Management Strategy

Pembiayaan Bermasalah Tinggi, Bank Syariah Hati-Hati

Pembiayaan Bermasalah Tinggi, Bank Syariah Hati-Hati

Lampu kuning untuk perbankan syariah. Akhir tahun lalu, nilai pembiayaan yang bermasalah (NPF/non performing financing) mencapai Rp 8,6 triliun, atau sebesar 4,33% dari total pembiayaan yang tersalur per Desember 2014 sebesar Rp 199,3 triliun. Angka itu semakin dekat dengan batas maksimum NPF yang aman, yakni 5%. “Semuanya mesti hati-hati. Pokoknya tidak ada yang bisa akrobat tiba-tiba naik. Semuanya harus step by step,” kata Direktur Utama BNI Syariah, Dinno Indiano di Jakarta, Selasa (31/3).

Menurutnya, kenaikan NPF ini menjadi tanda kalau tak ada yang instan di dunia ini. Semuanya mesti melewati proses. Itulah pentingnya proses analisis yang mendalam dan menyeluruh atas tawaran bisnis baru yang datang menghampiri. “Apakah bank syariah siap menggarap korporasi. Jangan sampai nanti sudah dikasih, tapi ternyata belum siap. Apalagi, NPF agak besar, takutnya nanti malah nyungsep,” ujarnya.

Dinno menjelaskan, perbankan syariah di Tanah Air kalau boleh dianalogikan masih bayi. Sehingga membutuhkan dukungan banyak pihak, pemerintah, regulator, dan stakeholder terkait seperti Dewan Syariah Nasional-Majelis Ulama Indonesia, Ikatan Akuntansi Indonesia, dan lain-lain. Inovasi harus terus digenjot agar bisa menghasilkan produk baru yang bisa memenuhi kebutuhan masyarakat.

“Sosialisasi juga harus kenceng. Bahwa perbankan syariah sudah similar, sudah setara dengan bank konvensional. Sejauh edukasinya bagus, ada keberpihakan (dari pemerintah dan lainnya), selesai kok masalahnya,” katanya.

Direktur Utama BNI Syariah, Dinno Indiano (Foto: IST)

Direktur Utama BNI Syariah, Dinno Indiano (Foto: IST)

Dari data Otoritas Jasa Keuangan, perbankan syariah membiayai usaha kecil dan menengah menerima hingga Rp 59 triliun, segmen lainnya sebesar Rp 139 triliun. Pembiayaan konsumsi dan modal kerja masih paling tinggi yaitu berturut-turut Rp 79,6 triliun dan Rp 77,9 triliun. Sisanya, pembiayaan konsumsi sebesar Rp 41,7 triliun.

“BNI syariah masih fokus menggarap segmen UKM. Dari sini saja, pertumbuhan kami lebih dari 30%. Kuartal pertama, siklusnya memang rendah. Tapi, saya merasa khawatir kayaknya kuartal I tidak terlalu menggembirakan buat saya,” kata Dinno.

Hingga Desember 2014, BNI Syariah mampu mempertahankan NPF sebesar 1,86% meski kinerja industri tengah menurun. Untuk selanjutnya akan dijaga tetap di bawah 2%.

Ketua Umum Asosiasi Bank Syariah Indonesia (Asbisindo) Yuslam Fauzi menilai perlambatan ekonomi tahun lalu menyebabkan volume pembiayaan ikut menurun. Di sisi lain, kualitas aset pembiayaan terus mengalami pemburukan. Rasio NPF naik karena pembaginya menjadi besar. Bank pun akan melakukan pencadangan sehingga perolehan laba akhirnya terkoreksi.

Kendati tengah dirundung musibah, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yakin tahun ini industri bisa bangkit. Kepala Departemen Perbankan Syariah OJK, Edy Setiadi mengatakan ekspansi fiskal pemerintah diharapkan bisa memberikan ruang gerak yang memadai bagi bank syariah untuk menyalurkan pembiayaan lebih tinggi tahun ini. OJK memproyeksi pertumbuhan pembiayaan tahun ini bisa mencapai 15%-18%.


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved