang atau condong ke obat herbal. “Masyarakat terutama yang di daerah urban dan kota besar, mulai memikirkan mengurangi obat kimia, berkembang tren pemahaman bahwa obat herbal lebih aman. Walau sebenarnya obat kimia pun sama amannya, jika diminum sesuai dosisnya,” jelasnya.

“Memang saat ini persepsi dan tren pasar obat saat ini sedang mengarah ke herbal. Di pasar dunia pun sedang mengarah ke sana, pada obat herbal atau obat alam. Itulah mengapa Kalbe terus mengikuti perkembangan ini. Seperti Kalbe mengeluarkan produk Gazero untuk pengembangan merek Promag, produk yang dikhususkan untuk menghilangkan kembungpada lambung. “Ini untuk mereka yang tidak punya sakit maag, tapi suka mengeluh kembung di perutnya,” ujarnya.

Selain itu dikeluarkan Entrostop anak yang ingridien-nya dari herbal. Juga ada produk vitamin C, yaitu C-Plus, vitamin C yang kandungannya alami yaitu dengan Pure way C (yang bahannya alami, mudah diserap tubuh dengan cepat dan aman buat lambung). Karena alami jadi mudah diserap dan aman. Dosisnya tepat, tidak tinggi, tapi pas untuk dosis kebutuhan Vitamin C selama seharian yang dibutuhkan tubuh. “Untuk C-Plus ini dosis kami hanya 250 mg, sedang pemain lain bisa sampai 500 mg atau 1.000 mg, dengan dosis segitu C-Plus sudah bisa memenuhi kebutuhan tubuh kita seharian akan vitamin C. Terobosan ini tidak dimiliki pemain lain,” ujarnya.

Produk lain yang dikembangkan dengan herbal, yaitu Cerebrofort yang mengandung ikan tuna, sebelumnya tidak mengandung ingridien ini. Menurut riset Kalbe ini yang pertama di pasar, bahwa ikan tuna, unsur DHA nya mirip ASI (air susu ibu). “Aman dan gampang diserap oleh tubuh anak, dan kami buat gummy, seperti permen yuppie jadi enak buat anak-anak,” ujar Yusuf yang pernah berkarier di Roche dan baru bergabung dengan Kalbe selama setengah tahun ini. Disebutnya, total market share untuk produk Cerebrofort sekitar 20% untuk multivitamin anak.

Inovasi produk vitamin anak dengan dibuat gummy juga salah satu cara menjawab tren pasar, agar anak-anak senang minum vitamin. “Kami buat produk dalam bentuk cair (sirup) dalam bentuk shachet untuk obat-obatan atau gummy untuk vitamin anak, adalah wujud peduli kami bahwa produk obat dan vitamin harus menyenangkan, ada unsur enjoyment-nya. Tren pasarnya memang sedang mengarah ke sana,” jelas Yusuf.

Pengembangan produk herbal ini sangat bagus pertumbuhannya, bahkan hingga ratusan persen tumbuhnya. “Tren OTC memang seperti produk consumer, kemasannya, misalnya lain lho dengan kemasan obat,” ujarnya.

Kemudian sedikit Yusuf menyingung, dengan kebijakan BPJS, kemungkinan berkembangnya obat generik akan tumbuh dengan lebih baik. Untuk produk generik Kalbe di bawah Hexapharm Jaya. Ini anak perusahaan Kalbe yang memproduksi produk obat generik. “Kalau tidak ada brand, kami tidak ada marketing support, obat dijual via dokter,” ujarnya.

Kalau dulu sakit dikit orang ke obat warung, sekarang bisa ke Puskesmas atau RSU, dengan obat generik. Jadi memang masih banyak peluang Indonesia di industri farmasi untuk bisa dikembangkan lagi, makanya banyak perusahaan asing yang melirik perusahaan lokal untuk diakusisi,” ujarnya.

Sekarang menurut Yusuf, dengan banyak RS bagus di sini, bisa cukup berobat di sini, tidak perlu ke luar negeri. Ini peluang bagi industry farmasi juga.

Menurut Yusuf, saat ini untuk produk obat OTC, setahun nilaiya sekitar 10-12% (market share) dari total pasar yang nilainya Rp 20-25 triliun. Untuk ethical total nilai di industri farmasinya secara nasional Rp 50 triliunan. Yusuf tidak bisa menyampaikan angka ethical karena bukan areanya, yang jelas harga obat ethical masih lebih tinggi dibanding yang OTC.

Kalau menurut Sinteisa, perbandingan OTC dengan ethical sekitar 2:3 nilainya. “>Kami terus improve dan maintenance terus dari segi produknya, kemasannya, promosinya, distribusinya juga,” tambah Sinteisa. Seperti Unilever, tambah Yusuf, produk-produk Kalbe ingin juga berusia hingga ratsan tahun. Bukan saja kemasan yang diperbaharui, varian pun diperbanyak. (***)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved