Management Strategy

Peruri Digital Security Siap Bangun Dua Pusat Data

Peruri Digital Security Siap Bangun Dua Pusat Data

PT Peruri Digital Security (PDS), anak perusahaan Perum Peruri, segera membangun pusat data yang berlokasi di Karawang dan Lebak Bulus. Keduanya adalah pusat data terkait kegiatan percetakan uang. “Itu untuk kebutuhan internal yang akan digunakan oleh pemerintah terkait forensik cetak uang,” kata Direktur Peruri Digital Security, Ade Rachmat Rafly.

Selain itu, PDS juga mengelola data center yang sifatnya online untuk kebutuhan internal perseroan dan para pelanggannya. Saat ini, Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama sudah menjadi klien perseroan. Ada juga PT Angkasa Pura Logistik, PT Angkasa Pura Solusi, PT Pelni, dan lainnya. “Jadi, PDS sama seperti telekomunikasi, seperti data center lain, ada space yang disewakan,” katanya.

Di Indonesia, bisnis big data sebagian besar masih di level data center. Sehingga, yang dijual adalah kapasitas space untuk data, misalnya yang dikumpulkan perbankan untuk kepentingan nasabah dan transaksi seperti melalui internet banking, mobile banking, dan sebagainya yang lebih rahasia sifatnya.

Untuk para pelanggannya, lanjut Ade, perseroan membangun solusi agar mereka bisa bertransaksi tanpa melibatkan wujud fisik uang (cashless). Contohnya untuk Pelni, perseroan membangun solusi yang sifatnya end to end, mulai dari ticketing online, payment online, hingga bagasi. “Kami buat seperti di airlines, payment diintegrasikan dengan perbankan agar orang lebih mudah hingga otentifikasinya di atas kapal. Sehingga ada reader dan smart card di atas kapal,” katanya.

Direktur Peruri Digital Security, Ade Rachmat Rafly.

Direktur Peruri Digital Security, Ade Rachmat Rafly.

Dalam pengelolaan big data, PDS lebih dulu harus memahami alur business process nasabahnya. Bisnis transportasi seperti Pelni atau PT Kereta Api Indonesia tentu berbeda dengan Muhammadiyah dan NU. Kemudian, baru dibuat prototype-nya hingga akhirnya mengetahi kebutuhan konfigurasi dan ukuran pusat data yang dibutuhkan. “Seberapa besar transaksi yang dibutuhkan pelanggan, itu yang kami siapkan. Jadi, PDS bukan hanya menyewakan gedung, juga transaksi dan analisa online,” katanya.

Hanya saja, kendala terbesar adalah hampir seluruh perusahaan di Indonesia masih menggunakan data fisik. Sehingga, perseroan harus melakukan re-typing. Artinya, jika dimasukkan ke pusat data yang sudah digital harus di-cleansing terlebih dulu supaya jangan sampai ada data yang salah. “Saya mengalami hal ini di semua sektor. Perbankan, telekomunikasi, ritel, atau transportasi masih demikian,” katanya.

Soal keamanan, nasabah tak perlu risau karena perusahaan sudah bisa memilih mana data yang bisa diolah dan mana data yang hanya disimpan dan tidak bisa diakses. Perseroan sudah bisa memisahkan mana data yang boleh di-share dan mana yang tidak.

Perseroan juga dapat memberikan analisis prediksi dari data-data yang ada. Misalnya saja di perusahaan transportasi, bisa diketahui kebutuhan kapal di setiap pelabuhan, termasuk kebutuhan anak buah kapal, makanan untuk penumpang dan logistik lainnya. “Data itu digunakan untuk memprediksi pertumbuhan bisnis perusahaan,” kata Ade.


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved