Management Strategy

Ketika Perusahaan Keluarga Berhadapan “Seven-plus-Seven”

Oleh Admin
Ketika Perusahaan Keluarga Berhadapan “Seven-plus-Seven”

Jumlah perusahaan keluarga di Indonesia terbilang besar. Dari sekitar 160 ribu perusahaan yang ada di Indonesia, 90 persennya bisa dibilang perusahaan keluarga. Membangun dan mempertahankan sebuah perusahaan keluarga bukan perkara mudah. Ada banyak tantangan yang siap menghadang. Lantas apa saja tantangan?

Dalam paparannya kepada sejumlah wartawan, di Jakarta, Senin (18/2/2013), Suwahjuhadi Mertosono, Chief Operating Officer&Master Consultant The Jakarta Consulting Group, berpendapat, “Perusahaan menghadapi persaingan yang berat, maka cara yang kami usulkan adalah bagaimana meningkatkan profesionalisme.”

Suwahjuhadi Mertosono, Chief Operating Officer&Master Consultant The Jakarta Consulting Group (kiri)

Dijelaskan dia, setiap perusahaan keluarga selalu menghadapi dua kelompok permasalahan. Kelompok pertama terkait dengan isu-isu keluarga dalam berbisnis bersama. Kelompok kedua adalah permasalahan yang berhubungan dengan isu-isu dalam mengelola perusahaan. Suwahjuhadi menuturkan, masing-masing kelompok permasalahan tersebut berisi tujuh masalah. Karena itu, ia pun memberi judul “Seven-plus-Seven.”

Pada kelompok masalah yang pertama, itu adalah yang terkait dengan internal keluarga. Disebutkan dia, isu yang pertama adalah konflik nilai. Bisa diartikan, adanya perbedaaan pendapat antaranggota keluarga. “Mau dibawa kemana perusahaan (secara) bersama-sama. Ini konflik nilai yang harus disesuaikan,” lanjutnya.

Isu kedua adalah alih generasi. Ketiga adalah struktur dalam manajemen. “Ini adalah bagaimana kita menempatkan anggota keluarga dalam organisasi,” terang dia.

Yang menjadi isu keempat, adanya perbedaan pandangan antara keluarga dengan tuntutan perusahaan. Dalam hal ini, ia pun menyarankan harus ada penyelarasan, sehingga bisa ada pandangan dengan arah yang sama. Kelima, isu mengenai kompensasi. Ini, jelas dia, terkait dengan sistem penggajian.

“(Keenam) bagaimana mengembangkan kompetensi,” lanjutnya. Pembagian penghasilan lantas menjadi isu yang terakhir.

Sedangkan pada kelompok permasalahan kedua adalah yang terkait dengan profesionalisme dalam pengelolaan usaha. Di kelompok ini juga ada tujuh isu, yakni, pertama, masalah kepemimpinan. Kedua adalah keluarga harus bisa memikirkan masa depan.

Fokus pada pasar dan pelanggan menjadi isu yang ketiga dan keempat. Suwahjuhadi pun menambahkan, permasalahan kelima adalah pengukuran kinerja. Di dalam hal ini, dia bilang, alat-alat ukurnya harus jelas. Karena, kata dia, “Kita bisa mengelola sesuatu kalau bisa mengukur kinerjanya.”

Isu berikutnya yakni terkait manajemen pengetahuan dan analisa. “Terakhir, ujung-ujungnya adalah bagaimana bisa mengelola hasil usaha,” tegas dia.

Sebanyak 14 permasalahan ini, menurut dia, kalau bisa ditangani dengan baik maka perusahaan bisa mandiri dan profesional. Perusahaan pun tidak perlu lagi mengandalkan pengaruh kekuatan politik dalam mempertahankan kelanggengan usahanya. “(Kalau) masalah-masalah yang timbul bisa ditangani dengan baik, kami yakin profesionalisme menjadi lebih baik,” tandasnya. (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved