Management Strategy

Kesetaraan Jadi Kunci Sukses Implementasi MEA

Kesetaraan Jadi Kunci Sukses Implementasi MEA

Era masyarakat ekonomi ASEAN sudah akan dimulai akhir tahun ini. Khusus untuk sektor keuangan akan dimulai pada 2020 mendatang. Tema besar di ASEAN itu juga menjadi pembahasan utama World Economic Forum on East Asia yang digelar di Jakarta, 19-21 April 2015. Chairman Boston Consulting Group, Hans-Paul Burkner, mengatakan, negara-negara di kawasan ASEAN harus membuka diri. Saat ini, ASEAN merupakan wilayah dengan pertumbuhan ekonomi terbaik di dunia bersama India dan Tiongkok.

“10 negara dengan 600 juta penduduk adalah kekuatan nyata. India, Indonesia, dan China adalah negara dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Kenapa China bisa mengalahkan Amerika Serikat tahun 2014 lalu, itu karena mereka membuka ekonominya,” katanya.

Direktur Utama PT Bank Mandiri Tbk Budi Gunadi Sadikin menambahkan, ASEAN kini memegang peran penting dalam struktur perekonomian dunia. Itulah kenapa wacana Masyarakat Ekonomi ASEAN digulirkan, yakni demi mendorong pertumbuhan ekonomi kawasan. Namun, kunci sukses penerapan era pasar besar di wilayah ASEAN itu adalah adanya kesetaraan antarnegara yang sampai saat ini masih belum sepenuhnya terwujud.

“Inilah yang harus segera diselesaikan jika ingin ekonomi ASEAN tumbuh berkelanjutan. Fakta menunjukkan, kekuatan ekonomi antarnegara ASEAN masih memiliki gap yang cukup lebar,” katanya.

Direktur Utama PT Bank Mandiri Tbk, Budi Gunadi Sadikin (Foto: World Economic Forum)

Direktur Utama PT Bank Mandiri Tbk, Budi Gunadi Sadikin (Foto: World Economic Forum)

Adanya gap antarnegara inilah yang masih akan mengganjal penerapan Masyarakat Ekonomi ASEAN. Menurut Burkner, semua negara harus bergerak cepat untuk meyakinkan semua pihak kalau kehadiran MEA akan meningkatkan kompetisi. Jika masing-masing membuka diri dan berbagi sumber daya, tujuan bersama akan bisa dicapai. “Karena itu, MEA jangan hanya dibicarakan di tingkat elite, tapi harus disampaikan ke seluruh lapisan masyarakat,” ujarnya.

Dekan Lee Kuan Yew School of Public Policy, National University of Singapore, Kishore Mahbubani menjelaskan, Indonesia masih akan memegang peranan penting di kawasan ASEAN dengan sederet kelebihan yang dimiliki negeri yang dipimpin duet Joko Widodo dan Jusuf Kalla ini, seperti populasi dan potensi pertumbuhan kelas menengah terbesar, serta sumber daya alam melimpah. Namun, isu-isu nasionalisme bisa penghambat penyatuan pasar ASEAN.

“Indonesia adalah negara paling optimis sedunia. Tapi, mereka tak boleh terlena di zona nyaman. Mereka bisa maju asal mau membuka diri. Jangan selalu melakukan proteksi. Dengan begitu, level permainan mereka akan terus meningkat,” katanya.

Soal kesetaraan ini juga menjadi perhatian Budi. Bank Mandiri sampai sekarang masih kesulitan membuka kantor cabang di negara tetangga, Malaysia dan Singapura. Sementara, negara-negara tersebut bisa dengan mudah membuka kantor cabang di Indonesia. Contohnya OCBC punya 350 cabang di Indonesia, sementara di Singapura saja hanya 50 cabang. Hal yang sama juga dilakukan Bank UOB yang punya 240 kantor cabang, sementara di Singapura hanya punya 70 kantor cabang. “Minta satu di sana saja ditolak. Ini kan unfair. Ini yang mesti diperbaiki karena pertumbuhan ekonomi nantinya tidak akan berkelanjutan,” katanya.


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved