Management Strategy

Misi Mata Najwa Menyuarakan Kebenaran

Misi Mata Najwa Menyuarakan Kebenaran

Siapa yang tak kenal presenter cantik Najwa Shihab? Putri Mufassir Indonesia, Quraish Shihab ini kondang di jagat pertelevisian Indonesia lewat progam talkshow Mata Najwa. Eks wartawan RCTI ini mengikuti jejak pendahulunya, Andy F Noya yang telah lebih dulu melejit lewat acara talkshow Kick Andy.

Nana, panggilan akrabnya, berkisah kalau Mata Najwa memang sengaja dibuat untuk memperkuat branding Metro TV lewat program talkshow dengan nama programnya menggunakan nama anchor. Program tersebut nyatanya berhasil merebut simpati jutaan penonton sejak meluncur di layar kaca tahun 2010.

Selain kedua program tadi, Metro TV masih punya dua program serupa yang juga tak kalah menarik, yakni Just Alvin dan Sudut Pandang with Fifi Aleyda Yahya. Di luar negeri, mereka boleh disejajarkan dengan Oprah Winfrey yang populer dengan Oprah Winfrey Show dan Ellen DeGeneres dengan acaranya The Ellen DeGeneres Show.

“Hampir semua anchor TV ingin punya program sendiri yang namanya menjadi brand program tersebut. Sama seperti di media cetak yang ingin punya kolom opini sendiri dalam salah satu rubrik. Pada awalnya, terus terang saya sangat grogi karena nama saya dibuat sebagai brand. Pastinya akan menjadi tanggung jawab besar. Jika programnya gagal, nama saya pula yang akan buruk,” katanya.

Najwa Shihab

Najwa Shihab

Menurut Nana, Mata Najwa didesain khusus untuk mengajak masyarakat agar peduli pada kondisi negeri dan berani menyuarakan sebuah kebenaran. Saat ini, banyak media yang dapat digunakan untuk menyuarakan kebenaran, seperti lewat petisi maupun media sosial. Nah, Mata Najwa hadir menjadi salah satu tempat untuk menyuarakan kebenaran tadi.

“Untuk temanya sendiri lebih banyak dari politik dan hukum karena backround saya adalah politik dan hukum. Topik-topik yang kami bahas berhubungan dengan hukum, seperti kemarin ramai pemilu kami juga membahas soal pemilu,” ujarnya.

Di luar itu, Mata Najwa juga mengangkat isu penting lain yang perlu diketahui publik, terutama tentang penyelewengan-penyelewengan. Namun, banyak narasumber yang tidak ingin diketahui identitasnya, namun pihaknya yakin informasi tersebut akurat. Hasilnya? Pola pikir masyarakat tentang beragam penyelewengan yang dilakukan banyak pejabat di negeri ini pun terbuka. Mereka akhirnya lebih kritis dalam menyikapi setiap isu yang berkembang.

“Kami melakukan branding lewat media sosial. Majalah SWA beberapa kali memberi penghargaan pada kami soal Word of Mouth di media sosial. Kami juga road show ke berbagai daerah. Selama dua tahun terakhir, kami menggelar show on stage atau keliling kota. Dalam setahun bisa 8-10 kali agar lebih dekat dengan pemirsa,” katanya.

Ke depan, Nana masih mengejar impian terbesarnya, yakni memiliki sebuah lembaga pendidikan jurnalistik untuk wartawan-wartawan muda. Dengan begitu, mereka punya bekal yang menyeluruh mengenai dunia jurnalistik, baik dari skill, etika, dan pengetahuan lainnya. “Mudah-mudahan di tahun 2016 bisa diwujudkan,” ujarnya. (Reportase: Syukron Ali)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved