Management Strategy

Senjata Kirana Megatara Siasati Pelemahan Ekonomi

Senjata Kirana Megatara Siasati Pelemahan Ekonomi

Harga komoditas dunia masih di level terendah seiring ekonomi global yang belum menentu. Perusahaan yang berbasis komoditas pun sempoyongan. Beragam cara dilakukan agar bisa bertahan. Strategi Grup Kirana Megatara bisa ditiru.

“Komiditi marginnya tipis. Kita selalu bermain di volume. Komoditi tidak ada batasnya. Strateginya adalah kuat sama kuat. Pada saat harga jatuh kita masih bisa muter. Saya pikir efisiensi di segala hal,” kata Martinus S. Sinarya, Direktur Utama Kirana Megatara.

Dikutip dari laman resminya, Kirana adalah produsen karet remah (crumb rubber) terbesar di Indonesia dengan pangsa pasar lebih dari 18%. Produk yang dihasilkan berupa karet dengan spesifikasi teknis (technical specified rubber) yang dikenal dengan istilah Standard Indonesian Rubber (SIR) dan diekspor ke berbagai negara sebagai bahan baku utama ban yang diproduksi pabrik-pabrik ban terkemuka dunia.

Menurut dia, ekspansi usaha harus terus dilakukan tapi dengan sangat hati-hati. Untuk mengejar target produksi sebesar 1 juta ton, perseroan terus membangun pabrik baru, lewat akuisisi, merger, atau membuat pabrik sendiri. Dia yakin harga komoditas terutama karet akan membaik di masa mendatang.

“Produk ban nggak ada habisnya. Tahun ini, kami akan ekspansi ke Medan. Beberapa tahun lagi kita juga ingin ekspansi ke Sumatera Selatan. Di Lampung,” katanya.

Martinus S. Sinarya, Direktur Utama Kirana Megatara.

Martinus S. Sinarya, Direktur Utama Kirana Megatara

Martinus menilai bisnis karet di Tanah Air sangat menguntungkan karena tidak semua negara memiliki lahan yang luas seperti Indonesia. Karet memang jenis tanaman yang unik karena hanya bisa tumbuh di beberapa negara. Sekali tumbuh, bisa bertahan hingga 24 tahun.

“Kami sudah punya 15 perusahaan untuk karet. Good job juga kami punya perkebunan. Coba kalau dua tahun lagi ada ekspansi, kapasitas bisa bertambah 5-10% per tahun,” katanya.

Ia yakin bisnis karet tak akan pernah rugi karena kebutuhannya sebagai bahan baku ban akan terus meningkat. Ban sangat erat kaitannya dengan industri otomotif. Industri tersebut merupakan parameter pertumbuhan ekonomi di suatu negara, terutama di benua Amerika dan Eropa.

Namun, sejak harga karet anjlok beberapa tahun terakhir, produksi karet Kirana Megatara turun 10% yang akhirnya berdampak pada penurunan omset antara 20% -30%.

Pada tahun ini, Kirana hanya menargetkan produksi sebesar 425-450 ribu ton karet. Target tersebut lebih rendah 10% dari produksi tahun 2014 yang mencapai 500 ribu ton. (Reportase: Lia Amelia Martin)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved