Management Strategy

Penerbangan di Bandara Syamsudin Noor Mulai Normal

Oleh Admin
Penerbangan di Bandara Syamsudin Noor Mulai Normal

General Manager PT Angkasa Pura I Cabang Syamsudin Noor, Banjarbaru, Kalimantan Selatan, Handy Heryudhitiawan, mengatakan aktivitas penerbangan di bandara setempat berangsur normal, meski area runway masih dibekap kabut asap tipis, Kamis pagi, 17 September 2015. Menurut dia, tidak ada satu pun jadwal penerbangan yang tertunda pada Kamis pagi.

Ia mengakui, kabut asap menjadi fenomena setiap pagi di Kabupaten Banjar dan sekitarnya. Untuk itu, pihaknya terus merekayasa lalu lintas udara di tengah ancaman kabut asap.

“Pagi ini normal, walau jarak pandangnya 700 meter. Tadi Lion Air dan Garuda Indonesia penerbangan haji bisa berangkat dengan digeser lebih pagi,” ucap Handy seusai upacara Hari Perhubungan di Banjarmasin, Kamis, 17 September 2015.

Hari-hari sebelumnya, ucap dia, Angkasa Pura mesti menunda 12-16 jadwal penerbangan dari dan ke Bandara Syamsudin Noor. Adapun jumlah penerbangan berjadwal di bandara tersebut sekitar 45 kali saban hari. Penutupan sementara bandara melihat kondisi lapangan. “Hari ini visibility dalam range normal.”

Bandara Internasional Syamsudin Noor, Banjarmasin

Bandara Internasional Syamsudin Noor, Banjarmasin

Prakirawan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Cabang Bandara Syamsudin Noor, Riza Arian Noor, menuturkan 83 titik panas di Kalimantan Selatan tertangkap satelit Aqua dan Terra pada Kamis pagi. Angka tersebut turun ketimbang jumlah titik panas pada Selasa lalu sebanyak 379 titik dan Rabu kemarin 108 titik. Adapun titik panas hari ini tersebar di Kabupaten Banjar sebanyak 34 titik, Tanah Laut 14 titik, dan Tapin 14 titik.

Sementara itu, angin berembus dari arah timur dengan kecepatan 9-35 kilometer per jam, temperatur maksimal 36 derajat Celsius, kelembapan udara 40-90 persen, dan tinggi gelombang di selatan Kalimantan diprediksi 1,5-2,5 meter. “Jarak pandang minimum 500 meter pagi ini,” ujar Riza.

Soal kemungkinan berkurangnya jumlah titik panas pada hari-hari berikutnya, Riza tak bisa memastikan, karena kebakaran lahan dan hutan berkaitan dengan perbuatan manusia. “Ini bukan fenomena atmosfer. Kalau melihat temperatur, kecepatan angin, dan kelembapan udara, ke depan bisa jadi titik panas masih ada.”

Tempo


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved