Management Strategy

Michael Widjaja: Mimpi BSD City Menjadi Pusat Bisnis Tangerang

Michael Widjaja: Mimpi BSD City Menjadi Pusat Bisnis Tangerang

Setelah bergabung mengelola perusahaan keluarga Grup Sinarmas, Michael Widjaja menggabungkan dua perusahaan propertinya: PT Bumi Serpong Damai Tbk dan PT Duta Pertiwi Tbk ke dalam satu payung Sinar Mas Land. Apa saja gebrakan yang dilakukan oleh CEO Sinarmas Land yang hobi bermain basket itu, berikut ini penuturannya kepada SWA Online beberapa waktu lalu.

Michael Widjaja, CEO Sinarmas Land (tengah baju batik)

Michael Widjaja, CEO Sinarmas Land (tengah baju batik)

Apa saja suka duka menjadi CEO muda di kelompok usaha properti?

Bagi saya, membangun kota seperti BSD City merupakan pengalaman suka karena ini kegiatan menciptakan sesuatu yang bisa menjadi pusat perhatian Jakarta sekaligus berbeda. Sementara itu, pengalaman duka juga banyak.

Apa terobosan terbesar yang telah Anda lakukan untuk memajukan bisnis keluarga?

Terobosan yang saya baru saja lakukan, saya mendirikan entitas perusahaan dan brand baru bernama Sinarmas Land ini. Di bawahnya, ada PT Duta Petiwi Tbk., PT Bumi Serpong Damai Tbk. (BSD), sampai ratusan anak perusahaan. Proyeknya sekitar 50 proyek, di antaranya ITC. Dari ke-50 proyek tersebut, ada 15-20 proyek yang sedang dibangun secara aktif. Kalau proyek township ikut dihitung, mungkin jumlahnya lebih banyak.

Saya bertugas di BSD cukup lama, sepanjang 2008-2011. Saat itu, kantor masih terpecah. Ketika saya menangani BSD, tiba-tiba Duta Pertiwi minta dilihat. Padahal saya tidak bisa mengurus keduanya. Saya menyadari pula, selama beberapa tahun bertugas di BSD, tidak jelas apa maunya BSD. Semua dijajaki saja tanpa greater vision. Maka, kekhawatiran saya timbul.

Kemudian saya mengemukakan ide, “Ayo, gabungkan perusahaan-perusahaan properti kita.” Ada banyak faktor di balik keputusan pendirian Sinarmas Land. Alasan pertama, gaung kami sudah kalah dengan kelompok pengembang macam Agung Podomoro, Sedayu, Lippo. Kedua, saya mau memunculkan brand payung perusahaan. BSD dan Duta Pertiwi harus membentuk satu perusahaan yang menunjukkan keberadaan kuat di sektor properti Indonesia. Karena itu, saya mendirikan Sinarmas Land pada 2011.

Membentuk entitas baru bernama Sinarmas Land berarti dibutuhkan visi yang baru. Sudah sangat lama visi BSD dan Duta Pertiwi tidak diperbaharui ataupun ditinjau. Tak ada relevansinya pula. Saya dan tim membuat satu visi yang lebih relevan, yakni Sinarmas menjadi perusahaan yang relevan di pasar Asia Tenggara. Justru bukan jadi perusahaan terbesar, melainkan relevan.

Ini tidak berarti generasi kakek dan ayah dulu tidak becus menjalankan perusahaan sehingga Sinarmas tidak beres. Dengan ataupun tanpa saya, Sinarmas bisa tumbuh dan tetap jadi pemain properti besar di Indonesia. Saya tak bisa menyumbangkan pengalaman ataupun kepintaran lebih. Saya juga tidak bisa memberi pendapatan. Persoalannya hanyalah, apa Sinarmas bisa tumbuh dengan semestinya. Peran saya hanyalah memandu Sinarmas menuju satu arah dengan lebih akurat. Ada visi yang lebih besar (greater vision) sehingga semua anak perusahaan tahu sedang menuju ke mana daripada membuat sesuatu secara terpisah-pisah.

Apa perubahan yang timbul setelah Anda menerapkan terobosan itu di Sinarmas?

Mundur ke belakang, sekitar tahun 2004-2005, BSD itu apa? Saya dengar cerita dari masa itu, BSD tak punya tanah, utang berlipat ganda, sempat kehilangan Graha Telkomsel untuk bayar upah karyawan. Sampai ada yang sambil berkelakar bilang Bintaro Sonoan ‘Dikit. Saya menyesal, mengapa saya tak ada di situ saat sedang kesulitan? Kalau saja saya di sana, saya pasti belajar lebih banyak.

Tapi, saya tak bisa memutar ulang waktu. Istilah Bintaro Sonoan ‘Dikit itu sudah tak terdengar lagi. Waktu saya masuk, BSD sudah punya platform untuk mapan (mature). Perusahaan ini terletak di lokasi strategis, hanya sedikit utang, punya tanah untuk bekerja.

Hasilnya sekarang, selain branding, pendirian Sinarmas Land menonjolkan sumber-sumber daya sehingga bisa lebih kuat, misalnya purchasing. Kalau digabung, sumber daya pasti lebih kompetitif. Tentu utamanya, ada sinergi pula. Bagian dari terobosan ini adalah pemindahan kantor pusat Duta Pertiwi dari Mangga Dua ke Green Office Park di BSD.

Bagaimana pergulatan Anda meyakinkan senior dan karyawan?

Membangun kerja sama dengan karyawan yang sudah masuk perusahaan lebih dulu ya, harus dengan rendah hati. Kalau baru setahun, jangan sok jago. Itu saja. Ada banyak pengalaman menarik seputar pergulatan meyakinkan karyawan, tapi dibagikan off the recordsaja.

Tentu saja saya merasakan beban juga. Tahun 2009-2010 merupakan tahun terberat bagi saya sebab ada banyak bentrokan dengan manajemen lama. Tapi, Sinarmas bertahan karena kegigihan.

Adakah pengalaman berkesan saat berupaya meyakinkan senior dan pemegang saham?

Salah satu pengalaman saya meyakinkan karyawan senior dan pemegang saham bahwa saya mampu adalah proyek baru pembangungan The Breeze Lifestyle. The Breeze merupakan mall tanpa dinding. Proyek ini merupakan open mall dan sebenarnya mall yang murah (cheap mall). Saya mendapat inspirasinya dari negara tempat saya kuliah, AS.

Sayangnya, ide mall tanpa dinding ternyata sulit diterima. Apakah orang mau hujan-hujan dan panas-panas di mall? Tak ada senior ataupun pemegang saham yang mempercayainya, apalagi mau mewujudkannya. Saya menemui tantangan dalam hal ini. Sampai tiga tahun, ide ini tidak bisa jalan. Memang, ide-ide inovatif biasanya sulit dipercaya.

Nah, sesulit apa pun itu, saya tetap harus meyakinkan mereka. Untuk meyakinkan senior dan pemegang saham, yang jadi persoalan adalah konsep dan angka. Sebetulnya ini cara yang sangat straightforward. Ide inovatif The Breeze mungkin tidak langsung menunjukkan angka ataupun pendapatan, tapi diharapkan berpengaruh positif bagi pengembangan Sinarmas jangka panjang. Sekarang pembangunan sedang berjalan dan The Breeze akan dibuka di Green Office Park, BSD sebelum Lebaran.

Apa rencana pengembangan Sinarmas?

Mimpi saya, BSD City bisa menjadi distrik pusat bisnis (CBD/central business district) Tangerang. Jika terwujud, itu akan jadi pencapaian terbesar saya.

Sinarmas punya sangat banyak proyek tahun 2013 ini. Saya dan tim tengah mempersiapkan satu perusahaaan untuk IPO (initial public offering). Kemudian, bangun International Indonesian Expo (IIE) dengan Kompas Gramedia, untuk menjadi pameran convention terbesar di Indonesia.

Selain IIE, ada proyek The Breeze. Dalam hal ini, sudah saatnya Indonesia lebih mengeksplor SDA (sumber daya alam) yang diberikan Tuhan berlimpah-limpah, sambil berbelanja. Berbeda dengan Singapura yang berorientasi jasa (service oriented), Indonesia adalah negara yang berorientasi alam. Maka, saya tidak segan menghabiskan 20%-30% anggaran pembangunan mall saya untuk pembentukan lansekap dan kegiatan luar ruang (outdoor activities). Mungkin pengembang lain akan menyebut saya bodoh karena melakukan ini. Tapi, ini berbeda dan saya harap, orang-orang bisa menikmatinya seperti saya.

Dalam waktu lima tahun, Sinarmas Land harus mengokohkan posisinya sebagai dua atau tiga besar perusahaan pengembang di Indonesia. Sinarmas sudah bisa disebut besar sekarang. Tapi, ini tentu tergantung harga saham (stock price).

Kedua, Sinarmas ingin menunjukkan eksposur di Asia Tenggara secara keseluruhan, mengingat region ini sedang tumbuh luar biasa cepat. Ingin kuat di dua negara lain.

Ketiga, saya ingin melihat BSD jadi perusahaan US$ 10 miliar. Tergantung seberapa kerja keras saya, ini mungkin.(EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved