Management Strategy

Rokhmin: Kembangkan Perikanan Budidaya Berbasis Komoditas Unggulan

Rokhmin: Kembangkan Perikanan Budidaya Berbasis Komoditas Unggulan

Pemerintah tidak boleh mengesampingkan pengembangan perikanan budidaya. Karena perikanan budidaya juga bisa menggerakkan perekonomian dan menyerap tenaga kerja. Pengembangan perikanan budidaya bisa dilakukan dengan berbasis komoditas unggulan di tiap jenis perairan di wilayah Indonesia. Guru Besar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB Rokhmin Dahuri yang juga mantan Menteri Kelautan dan Perikanan RI menuturkan, perikanan budidaya memiliki potensi yang sangat besar untuk dikembangkan.

“Masih sangat banyak potensi perikanan budidaya yang belum digarap. Salah satu strategi yang bisa diterapkan adalah pengembangan perikanan budidaya berbasis komoditas unggulan, yakni di perairan payau (tambak), perairan laut dangkal, dan perairan laut lepas/dalam (offshore aquaculture),” kata dia.

Saat ini, kata dia, untuk jenis budidaya tambak saja, potensi seluas 2.963.717 hektare (ha) baru dimanfaatkan 657.346 ha atau 22,2%nya atau masih ada peluang lahan pengembangan seluas 2.306.371 ha. Untuk jenis budidaya kolam, dari potensi seluas 541.000 ha, baru dimanfaatkan seluas 131.776 ha atau 24,4% dan masih punya peluang pengembangan seluas 409.324 ha.

Adapun jenis budidaya perairan umum sendiri potensinya seluas 145.125 ha, yang dimanfaatkan baru mencapi 1,13% atau 1.798 ha. Lalu jenis budidaya mina padi dari potensi seluas 1.536.289 ha, baru dimanfaatkan seluas 156.193 atau 10,2%, artinya masih ada peluang pengembangan seluas 1.380.096 ha. “Begitupun untuk jenis budidaya laut potensinya seluas 24.000.000 ha, baru dimanfaatkan seluas 178.435 ha atau 0,74%nya dan masih ada peluang pengembangan seluas 23.821.565 ha,” ungkap dia.

Ketua Umum Gerakan Nelayan dan Tani Indonesia, Rokhmin Dahuri (Foto: Kompas)

Ketua Umum Gerakan Nelayan dan Tani Indonesia, Rokhmin Dahuri (Foto: Kompas)

Dia menuturkan, strategi lain yang bisa diterapkan dalam pengembangan perikanan budidaya adalah program intensifikasi, ekstensifikasi, dan diversifikasi, dari sisi spesies maupun produk. Penerapan aplikasi Best Aquaculture Practices (BAP) yang mencakup penggunaan teknologi budidaya, benih unggul, nutrisi, pengendalian hama dan penyakit, manajemen kualitas air dan tanah, pond engineering, biosecurity, dan integrated supply chain management.

Selain itu dengan pengembangan induk (broodstock) dan benih unggul yang bebas penyakit (SPF atau specific pathogen free), tahan terhadap serangan penyakit (SPR atau specific pathogen resistant), dan cepat tumbuh. Kemudian pengembangan industri pakan yang berkualitas dengan harga relatif murah untuk trash fish (ikan rucah), by catch (yang terbuang), maggot (belatung), dan micro alage (alga mikro).

Manajemen lingkungan kawasan, kata Rokhmin, juga perlu diaplikasikan dengan melakukan pengendalian pencemaran dan konservasi biodiversity. Lalu, penyediaan sarana produksi dan infrastruktur berkualitas yang mencukupi. “Penguatan resit dan pengembangan (R&D) untuk penguasaan dan aplikasi inovasi teknologi, business models, dan marketing, juga perlu diterapkan untuk mengembangan perikanan budidaya,” ungkap dia.

Pada 2014, realisasi produksi perikanan budidaya mencapai 14,5 juta ton (angka sementara), jauh lebih besar dari produksi perikanan tangkap sebesar 5-7 juta ton. Tahun ini, produksi ditargetkan 17,9 juta ton, pada 2016 sebesar 19,43 juta ton, pada 2017 sebesar 22,79 juta ton, pada 2018 sebanyak 26,72 juta ton, dan pada 2019 dipatok 31,32 juta ton. Produksi 2019 diharapkan sebanyak 22,17 juta ton dari rumput laut dan 9,15 juta ton berupa ikan.


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved