Management

Pemerintah Undang Investor di Daerah Perbatasan

Pemerintah Undang Investor di Daerah Perbatasan

Forum Bisnis dan Investasi Daerah Perbatasan (Border Business and Investment Forum) akan digelar Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Kemendesa), pada 1 Desember 2016. Acara ini sebagai kelanjutan dari Border Investment Summit yang dilaksanakan awal November 2015.

Pertemuan tahun ini akan membahas apa saja potensi dan kebutuhan investasi di enam daerah KBI. Itu sebabnya, Border Bussines and Investment Summit tahun ini lebih banyak diikuti perusahaan swasta, BUMN, pengusaha, asosiasi usaha, hingga kedutaan besar negara-negara sahabat.

“Kita butuh dukungan swasta dalam pengembangan hulu hingga hilir, termasuk pembangunan infrastruktur,” kata Endang Supriyani Direktur Pengembangan Daerah Perbatasan Kemendesa.

ikan-natuna

Menurut Supriyani, saat ini baru dapat memuat 6 kabupaten perbatasan, yaitu Natuna, Nunukan, Belu, Kepulauan Talaud, Morotai, dan Merauke. Kabupaten Natuna misalnya, sangat berpotensi di sektor perikanan, pariwisata, dan komoditi cengkih, karet, serta kelapa.

Untuk investasi awal membutuhkan pembangunan pelabuhan perikanan, penambahan armada perikanan tangkap, pembangunan pusat pendaratan ikan, pembangunan pabrik es kapasitas 10 ton & cold storage kapasitas 50 ton, pembangunan sub-pelabuhan perikanan, pengadaan sarana dan prasarana budaya perikanan, pembangunan sarana dan prasarana bahan bakar, dan gaji sumber daya manusia.

Selain itu, Kabupaten Nunukan memiliki potensi perikanan dan rumput laut. Hasil olahan akan dipasarkan baik ke dalam negeri, Surabaya, Makasar, dan Jakarta maupun diekspor ke China, Singapura, Filipina, Amerika Serikat, dan negara lain.

Pemerintah daerah telah menetapkan lahan seluas 50 ha untuk keperluan itu. Diperkirakan kawasan marine technopark membutuhkan biaya investasi sebesar Rp 56,9 miliar, baik dari investor maupun pemerintah.

Sedangkan, area budi daya rumput laut direncanakan seluas 3.300 Ha dengan perkiraan kebutuhan investasi sebesar Rp 146,3 miliar. Usaha perikanan tangkap membutuhkan investasi sebesar Rp 94,7 miliar, dan perikanan budi daya sebesar Rp 45,2 miliar.

Begitu juga di Kabupaten Belu, Jagung dan ternak sapi menjadi potensi. Target pengembangan komoditas sapi dalam lahan 500 hektar berkisar hingga 2.500 sapi. Untuk jagung, target seluas 1.000 hektare, memproduksi hingga 2.500 ton dengan dua kali masa panen, sehingga mencapai 5.000 ton pertahun.

Kebutuhan investasinya untuk komoditas jagung dalam luas tanam hingga 100 hektare diperkirakan mencapai Rp 4,7 miliar. Sedangkan kebutuhan investasi untuk ternak sapi dalam luas penggembalaan 100 hektar diperkirakan mencapai Rp 84,5 miliar per tahun.

Lain halnya di Morotai, Potensi ekonomi adalah pada sektor jasa pariwisata, perikanan tangkap (ikan tuna) dan rumput laut serta sektor perkebunan (kelapa/kopra, pala dan cengkeh). Kebutuhan Finansial untuk pembangunan resort dan pariwisata di Kabupaten Pulau Morotai dengan asumsi luas lahan 10 Ha adalah Rp 29 miliar.

Kebutuhan investasi untuk produksi ikan tuna dengan menggunakan asumsi pengadaan kapal satu buah adalah Rp 1,2 miliar (dimana dalam satu tahun akan mampu memproduksi tuna sebesar 4.136 ton).

Padi dan peternakan jadi produk unggulan Merauke, Kabupaten Merauke penghasil padi terbesar di Papua. Pada 2015 produksi padi di Kabupaten Merauke sebesar 153.661,09 ton.

Kebutuhan investasi padi di Merauke dengan luas lahan sawah 1.000 ha adalah Rp 8,66 miliar yang terdiri atas investasi awal Rp 2,2 miliar, biaya tetap Rp 2,58 miliar, biaya operasional Rp 2,24 miliar dan biaya tenaga kerja sebesar Rp 1,64 miliar.


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved