Management

Sinar Mas Mining, Siapkan Pemimpin Bisnis lewat Talent Pipeline dan Pengembangan Intrapreneurship

Sinar Mas Mining, Siapkan Pemimpin Bisnis lewat Talent Pipeline dan Pengembangan Intrapreneurship

Meski ada embel-embel kata “Mining” dalam namanya, Sinar Mas Mining (SMM) mengelola sejumlah lini bisnis. Perusahaan di bawah Grup Sinarmas ini memiliki tiga pilar bisnis, yakni Energy & Resources, Financial Services & Technology, serta Lifestyle & Consumer Business.

Paulus Swasono Satyo Nugroho, Chief of Human Resources Officer Sinar Mas Mining.

Ada kata “Mining” lantaran awalnya bisnis utama SMM memang pertambangan, yakni produksi batu bara. Namun, SMM saat ini memiliki lebih dari 250 entitas bisnis yang mencakup trading, logistic & shipping, plantation, energi terbarukan, media/gaya hidup, farmasi, petrokimia, pertambangan emas, peer-to-peer lending, serta beberapa bisnis baru seperti fintech, cryptocurrency, dan global stocks & investment.

Yang menarik diperhatikan adalah ambisinya untuk mencapai pertumbuhan eksponensial hingga 10 kali lipat dalam 4-5 tahun ke depan. Demi mendukung target bisnis tersebut, manajemen SMM berupaya membangun perusahaan sebagai organisasi yang lebih agile (tangkas).

Secara keseluruhan SMM memiliki sekitar 40.000 karyawan. Sebanyak 3.000 orang di antaranya merupakan karyawan organik (core unit) dan 37.000 merupakan karyawan indirect (dari pihak mitra), yang tersebar di berbagai lokasi kerja di Indonesia dan luar negeri.

Menurut Paulus Swasono Satyo Nugroho, Chief of Human Resources Officer SMM, sebagai holding company, pihaknya terus melakukan ekspansi bisnis dengan portofolio yang semakin beragam. “Karena itu, kami melakukan transformasi merek dan fondasi bisnis kami menjadi Techconnect, dengan teknologi menjadi landasan dalam seluruh proses bisnis perusahaan,” katanya.

Paulus menambahkan, dengan adanya pengembangan teknologi dan bisnis digital, upaya enablement (pemberdayaan) bukan hanya untuk SDM internal. Selain itu, untuk terus membudayakan inovasi di beragam bidang, pihaknya membangun innovation center, Techconnect Academy, Techconnect Hackathon, serta digital people factory guna membangun 1.000 coder atau talenta teknologi per tahun, plus pengembangan pendidikan STEM (Science, Technology, Engineering & Math).

Dengan portofolio bisnis yang makin luas, SMM membutuhkan jumlah leader yang cukup banyak. Perusahaan pun membangun talent pipeline agar mampu mencetak lebih dari 300 business leader yang diproyeksikan menjadi pemimpin masa depan.

“Pengembangan kompetensi dan skill karyawan, termasuk mentransformasi ‘task workers’ menjadi ‘knowledge workers’ berbasis STEM itu melalui etos kerja yang kami sebut ‘superjob’,” kata Paulus.

Pengelolaan karyawan secara digital telah dijalankan SMM sejak 2015. Karenanya, ketika terjadi pandemi pada awal 2020, perusahaan dan karyawan dapat cepat beradaptasi terhadap perubahan yang terjadi. “Seluruh sistem kerja jarak jauh dapat dilaksanakan dengan baik dengan infrastruktur yang ada, sehingga produktivitas karyawan dapat terjaga dengan baik,” ungkapnya.

Di masa pandemi ini, SMM memberikan fleksibilitas waktu kerja kepada seluruh karyawan untuk menjaga produktivitas dan kesehatan mental mereka. Untuk karyawan yang berkantor di Jakarta, manajemen memberikan kebijakan memberlakukan sistem kerja work from home (WFH) penuh untuk menjaga dan melindungi mereka dari penyebaran Covid-19. Adapun untuk karyawan di site masih diberlakukan pembagian roster kerja agar proses operasional tambang tetap berjalan, tetapi dengan menjalankan protokol kesehatan 5M dan menjaga keselamatan pekerja.

Menurut Paulus, dengan semangat keterlibatan dan kolaborasi melalui digitalisasi, pihaknya berupaya menyiapkan lingkungan kerja senyaman mungkin agar karyawan lintas generasi (baby boomer, Gen X, Gen Y, hingga Gen Z) bisa bekerja selaras satu sama lain, dan meningkatkan produktivitas mereka.

Komunikasi dengan karyawan saat ini lebih banyak dilakukan manajemen melalui media online atau digital. Di antaranya, media komunikasi internal seperti surat elektronik, HR Portal (Connector), dan berbagai aplikasi teknologi berbasis artificial intelligence (AI). Selain media internal, SMM juga memanfaatkan semua media sosial yang ada sebagai media komunikasi ke karyawan.

Teknologi AI yang dikembangkan SMM bernama JENY (Just another Employee iNquirY). Ini adalah chatbot berbasis WhatsApp yang menyediakan komunikasi yang interaktif dan efektif kepada karyawan. Karyawan bisa bertanya soal kepegawaian mereka kepada JENY, yang akan memberikan jawaban berdasarkan pada kebijakan SDM yang ada. Pertanyaan yang sulit dan tidak dapat dijawab oleh chatbot akan diteruskan ke Center of Expertise (COE).

Untuk terus menjaga engagement karyawan, manajemen SMM menerapkan clear and promising direction melalui pertemuan rutin, baik itu daily meeting maupun weekly meeting, agar karyawan tetap sejalan dengan arahan manajemen. Juga ada town hall meeting untuk memaparkan hasil evaluasi kinerja perusahaan terhadap target yang telah ditentukan.

SMM pun mengembangkan keterampilan kepemimpinan melalui program pengembangan dan pelatihan kepemimpinan yang inklusif. Juga ada kejelasan dalam memberikan penghargaan atau hukuman sesuai dengan kinerja yang berbasiskan data.

Selain strategi total reward yang bersifat monetary, SMM mengapresiasi pula karyawan dalam bentuk non-monetary melalui program Career and Development; Performance & Recognition; Employee Wellness & Collaboration; kesempatan terbuka berkontribusi ke lingkungan sosial dan komunitas melalui program intrapreneurship; dan personal growth reward melalui perkembangan karier yang inklusif.

Setiap karyawan pun memiliki kesempatan yang luas dalam pembelajaran dan jalur karier. SMM memfasilitasi pola feedback 360 melalui digital tool online bernama IMPAC 3.0. Pembelajaran intrapreneurship juga diberikan cukup intens.

“Kami mendorong talenta kami untuk mengembangkan keterampilan intrapreneurship agar dapat membuka lebih banyak sektor pekerjaan di masa depan,” kata Paulus. Alasannya, agar pihaknya dapat berkontribusi lebih banyak untuk pertumbuhan ekonomi masyarakat dan bangsa.

Dengan menjalankan strategi pengelolaan SDM seperti itu, Paulus menyebutkan adanya peningkatan produktivitas sebesar rata-rata 10% di bisnis tambang batu bara yang diperoleh dari peningkatan kapasitas produksi dan pengoptimalan SDM. Bahkan, di bisnis logistik, peningkatan produktivitasnya sebesar 44,7%.

“Kami juga melakukan penilaian kinerja perusahaan secara keseluruhan yang ditanamkan pada setiap KPI karyawan dalam bentuk company KPI,” ungkap Paulus. Dalam hal ini, ada peningkatan rata-rata kinerja seluruh unit bisnis SMM sebesar 21%, dari skor sebelumnya 3,16 menjadi 3,98. (*)

Jeihan K. Barlian dan Darandono

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved