Perubahan Transformasional Perlu Diiringi Budaya Kepemimpinan | SWA.co.id

Perubahan Transformasional Perlu Diiringi Budaya Kepemimpinan

Diana Khaitova, Regional Head of Client Development, APAC CCL.

Di tengah lanskap bisnis Indonesia yang terus berkembang, berbagai perusahaan semakin mempercepat bisnis mereka menuju transformasi digital yang diiringi dengan peningkatan tenaga kerja muda yang mahir teknologi. Meskipun adanya percepatan tersebut, banyak perusahaan masih kesulitan beralih dari pendekatan bisnis tradisional ke praktik bisnis modern.

Menurut Diana Khaitova, Regional Head of Client Developmen APAC Center for Creative Leadership (CCL), hadirnya teknologi digital, kecerdasan buatan, dan meningkatnya pelaksanaan model kerja hybrid, telah membuat lanskap kerja mengalami pergeseran yang mendalam. “Pemimpin sekarang perlu bersifat lincah, berpikir strategis ke depan, dan dapat beradaptasi untuk mengarungi perubahan ini,” ungkap Khaitova.

Terdapat pula tantangan dalam kesenjangan kesetaraan gender. Meskipun nilai kepemimpinan perempuan semakin diakui, adanya ketidaksetaraan sistemik yang persisten, bias dan tekanan sosial menghambat kemajuan mereka. Selain itu, pandemi juga memperburuk disparitas ini, yang terlihat dari banyaknya perempuan mundur dari karier mereka karena bertambahnya tanggung jawab untuk merawat keluarga dan faktor lainnya.

Lalu, budaya perusahaan yang sudah mengakar yang menolak perubahan juga menjadi tantangan tersendiri. Bahkan ketika para pemimpin menyadari perlunya transformasi dan memiliki keterampilan untuk mendorong perubahan tersebut, mereka sering kali berhadapan dengan keyakinan dan praktik yang sudah mengakar di dalam perusahaan tersebut dan menjadi penghalang. “Norma-norma budaya ini dapat menghambat inovasi, menghalangi pengambilan risiko, dan membatasi potensi transformasi yang sesungguhnya,” tambah Khaitova.

CCL menekankan pentingnya untuk melihat perubahan organisasional sebagai medium untuk pertumbuhan pribadi, pengembangan kemampuan, dan keberhasilan bisnis. Perspektif ini mendorong pendekatan proaktif terhadap manajemen perubahan, yang mana tantangan dianggap sebagai peluang untuk evolusi dan inovasi.

Perusahaan ini memiliki 3 tahap proses yang menekankan prinsip tersebut. Pertama adalah menyelaraskan strategi dengan perubahan transformasional. Di mana transisi menuju model kepemimpinan transformasional membutuhkan fondasi yang kuat dan dibangun di atas keselarasan dengan strategi bisnis perusahaan.

Begitu arah perubahan ditetapkan, fase kedua ini berfokus pada pentingnya mendapatkan dukungan di semua tingkat perusahaan. Hal ini dicapai dengan mengidentifikasi dan berkolaborasi dengan para penggerak perubahan, individu-individu yang dapat memimpin rekan-rekan mereka dan memastikan keselarasan secara menyeluruh. Para penggerak perubahan (champion) ini memainkan peran penting dalam mempercepat laju transformasi, memastikan semua orang berkomitmen dan memahami alasan di balik perubahan.

Kemudian melakukan mobilisasi perusahaan untuk melembagakan keyakinan dan praktik baru. Fase ketiga adalah tentang memastikan bahwa perubahan yang dilakukan tidak hanya bersifat di permukaan saja, tetapi juga sampai ke dalam struktur perusahaan. Hal ini membantu perusahaan secara keseluruhan untuk merangkul dan menerapkan keyakinan dan praktik baru.

Membentuk budaya perusahaan yang efektif sesuai dengan strategi bisnis melibatkan pemahaman terhadap perilaku dan norma yang mendasar di dalam perusahaan. “Budaya perusahaan pada dasarnya merupakan kumpulan keyakinan bersama dan kebiasaan yang mengatur bagaimana kegiatan dilakukan. Hal ini adalah seperti suara yang mengatakan, ‘itulah cara melakukan hal-hal di sini’,” ujar Khaitova.

CCL telah lama menjadi pionir dalam membantu perjalanan transformasi berbagai perusahaan. Peran CCL yang didasarkan pada penelitian dan praktik, berusaha memandu perubahan perusahaan dengan cara yang cermat dan holistik.

“Kami menyadari bahwa lingkungan bisnis yang dinamis saat ini membutuhkan lebih dari sekadar perubahan struktural. Sebaliknya, transformasi yang bermakna memerlukan pergeseran dalam budaya dan pola pikir perusahaan. Meskipun solusi teknis seperti restrukturisasi mungkin dapat memberikan bantuan sementara, adaptasi yang sesungguhnya datang dari pengembangan kepemimpinan generasi baru yang dapat secara konstan memecahkan berbagai tantangan dan mereformasi operasi perusahaan,” jelas Khaitova.

Panduan CCL telah membantu berbagai organisasi menyelaraskan budaya kepemimpinan mereka dengan strategi bisnis organisasi, sehingga memastikan kesuksesan yang berkelanjutan.

Editor : Eva Martha Rahayu

Swa.co.id

Sign In

Get the most out of SWA by signing in to your account

(close)

Register

Have an account? Sign In
(close)