Management

Penerus Sang Titan

Penerus Sang Titan

Tak banyak yang mengenal dirinya. Kini, setelah menempati posisi tertinggi, dia harus menavigasi kerajaan bisnis di tengah sejumlah medan pertempuran besar.

Jeff Bezos (kiri) dan Andy Jassy (Kanan), (Foto: atalayar.com).
Jeff Bezos (kiri) dan Andy Jassy (Kanan), (Foto: atalayar.com).

Andy Jassy sedang duduk santai di kantornya, Amazon re:Invent Building, Seattle, Amerika Serikat, ketika sebuah telepon yang dinantinya berdering. Akhirnya…

Ya, inilah satu telepon yang kelak mengubah hidupnya. Beberapa jam sebelumnya, dia telah menerima surat elektronik (surel) dari bosnya, Jeff Bezos. CEO Amazon itu bilang ingin membicarakan sesuatu dengan Jassy. Dia bilang ingin menelepon untuk menjelaskannya.

Ketika menerima surel tersebut, Jassy cukup terkejut. Menerima surel dari bos, tentu hal yang biasa. Namun, dia merasa pasti ada hal penting yang ingin diutarakan sang bos. Ada nada yang berbeda dari surel yang satu ini. Hati kecilnya mengatakan demikian.

Benar saja, saat menelepon, sang bos berkata, “Saya sedang berkontemplasi untuk mundur dari peran CEO di Amazon. Sebenarnya saya senang dengan peran itu, tapi saya akan berhenti jika kamu tertarik menjadi CEO berikutnya, menjadi pengganti saya.”

Deg… Jassy terdiam beberapa saat. Dia benar-benar terkejut. Tentu saja, dia sangat tergoda untuk mengambilnya. Namun, dia perlu memikirkannya masak-masak. “Boleh saya berpikir dalam beberapa hari?” dia bertanya.

“Ya, tentu saja,” Bezos membalas. Ringkas, tapi penuh makna seperti dikutip vanityfair.com, 23 November 2021.

Selanjutnya, sisanya adalah goresan sejarah. Pada 5 Juli 2021, Jeff Bezos resmi mundur dari jabatannya sebagai CEO Amazon, posisi yang diduduki sejak perusahaan ini didirikannya pada 5 Juli 1994 atau 27 tahun lalu.

Lelaki plontos itu mengakhiri perannya sebagai CEO dengan torehan fantastis. Bisnis yang dirintisnya sebagai penjual buku lewat internet telah menjadi salah satu perusahaan paling berharga di muka bumi. Saat lengser keprabon, Amazon mencetak pendapatan sebesar US$ 113,1 miliar atau sekitar Rp 1.635 triliun sepanjang kuartal II/2021, sementara laba bersihnya US$ 7,8 miliar (Rp 117 triliun).

Setelah hari bersejarah itu, publik pun bertanya: siapa sebenarnya Andy Jassy? Apa prestasinya sehingga dia dipilih menggantikan seorang titan (raksasa) dunia teknologi?

Bukan tanpa alasan pertanyaan itu dilontarkan. Selama ini Bezos tak menampakkan tanda-tanda akan segera turun dari singgasana. Dia masih sering tampil sebagaimana biasanya.

Kabar yang bertiup hanyalah bahwa dia punya dua andalan yang melapor langsung kepada dirinya. Pertama, Jassy. Satunya lagi, Jeff Wilke, CEO Amazon Worldwide Consumer. Keduanya orang penting, tetapi belum pasti salah seorang dari keduanya akan menggantikan Bezos. Tak terdengar kabar pula dia menggembleng serta menimang-nimang calon penggantinya secara definitif.

Jadi, siapa Jassy?

Lelaki yang kini berusia 53 tahun itu bergabung dengan Amazon pada tahun 1997 setelah lulus dari Harvard Business School. Saat bergabung, Jassy menduduki posisi manajer pemasaran.

Sebenarnya, bukan tanpa alasan jika Bezos menempatkannya sebagai orang nomor satu menggantikan dirinya. Prestasinya memang sangat mentereng: membawa Amazon Web Services (AWS) menjadi platform komputasi awan (cloud computing) papan atas di dunia, yang digunakan oleh jutaan pelanggan untuk memberikan dampak positif bagi mereka.

Di bawah kepemimpinannya, bisnis cloud computing Amazon terus membesar. Jassy sukses menggaet sejumlah pelanggan besar, termasuk Verizon, McDonald’s, dan Honeywell. Startup Silicon Valley telah lama mengandalkan AWS.

Menurut Synergy Research, pada 2020 AWS menguasai sepertiga dari pasar komputasi awan di dunia. Pendapatan tahunan divisi ini tumbuh 37% pada 2019 dan 30% pada 2020. Karena kinerjanya, Jassy disebut-sebut menjadi salah satu shadow adviser bagi Bezos, yakni karyawan yang mengikuti setiap rapat Bezos.

Tom Johnson, kepala transformasi di perusahaan pemasaran global Mindshare, mengatakan bahwa promosi Jassy menggarisbawahi satu hal penting yang dibuat Bezos: sentralitas bisnis hosting web menjadi strategi Amazon. Satu hal yang sangat wajar karena secara total, AWS menjadi tulang punggung, menyumbang 11% dari pendapatan Amazon. “Latar belakang Jassy dalam mengarahkan AWS menunjukkan betapa pentingnya layanan tersebut terhadap strategi bisnis Amazon,” katanya.

Setelah Jassy menempati posisi tertinggi, pertanyaan berikutnya setelah mengulik siapa dirinya adalah apa yang menjadi tantangan buatnya, dan apakah dia mampu membesarkan warisan Bezos? Pasalnya, Amazon menghadapi sejumlah medan pertempuran yang tidak ringan, bahkan eskalasinya cenderung kian panas.

AndyJassy, CEO Amazon: Di bawah kepemimpinannya, bisnis cloud computing Amazon terus membesar.
AndyJassy, CEO Amazon: Di bawah kepemimpinannya, bisnis cloud computing Amazon terus membesar. (Foto: cnbcindonesia.com).

Salah satunya adalah cloud computing war, tentu saja. Gartner mencatat, tahun 2021 belanja untuk cloud services bisa melebihi US$ 330 miliar (hampir Rp 4.950 triliun). Kalangan industri dan pemerintahan di dunia menggerakkan infrastruktur dan teknologinya ke arah komputasi awan. Ke depan, bisnis ini dipastikan akan terus berkembang sejalan dengan makin digitalnya kegiatan manusia dan operasional bisnis serta layanan pemerintahan.

Di sisi AWS, memang tidak dimungkiri mereka kini adalah sang pemenang. Namun, mereka menyadari IBM, Google, dan Microsoft tak akan pernah rela serta berdiam diri melihat kue bisnis yang terus membesar ini. Apalagi, dalam perang memperebutkan pasar komputasi awan, AWS juga tidak selalu sukses. Satu kontrak penting yang gagal mereka menangi adalah proyek “JEDI” senilai US$ 10 miliar dari Pentagon, yang dikantongi Microsoft.

Tantangan berikutnya adalah mewujudkan mimpi Bezos menjadikan Amazon sebagai “Everything Store”. Dalam empat tahun terakhir, perusahaan ini begitu agresif untuk menjadi toko segala hal. Pada 16 Juni, ia mengakuisisi Whole Food Market, perusahaan ritel perintis makanan alami dan organik, senilai US$ 13,7 miliar (setara Rp 183 triliun). Jassy tentu saja dituntut untuk membuat perusahaan tetap agresif setelah akuisisi ini.

Perang selanjutnya adalah di sektor entertainment. Seperti halnya lini ritel yang agresif, Bezos juga begitu rakus untuk membuat Amazon pemain yang disegani di jalur dunia hiburan. Januari 2021, dia mengakusisi perusahaan startup siniar (podcast) Wondery. Dengan akuisisi ini, Wondery menjadi bagian dari Amazon Music, yang memproduksi konten siniar orisinal. Kendati tidak disebutkan berapa nilai akuisisinya, Wall Street Journal melaporkan negosiasi ini menghargai valuasi Wondery lebih dari US$ 300 juta (sekitar Rp 4,16 triliun).

Sejatinya, Amazon terhitung telat masuk industri siniar. Langkahnya berada di belakang Spotify yang telah berinvestasi untuk mengakuisisi nama-nama besar produsen konten siniar, seperti Gimlet dan Anchor, untuk mencapai ambisinya menjadi Netflix-nya konten audio. Sebagai informasi, pada kuartal III/2021 pendapatan Spotify mencapai Rp 40 triliun.

Tak cukup dengan langkah itu, pada Mei 2021 Amazon mencaplok perusahaan film legendaris, Metro-Goldwyn-Mayer (MGM) seharga US$ 8,4 miliar (sekitar Rp 120,3 triliun). Menurut Bloomberg, pembelian ikon Hollywood yang berusia hampir seabad itu (didirikan pada 1924) diharapkan Amazon dapat memenuhi permintaan pasar untuk konten streaming yang terus melonjak di masa pandemi. Tak bisa dimungkiri, pesatnya layanan streaming, termasuk para pendatang baru, seperti HBO Max dan Disney+, telah memaksa Amazon bekerja lebih keras agar bisa memperoleh lebih banyak program hiburan untuk diberikan kepada pelanggannya.

Dengan akuisisi ini, Amazon memang dimungkinkan untuk menyediakan konten-konten yang ada di MGM untuk penonton. Dilansir Variety, MGM memiliki lebih dari 4.000 film dan 17.000 acara televisi dalam katalognya. Tentu saja, ini merupakan aset besar guna dihadirkan di layanan streaming milik Amazon, Prime Video.

Tak mengherankan, Mike Hopkins, Senior VP Prime Video dan Amazon Studios, berujar gembira dengan akuisisi ini, “Nilai finansial di balik kesepakatan ini sebenarnya adalah harta karun (kekayaan intelektual) dalam katalog MGM yang kami rencanakan untuk tata ulang dan kembangkan lagi.”

Di satu sisi, mendapatkan warisan semacam itu pastinya menjadi berkah bagi Amazon. Namun di sisi lain, tentu saja itu juga tantangan besar bagi Jassy agar bisa mengoptimalkannya. Dia harus bisa membuat strategi yang tepat sehingga seluruh aset itu bisa meningkatkan kinerja perusahaan di tengah persaingan video streaming yang begitu ketat.

Saking ketatnya pasar video streaming, sampai ada yang menyebut bahwa selain cloud computing war, juga terjadi video streaming war. Ya, ini memang pasar yang besar. Tahun 2020, perputaran uang di pasar ini mencapai US$ 26 miliar (Rp 372,6 triliun) dengan pertumbuhan tahunan 4,1%. Di pasar ini, Netflix memang masih menjadi penguasa dengan sekitar 214 juta pelanggan. Namun, Amazon punya potensi besar. Kini pelanggannya telah mencapai 200 juta.

Di luar seluruh tantangan bisnis di atas, Jassy juga dihadapkan pada sejumlah sorotan publik. Salah satunya adalah monopoli bisnis. Selain di AS, sorotan ini juga muncul di sejumlah negara. Bahkan, November 2021, bersama Apple, Amazon dijatuhi denda oleh otoritas persaingan usaha Italia (ACGM) sebesar US$ 230 juta (Rp 3,2 triliun). Keduanya dianggap melakukan monopoli penjualan perangkat elektronik. Amazon diganjar denda US$ 150 juta (Rp 2,1 triliun), lebih besar daripada Apple, , US$ 77,3 juta (Rp 1,1 triliun).

Tak hanya monopoli bisnis yang disorot, Amazon juga dipelototi para penggiat lingkungan. Dalam laporan Pacific Environment and Stand.earth, Juli 2021, diungkapkan ada 15 perusahaan besar, di antaranya Walmart, Target, dan Amazon yang menghasilkan polusi iklim. Mereka disebut pencemar terburuk yang menghasilkan lebih banyak gas rumah kaca daripada pembangkit batu bara dalam setahun.

Isu ini sejatinya bukan hal baru. Pada tahun 2019, Bezos telah berjanji menjadikan Amazon perusahaan e-commerce terbesar yang bebas polusi, atau karbon netral, di tahun 2040. Bezos juga menyatakan Amazon akan memenuhi kesepakatan iklim Paris 10 tahun lebih cepat dari jadwal yang ditetapkan, dan akan menggunakan 100% energi terbarukan pada tahun 2030.

Tentu, ini juga harus bisa dijawab Jassy. Apalagi, laporan Pacific Environment and Stand.earth menunjukkan Amazon masih menjadi polutan terbesar. Sejauh ini, Amazon mengandalkan mobil van listrik Rivian yang akan berada di jalanan pada tahun 2022. Sekitar 10 ribu kendaraan listrik itu mengirimkan pesanan pelanggan di AS. Kelak di tahun 2024, ditargetkan ada 100 ribu van listrik Rivian yang mengantar barang, yang diharapkan turut mengurangi emisi karbon.

Apakah Jassy bisa menjawab tantangan-tantangan tersebut, tentu saja masih harus ditunggu hasilnya. Yang menarik, di luar seluruh tantangan di atas, dia sendiri mengungkapkan apa yang menjadi pemikirannya. Pada 6 Oktober 2021, dalam sebuah konferensi teknologi di AS, dia mengungkapkan bahwa game akan menjadi lini industri yang besar, dan Amazon akan total bermain di dalamnya.

Ini catatan penting. Mengapa? Karena sejak sembilan tahun lalu, sebenarnya Amazon telah berupaya masuk ke industri ini lewat Amazon Game Studio. Namun, tak kunjung sukses. Saking jebloknya, Bloomberg sampai membuat judul sarkastik, “Amazon Can Make Just About Anything—Except a Good Video Game”. Laporan yang turun pada 29 Januari 2021 ini sempat bikin heboh, setidaknya bagi para petinggi Amazon. Sebab, ini seperti sebuah tamparan untuk perusahaan yang dikenal sukses di sejumlah lini bisnis.

Keadaan ini coba dijawab Jassy. Dia mengungkap bahwa Amazon baru saja merilis New World, sebuah online game komputer tentang pemanah dan pengguna kapak yang menjajah di tanah mitologi. Dengan penuh percaya diri, Jassy mengatakan bahwa peluncuran tersebut memiliki awal yang baik serta memiliki beberapa juta pemain aktif sehari.

Dia juga menyinggung tulisan di Bloomberg yang penuh sindiran itu. “Ada banyak artikel yang ditulis. Orang-orang mengatakan hal-hal seperti… Amazon tahu bagaimana membangun segalanya kecuali game, (tapi) mengapa mereka tidak bisa membuat game?” kata Jassy.

Jassy boleh saja menjawab sindiran Bloomberg. Namun, bagaimana hasil dari pertaruhan di industri game, kembali ini menjadi pertanyaan besar. Yang juga menarik, di luar sederet pertanyaan yang baru bisa dilihat dalam beberapa waktu ke depan, ada analisis yang menyatakan begini: salah satu kunci sukses Bezos adalah kemauannya yang sangat besar untuk melakukan eksperimentasi, dan keberaniannya untuk gagal. Nah…, apakah Jassy juga punya hal seperti itu?

Publik tentu menantinya. Pastinya, ketika Amazon meluncurkan New World, Bezos mencuit di akun Twitter-nya pada 1 Oktober 2021: “After many failures and setbacks in gaming we have a success. So proud of the team for the persistence. View setbacks as helpful obstacles that drive learning. Whatever your goals are, don’t give up no matter how hard it gets.”

Ya, Bezos menyemangati karyawan Amazon, dan tentunya Jassy, lelaki yang dipilihnya menjadi penerus. “Jangan menyerah, tak peduli betapa sulitnya itu.”

Jejak Jassy ke depan memang akan sangat menarik untuk diikuti. Dia akan menjadi sebuah buku yang terbuka. Apalagi, kepribadiannya sangat jauh berbeda dengan Bezos. Sementara sang pendiri Amazon terkenal flamboyan dan senang tampil, Jassy disebut bukan tipikal “banci kamera”. Dia bicara seperlunya. Para investor tentunya berharap Jassy kelak akan seperti Tim Cook yang terus membawa Apple melejit.

Nasib menjadi pengganti seorang titan untuk memimpin perusahaan besar memang tak mudah. Seperti berdiri di atas panggung sebagai seorang primadona, sorot lampu terus akan mengarah kepadanya. (*)

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved