Management Trends zkumparan

Prodia Ciptakan Self Disruptive Leaders

Prodia Ciptakan Self Disruptive Leaders

Dalam beberapa tahun terakhir, pelaku bisnis harus menghadapi perubahan yang sangat cepat. Di industri kesehatan, misalnya, sebelum pandemi melanda dunia, sinyal disrupsi itu sudah dirasakan. Kita mengenal Genomic Era dan Angelina Effect. Efeknya, generasi baru mulai melek berbagai tes kesehatan. Tentu saja disrupsi makin kencang dengan dorongan digital, kemudian disusul adanya pandemi Covid-19. Prodia memahami ini dengan sadar, dengan menyiapkan pemimpin yang andal menghadapi masa depan.

Dewi Muliaty Presiden Direktur PT Prodia Widyahusada Tbk mengungkapkan upaya perusahaan menghadapi perubahan yang cepat itu dengan menyiapakan talenta atau pemimpin yang tepat. Hal ini dipaparkan Dewi pada Indonesia Best Companies in Creating Leaders from Within Award 2021 belum lama ini, sebuah acara yang digelar oleh Majalah SWA dan NBO. Dalam acara ini dia memaparkan strategi Prodia menciptakan pemimpin andal menghadapi masa depan.

Dewi menjelaskan pertumbuhan milenial yang melebihi generasi lain sangat mempengaruhi dunia bisnis. Generasi ini menguasai 65% porsi populasi dunia, baru kemudian disusul generasi X 22%, dan sisanya baby boomer. “Milenial mendorong digital transformation, mereka nafas saja tidak bisa tanpa sinyal (internet). Jadi perubahan ini harus dipahami,” ujar Dewi.

Dorongan perubahan sudah dirasakan di industri kesehatan sebelum pandemi Covid-19 melanda, lanjut dia, terutama pengaruhnya dari Amerika Serikat ketika Barack Obama mengungkapkan era genomic yang kemudian disusul dengan Angelina Effect. “Semua itu mendorong perilaku baru yaitu menjaga kesehatan bukan sekadar pengobatan tapi dengan prediktif dan preventif,” imbuhnya.

Prodia lalu menangkapnya dengan menyediakan layanan genomic test. Kemudian Covid datang, disrupsi pandemi ini pun memaksa mereka bersiap dengan cepat. Perubahan-perubahan tersebut, menurut Dewi membutuhkan leader yang kuat. Leader atau pemimpin yang mampu mengelola perusahaan di masa depan yang cakap menghadapi perubahan yang sangat cepat.

Dewi mengungkapkan sebuah riset Kornferry bahwa 8 dari 10 investor mengharapkan pemimpin yang bisa menghadapi perubahan dengan cepat, namun kenyataannya di Indonesia baru 60% pemimpin yang memenuhi kriteria tersebut. Ini sangat jauh gap-nya. “Hanya 40% yang dianggap siap,” ujarnya.

Dia mengungkapkan, untuk Prodia sendiri, setelah self assesment, bahwa para leader Prodia lebih ‘drive’ dibanding perusahaan lain di Indonesia. Lalu apa yang dilakukan Prodia agar future leader-nya sesuai yang harapan investor? Dewi menjelaskan bahwa sejak Prodia IPO pada akhir tahun 2016, pihaknya memandang pentingnya para pemimpin dan calon pemimpin Prodia mendisrupsi diri sendiri.

“Komponen yang penting untuk mewujudkannya adalah dengan ADAPT (Anticipate, Drive, Accelerate, Partner, Trust),” katanya. Skema ADAPT ini sudah dikembangkan Prodia sejak sebelum pandemi Covid-19. Caranya dengan membekali para calon pemimpin dan pemimpinnya di Corporate University Prodia dengan berbagai konten belajar yang mendukung seperti business sense, organization awarness, entrepreneurship, system thinking.

Manajemen Prodia meyakini bahwa Self disruption harus ada dalam diri para pemimpinnya, sebagai bagian dari change management. Ini dilakukan secara sadar bahwa transformasi harus terus berjalan, tanpa harus menunggu gangguan hadir secara nyata di depan mata. “Kami tidak berada di di confort zone, kami yakin creative dan inovative itu pasti akan dihasilkan dari pola self distruptive,” tandas Dewi.

Menurutnya, semua itu sesuai dengan filosofi pendiri Prodia, Andi Wijaya, sepeti disampaikan dalam bukunya The Spirit of Prodia: “Orang Ngalor, Kita Ngidul” (Orang ke Utara, Kita ke Selatan). Intinya bahwa di Prodia ada semangat yang selalu ada yaitu semangat terus mengembangkan diri dan menjadi lebih baik. Sikap mental positif sudah ditanamkan sejak karyawan bergabung dengan perusahaan.

Karena dunia berubah, maka bahasa yang disampaikan dan metodenya pun harus diubah. “Kami membutuhkan future ready leader, seperti yang diharapkan investor, untuk itu pendekatan self distruptive inilah yang kami terapkan. Ini terbukti sangat membantu kami menghadapi krisis saat pandemi menghantam,” ungkapnya.

Seperti kita ketahui, di awal pademi, orang merasa takut datang ke fasilitas kesehatan, namun di saat bersamaan Prodia harus tetap melayani dan bertahan. Berbagai inovasi yang lahir dengan cepat, membuat Prodia bisa menghadapi kondisi tersebut.

Pandemi Covid1-19 mengasah para pemimpin di Prodia membaca dengan cepat situasi dan meresponnya dengan tepat. Semua itu bisa terwujud karena kami terbiasa beradaptasi pada perubahan, mendisrupsi diri sendiri. Semua orang harus responsif dan agile,” lanjut Dewi.

Selain meneruskan upaya transformasi digital, di dalam juga berupaka menjalankan hybrid solutions. Terus mengembangkan talenta melalui e-learning. “Di saat yang sama walau krisis kami menambah benefit pada karyawan, dengan maintenance their health, dengan general test bahkan juga genomic test. Memperhatikan yang mereka konsumsi juga,” ungkapnya.

Hasilnya, Prodia berhasil menjaga posisinya sebagai pemimpin pasar bahkan bertumbuh pangsa pasarnya, semula 39,2% menjadi 39,5%. Padahal 5 pemain lain di industri yang sama menurun kondisinya, efek makin banyak pemain baru lahir untuk layanan Covid-19. “Tahun 2021 kami rebound, tahun depan kami yakin bisa lebih baik, itu semua karena pola pengembangan pemimpin di Prodia,” kata Dewi.

Editor : Eva Martha Rahayu

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved