Management Strategy

Gali Pesona Indonesia, Angkat Industri Pariwisata

Gali Pesona Indonesia, Angkat Industri Pariwisata

Pesona keindahan Indonesia sudah diakui dunia. Megahnya Candi Borobudur, eksotisnya Bali, pesona surga bawah laut di Raja Ampat serta Taman Laut Bunaken, dan lainnya seharusnya menjadikan Indonesia sebagai destinasi wisata terbesar di dunia.

Namun, sektor pariwisata belum tergarap sepenuhnya. Jumlah wisatawan mancanegara yang datang berkunjung masih tergolong sedikit. Pesona Tanah Air kita tampaknya kalah dengan negeri tetangga, seperti Malaysia dan Thailand. Seperti apa wajah industri tourism kita, berikut ini wawancara khusus Tim SWA yang terdiri dari Kemal E. Gani, Joko Sugiarsono, Sudarmadai, Fardil Khalidi dan Wisnu T. Raharjo dengan Menteri Pariwisata Arief Yahya. Berikut kutipannya.

Bagaimana struktur kelembagaan Kementerian Pariwisata saat ini?

Menteri Pariwisata Arief Yahya

Menteri Pariwisata Arief Yahya

Nanti dalam struktur organisasi akan terdiri dari empat fungsi : Destinasi, Pemasaran, Industri Pariwisata, serta Kelembagaan dan SDM. Jadi, ada empat dirjen. Sesuai dengan perubahan kelembagaan, nanti ini akan menjadi empat deputi.

Bagaimana kesiapan sektor ini?

Kepariwisataan dibandingkan yang lain itu paling siap. Dari SDM (industri kepariwisataan) nasional sebesar 375 ribu, sebanyak 125 ribu certified. Hanya saja dibandingkan dengan negara lain, seperti Malaysia dan Thailand, kita masih kalah. Jumlah kita hanya 1/3 nya mereka.

Oleh karenanya, kita akan akselerasi sampai 2019 harus bisa menciptakan hingga 250 ribu orang yang certified, meggunakan standar ASEAN. Berita baiknya, kita punya 4 STP (Sekolah Tinggi Pariwisata), dimana 40% siswanya kerja di luar. Berarti, standar kita diterima di luar.

Bagaimana posisi industri pariwisata dibandingkan industri lainnya?

Di dunia, pada 2014 nomor 1 itu financial services, diikuti telco, mining, banking, education, lalu tourism. Tourism dibandingkan dengan manufacturing dan chemical industry itu lebih besar. Dibandingkan dengan industri otomotif, dia menyerap 6 kali lipat untuk tenaga kerjanya dengan investasi yang sama.

Untuk kasus Indonesia, dibandingkan dengan industri lainnya dalam menghasilkan devisa, tourism masih berada di posisi ke 4 dengan nilai US$ 10 miliar, setelah oil & gas US$ 32 miliar, coal US$ 24 miliar, dan CPO US$ 15 miliar. Performance-nya masih nomor 4. Tapi, di bisnis itu yang lebih penting projection daripada performance. Dalam hal ini, maka industri CPO, coal, oil & gas nanti bakal turun. Sedangkan tourism bisa naik.

Alasan yang kedua karena industri tourism lebih sustain dibandingkan dengan industri natural resources yang lain. Lalu dalam hal creating employment-nya, direct employment-nya bisa tumbuh 3 kali lipat, dan indirect-nya juga 3 kali lipat.

Lalu, bagaimana posisi industri pariwisata Indonesia dibandingkan dengan negara lain?

Untuk penghasilan devisa (dari sektor pariwisata), kita baru US$ 10 miliar, sedangkan Malaysia US$ 20 miliar, dan Thailand US$ 40 miliar. Memang masih jauh kita dibandingkan dengan Thailand dan Malaysia. Namun, kalau lihat potensinya tentu kita jauh lebih unggul.

Kalau melihat indeks competitiveness-nya, kita itu di ranking 70 dari 140 negara. Sementara Malaysia nomor 34 dan Singapura nomor 10.

Faktor-faktor apa yang memengaruhi industri pariwisata kita?

Kalau kita lihat peta indeksnya, dengan skala 7, untuk faktor-faktor health and hygiene, tourism infrastructure, dan ICT infrastructure, skornya tidak lebih dari 2,9. Ini kelemahan kita. Sedangkan Top 3-nya yakni natural resources, prioritization, dan price competitiveness, skornya sekitar 5,6. Jadi, yang (skornya tinggi) ini kita prioritaskan.

Berapa jumlah wisman yang datang ke Indonesia dibandingkan dengan ke negara tetangga?

Total yang datang (pada 2014) ke Indonesia 9.4 juta. Sedangkan ke Malaysia 26 juta dan ke Thailand 25 juta (turun 6%). Sederhananya, kita itu 1/3-nya Malaysia dan Thailand. Kalau dari sisi devisanya, kita ½-nya Malaysia dan ¼-nya Thailand.

Apa target yang diminta Presiden pada sektor pariwisata?

Target yang diminta Presiden itu, bisa menyumbang PDB sebesar 8%, dari sebelumnya 4% (versi BPS). Lalu, dari sisi devisanya bisa ditingkatkan dari US$ 10 miliar menjadi dobel US$ 20 miliar. Sisi employment-nya dari 9 juta menjadi 13 juta. Soal ini, tidak gampang menciptakan 4 juta pekerjaan.

Sebagai perbandingan, perusahaan seperti PT Telkom saja hanya menyerap 20.000 tenaga kerja. Jadi, untuk menciptakan 4 juta pekerjaan, berarti harus membuat 200 perusahaan seperti Telkom. Ini hal yang hampir tidak mungkin. Tapi, di pariwisata ini hal yang mungkin. Lebih padat karya dan langsung karena yang bermain di sini lebih banyak UMKM.

Target lainnya?

Dari sisi competitiveness (di tingkat global), harus meningkat dari peringkat 70 menjadi 30. Kalau misalnya kita sampai di peringkat 30, saya nggak tahu Malaysia sudah lari ke peringkat berapa lagi. Lalu, dari sisi arrival (kunjungan wisman), targetnya naik dari 9 juta menjadi 20 juta, dan turis domestiknya naik dari 250 juta jadi 275 juta. (***)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved