Management

RBS Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 6,2%

RBS Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 6,2%

Royal Bank of Scotland (RBS) memperkirakan perekonomian Indonesia masih berada dalam jalurnya, yakni tumbuh 6,2% pada 2012. Hal tersebut seperti dikatakan ekonom senior RBS, Erik Lueth, di Jakarta, Kamis (30/8).

Meskipun terlihat tanda-tanda melemahnya perekonomian Asia, namun Indonesia mampu mencatat pertumbuhan PDB (Pendapatan Domestik Bruto) kuartal ke-2 sebesar 6,4% dibandingkan periode yang sama tahun lalu, cukup resisten dari pengaruh global dan lebih tinggi dari perkiraan analis dengan margin yang baik. Data dari kuartal ke-2 menunjukkan bahwa permintaan dalam negeri, khususnya investasi, tetap menjadi penggerak utama pertumbuhan.

Impor meningkat 10,9% dari periode yang sama tahun sebelumnya (year on year) dan merefleksikan permintaan dalam negeri yang baik. Permintaan dalam negeri berkontribusi 8,5 % terhadap total pertumbuhan ekonomi Indonesia. Dengan kondisi krisis Eropa yang berdampak terhadap pengurangan permintaan luar negeri, ekspor tetap tumbuh 1,9% dari tahun sebelumnya, meskipun lebih rendah jika dibandingkan dengan pertumbuhan sebesar 8% di dua kuartal sebelumnya. Sementara pendapatan bersih ekspor turun 3,2 poin persentase dari pertumbuhan dari tahun sebelumnya.

“Dengan permintaan domestik yang kuat dan tingginya ekspor bahan baku, Indonesia lebih tidak sensitif terhadap pelemahan ekonomi global dibandingkan negara Asia lainnya. Jika pertumbuhan investasi dapat dijaga seperti pada kuartal ke-2 yaitu di angka 12,3%, ini akan mampu meningkatkan ekspor,” kata Erik.

Kondisi permintaan luar negeri yang rendah dan permintaan dalam negeri yang tinggi, muncul kekhawatiran bahwa defisit neraca berjalan Indonesia akan semakin besar. Meskipun demikian, RBS berpendapat bahwa defisit yang terjadi saat ini merupakan akibat dari meningkatnya pembiayaan investasi daripada peningkatan konsumsi.

“Untuk negara yang dalam tahap pembangunan seperti Indonesia adalah normal bila terdapat defisit dalam neraca keuangan. Perturn on Capital Investment masih tinggi di tahap awal pembangunan. Sehingga, wajar bila negara mengambil pinjaman luar negeri untuk investasi sebagai modal pembangunan dalam negeri. Peningkatan investasi dapat mendorong potensi produktif Indonesia dan kapasitas perolehan utang,” jelasnya.

Sementara itu, menanggapi pelemahan Rupiah, RBS mengatakan hal tersebut justru membantu mengurangi defisit ke depan. Meskipun demikian, kinerja ekonomi global dan Indonesia tetap memiliki pengaruh penting.

“Kami memperkirakan Bank Indonesia akan tetap mempertahankan BI rate di level 5,75% sampai akhir tahun 2013,” katanya. Hal ini dikarenakan pandangan RBS bahwa memotong suku bunga dapat memperburuk pelemahan rupiah, sehingga akan memicu inflasi lebih tinggi, meningkatkan utang utang mata asing, dan membebani investasi. (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved