Management

Program Percontohan Zero Waste di Bandung

Program Percontohan Zero Waste di Bandung
Perekonomian linier juga berdampak signifikan terhadap Indonesia yang mengalami urbanisasi dan pembangunan ekonomi (Foto: ist)

Saat ini, sulit untuk menghindari limbah karena masyarakat dunia hidup dalam ekonomi linier, di mana limbah sumber daya alam didaur-ulang atau digunakan kembali secara berbeda. Perbedaan tersebut membawa masalah pengelolaan sampah menjadi masalah besar, dan timbunan sampah juga melonjak. Konsep ekonomi linier adalah ‘ambil-gunakan-buang’ yang sangat buruk bagi lingkungan.

Perekonomian linier juga berdampak signifikan terhadap Indonesia yang mengalami urbanisasi dan pembangunan ekonomi. Daya beli dan pola konsumsi meningkat. Tingkat produksi meningkat setiap tahun karena permintaan pasar. Hal ini berdampak pada kualitas udara, kesehatan manusia, dan jumlah limbah yang dihasilkan.

Sadar akan pentingnya zero waste management, PT Permodalan Nasional Madani (PNM) dan PT Unilever Indonesia, Tbk (Unilever) berkolaborasi membentuk program percontohan zero-waste di Bandung. “Keberadaan sampah itu sendiri dapat menimbulkan gangguan kesehatan dan masalah sosial di masyarakat. Adanya program tersebut, kita dapat membantu mengurangi sampah di lingkungan sekitar dan meningkatkan perekonomian masyarakat yang kurang mampu,” ujar Manajer CSR PNM Tri Rahayu dalam keterangan tertulis (20/11/2021).

Selain itu, riset dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) RI menunjukkan produksi sampah di Indonesia mencapai 175 ribu ton per hari. Rata-rata satu orang penduduk Indonesia menyumbang sampah 0, 7 kilogram per hari. Jika dikalkulasi dalam skala tahunan, Indonesia menghasilkan sampah sebanyak 64 juta ton.

Indonesia termasuk ke dalam 10 negara dengan jumlah penduduk terbanyak di dunia. Banyaknya penduduk yang tinggal di sebuah negara tentunya akan menimbukan sejumlah persoalan, di antaranya produksi sampah dan pengolahannya. Oleh karena itu, zero waste sangat dibutuhkan untuk menjadi solusi terhadap permasalahan sampah. Konsep gaya hidup zero waste memiliki tahapan atau dikenal dengan istilah 5R, yaitu refuse (menolak), reduce (mengurangi), reuse (menggunakan kembali), recycle (mendaur ulang), dan rot (membusukkan sampah).

Konsep 5R ini menjadi pegangan dalam menerapkan gaya hidup zero waste. Sebenarnya ada satu langkah yang perlu diterapkan menjadi hal yang penting juga sebelum mengaplikasikan 5R yaitu rethink (memikirkan kembali) artinya berpikir lagi sebelum kita membeli/mengonsumsi suatu produk.

Apakah produk yang ingin kita beli benar-benar kita butuhkan atau tidak. Jika produk tersebut yang sebenarnya tidak kita butuhkan namun tetap kita beli, maka akan berpotensi untuk menjadi sampah. Sebaiknya, langkah yang diambil adalah tidak membelinya demi menjaga lingkungan kita untuk mengurangi kuantitas sampah di muka Bumi ini.

Selanjutnya, program rintisan ini merupakan program pengembangan pemberdayaan masyarakat yang sangat bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari; masyarakat dapat belajar bersama bahwa membuat pupuk organik itu mudah dan dapat mengurangi masalah sampah skala rumah tangga.

Program ini juga dibawa ke komunitas Kabut Indonesia untuk mengedukasi nasabah PNM tentang pemanfaatan sampah. Program ini adalah bagian dari program ‘Bu Karsa’, yakni program nasional untuk mengedukasi perempuan prasejahtera di Indonesia.

“Program Ibu Sehat, Keluarga Sejahtera’atau disingkat Bu Karsa adalah rencana kerja sama pemberdayaan masyarakat yang dilakukan di 12 kota di empat provinsi di Indonesia,” kata Project Manager Program Bu Karsa Haidir Aulia Reizaputra.

Haidir menambahkan, gaya hidup tanpa sampah tidak berarti mengkriminalisasi barang-barang plastik. Konsepnya lebih kepada pengendalian diri agar tidak lagi konsumtif dan bertanggung jawab terhadap lingkungan. Selain itu, masyarakat akan meningkatkan kesadaran bahwa sampah, jika diolah dengan baik, bisa menjadi sesuatu yang bernilai.

Lebih lanjut, Pendiri Kabut Indonesia Beni Rubini mengatakan, program ini juga mempersiapkan masyarakat menggunakan maggot ketika membangun pupuk kompos. “Meski terkesan kotor, penggunaan maggot akan meningkatkan produktivitas siklus pengomposan. Saat ini, 125 ibu-ibu prasejahtera telah mengikuti pelatihan dengan penuh semangat. Pelatihan ini juga membantu perempuan membangun kekompakan kelompok mengenai isu-isu lingkungan, terutama dalam kehidupan sehari-hari,” ungkapnya.

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved