Management Strategy

Produksi Perikanan Budidaya Dipatok Naik 23%

Produksi Perikanan Budidaya Dipatok Naik 23%

Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menargetkan produksi perikanan budidaya (akuakultur) pada tahun ini mencapai 17,91 juta ton atau naik 23% dari tahun lalu sebesar 14,52 juta ton. Untuk mencapai target itu, KKP bergabung dalam Network of Aquaculture Centres in Asia Pacific (NACA) yang memungkinkan program transfer teknologi akuakultur.

Pemerintahan Jokowi-JK bertekad menjadikan perikanan budidaya sebagai lokomotif pembangunan ekonomi, penyerapan tenaga kerja, dan peningkatan kesejahteraan nasional. Pembangunan Indonesia menjadi Poros Maritim Dunia menjadi peluang bagi perikanan budidaya untuk berperan dan memberikan kontribusi nyata dalam pembangunan nasional. Indonesia merupakan salah satu produsen hasil akuakultur terbesar di dunia. Dengan produksi akuakultur yang mencapai 14,52 juta ton (data sementara) pada tahun 2014, Indonesia terus berupaya meningkatkan produksinya melalui pemanfaatan potensi di air tawar, payau, maupun laut.

“Target produksi 2015 yang mencapai 17,91 juta ton, harus dicapai dengan kerja keras dan kerjasama baik dengan seluruh stakeholder di dalam negeri maupun dengan negara sahabat. Salah satu kerja sama yang dilakukan oleh Indonesia khususnya dalam bidang perikanan budidaya adalah melalui keanggotaan dalam NACA,” kata Dirjen Perikanan Budidaya KKP Slamet Soebjakto dalam rilisnya.

View imagegettyimages.com

Dia menuturkan, keanggotaan Indonesia dalam NACA ini sesuai dengan konsep pembangunan perikanan budidaya saat ini, yaitu mendorong pembangunan perdesaan melalui usaha budidaya perikanan, meningkatkan produksi pangan menuju ketahanan pangan, meningkatkan devisa negara, dan juga melakukan diversifikasi produksi akuakultur secara terintegrasi. Posisi Indonesia sebagai salah satu produsen terbesar produk perikanan budidaya yang mana sebagian pelaku usahanya merupakan masyarakat perdesaan harus mengambil posisi dan memanfaatkan organisasi seperti NACA untuk melakukan transfer teknologi dan komunikasi tentang perkembangan terbaru perikanan budidaya, untuk kemudian dimanfaatkan dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Selama Indonesia menjadi anggota NACA sejak 2005, Indonesia telah memperoleh beberapa manfaat. Pertama, Indonesia mendapat dukungan dalam penanggulangan penyakit Koi Herpes Virus (KHV) pada 2009, mendapatkan informasi terkini tentang wabah penyakit ikan/udang yang terjadi di Asia Pasifik. Sehingga, Indonesia bisa melakukan pencegahan terhadap masuknya penyakit Early Mortality Syndrome (EMS). Indonesia bebas penyakit EMS sampai saat ini,” katanya.

Manfaat lainnya adalah diikusertakaanya Indonesia dalam berbagai pelatihan tentang akuakultur yang dilaksanakan NACA di negara-negara Asia Pasifik. “Indonesia juga mudah dalam mendapatkan akses ke organisasi internasional lainnya seperti FAO dan ACIAR sehingga dapat mendorong pengembangan perikanan budidaya di Indonesia,” ujar Slamet.

Pembangunan perikanan budidaya didasarkan pada tiga pilar pembangunan yaitu Prosperity (Kesejahteraan), Sustainability (Keberlanjutan) dan Sovereignity (Kedaulatan). Salah satunya adalah Gerakan Pakan Ikan Mandiri (GERPARI) yang mendorong Indonesia untuk mampu memproduksi pakan ikan dengan menggunakan bahan baku lokal dengan memanfaatkan sumberdaya alam di masing-masing wilayah khususnya di sentra-sentra perikanan budidaya.

Untuk meningkatkan kesejahteraan pembudidaya, pemerintah juga mendorong usaha budidaya perikanan yang mudah dan murah. “Budidaya rumput laut dan juga kekerangan akan terus di dorong karena budidaya ini relatif mudah dan murah sekaligus dapat meningkatkan perekonomian masyarakat pesisir. Budidaya laut akan dikembangkan untuk mendorong pembangunan Indonesia menuju Poros Maritim dunia,” katanya.


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved