Management Strategy

Konsep OVOP Tak Efektif Bangun Desa Wisata

Konsep OVOP Tak Efektif Bangun Desa Wisata

Indonesia punya banyak tempat-tempat rekreasi yang menawarkan keindahan alam, kesejukan, hingga eksotisme daerahnya masing-masing. Mulai dari pegunungan, pantai, danau, pemandangan bawah laut hingga desa-desa wisata yang menonjolkan keunikan budaya lokal. Namun, Chief Strategy Consultant Arrbey Handito Joewono menilai Indonesia masih ketinggalan dalam hal pengembangan industri pariwisata dibandingkan negara-negara tetangga.

“Ukurannya adalah dalam hal pengembangan obyek wisata baru. Kita masih relatif sedikit. Untungnya, obyek wisata yang alami juga masih bagus kondisinya. Jangan hanya melihat dari jumlah pengunjung yang datang karena jumlahnya tidak signifikan,” katanya.

Itulah pentingnya upaya pemerintah menggalakkan kesadaran pariwisata bahkan mulai dari desa-desa. Indonesia punya branding secara nasional yakni Wonderful Indonesia dan untuk versi lokalnya adalah Pesona Indonesia.

Chief Strategy Consultant Arrbey Handito Joewono

Chief Strategy Consultant Arrbey Handito Joewono

Dalam pandangannya, konsep One Village One Product (OVOP) untuk pembangunan desa wisata tidak ekonomis dan sesungguhnya tidak diperlukan. Sehingga, tidak diperlukan strategi brand dan promosi khusus. “Promosinya satu saja yakni payung Desa Wisata. Jika terlalu banyak nantinya tidak efisien,” ujarnya.

Konsep OVOP berasal dari Oita, Jepang dan diadopsi oleh banyak negara di dunia. Pendekatan OVOP di Indonesia tidak jauh berbeda dengan apa yang telah dilakukan di Jepang dan Thailand. Implementasi OVOP mengikuti suatu konsep program membangun suatu regional, bisa tingkat desa, kecamatan, kota dan selanjutnya memilih satu produk utama yang dihasilkan dari kreativitas masyarakat desa.

Pendekatan OVOP juga menggunakan sumber daya lokal, memiliki kearifan lokal dan bernilai tambah tinggi. Produk-produk yang dipilih menjadi Gerakan OVOP tidak hanya dalam bentuk tangible product, tetapi juga dalam wujud intangible product, misalnya produk-produk budaya dan kesenian khas daerah yang memiliki nilai jual tinggi secara global.

Handito menjelaskan, pemerintah perlu mencontoh Bali yang sudah punya banyak desa wisata sehingga potensi wisata di Pulau Dewata tak hanya mengandalkan keindahan Pantai Kuta, Pantai Nusa Dua, dan Pantai Seminyak, serta eksotisme Ubud.

“Di Bali, lurahnya yang bergerak menawarkan homestay di rumah warganya. Warganya juga proaktif dengan menjemput dan menyiapkan acara khusus untuk wisatawan lokal maupun mancanegara yang tertarik. Jadi, yang bergerak adalah industri rumahan yang dikoordinasikan oleh unit-unit usaha di desa,” katanya.

Ke depan, ia melihat pemerintah daerah perlu menggandeng lebih banyak pihak swasta yang baru. Pelaku usaha baru ini tentu akan menawarkan sesuatu yang baru untuk mewarnai industri pariwisata di Tanah Air. “Harapannnya adalah bisnis biro perjalanan baru, transportasi baru, homestay baru dan lainnya. Mereka semua akan menjadi andalan menjalankan bisnis pariwisata di desa,” katanya.


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved