Management Strategy

Ini Strategi Mandiri Hadapi Kelesuan Ekonomi

Ini Strategi Mandiri Hadapi Kelesuan Ekonomi

“Tahun ini dalam persaingan industri perbankan, bukan jago-jagoan tancap gas tetapi jago-jagoan mengerem,” ungkap Budi Sadikin, Direktur Utama Bank Mandiri dalam acara Buka Puasa Bersama Media, Jakarta, Senin ( 22/6). Istilah mengerem, mengacu pada upaya perbankan untuk menekan laju kredit macet dan mempertahan margin agar tetap pada posisinya. Sebab di saat kondisi ekonomi melemah, tantangannya adalah para debitur ikut melambat angsurannya sehingga potensi kredit macet jadi lebih besar. Selain itu, demand untuk kredit pun menurun, umumnya dikarenakan suku bunga yang dianggap tinggi untuk kondisi saat ini.

direktur utama bank mandiri

Tetapi, lebih lanjut, Budi mengajak semua kalangan untuk tetap optimis melihat tantangan ini karena menurut Budi, Indonesia sudah beberapa kali terbukti bisa selamat dari krisis ekonomi yang menerpa, baik secara langsung seperti tahun 1998 maupun yang tidak langsung seperti tahun 2008 dan tahun 2015 ini.

“Jadi Indonesia negara yang beruntung, karena punya bankir yang sudah punya pengalaman melewati beberapa masa krisis, sehingga mereka sudah punya resep bagaimana caranya menyelamatkan diri,” jelas Budi. “Ada tiga resepnya, yaitu pertahankan LDR di bawah 90 %, dari pengalaman bank yang LDR-nya masih di bawah 90% itu masih bisa selamat. Ketiga, jaga marginya,” lanjutnya.

Khusus untuk margin, Budi mewanti-wanti agar ini menjadi perhatian serius untuk dijaga, sebab jika marginnya menurun, maka ada sejumlah cost yang harus dipangkas dalam jumlah yang juga signifikan, kondisi ini akan mengancam eksistensi bottom line.

Meski semua pihak menatap pesimis pada kondisi krisis kali ini, tetapi menurut Budi bangsa Indonesia masih punya harapan dan harus menjaga market confidence, “Kondisi ini jangan terus-terusan dipublikasikan sebagai kondisi lesu dan pesimis, itu membuat market confidence jadi ikut lesu, sebab kalau kita lihat di beberapa sektor seperti ritel, FMCG, masih baik-baik saja, artinya masayarakat masih ada confidence untuk spending,” jelasnya.

Sebagai perusahaan BUMN, Mandiri secara tidak langsung juga harus berkontribusi untuk memperbaiki kondisi yang lesu saat ini, oleh karena itu menurut Budi pihaknya telah mengambil beberapa langkah sebagai bentuk konkrit kontribusi Mandiri :

Pertama, konsentrasi ke pasar domestik. Tahun 1998, kondisi kita (Indonesia) memang lemah, tetapi faktor eksternal seperti China, ekonominya sedang bertumbuh bagus dan harga komoditi pun bagus, maka kita bisa selamat karena itu. Sedangkan krisis yang sekarang kita lemah, kondisi ekonomi eksternal pun sama buruknya, harga komoditi juga anjlok. “Jadi untuk saat ini konsentrasi ke mana? Menurut saya konsentrasi ke domestik,” ujar Budi.

Kedua, market confidance harus dibangun. “Apa yang bisa kami lakukan ? saya selalu bilang, dan ini penting adalah menjaga market confidence. Sebab kalau tidak dijaga, makin lama makin buruk, kalau kita melihat di berita, semuanya berpandangan pesimis. Padahal bisnis perbankan itu it’s about market confidence, jadi kalau mau agar ada sentimen positif mari kita jaga confidencenya,” saran Budi.

Ketiga, menggerakkan ekonomi domestik. Bagaimana caranya? Ada dua, pertama adalah yang digerakan oleh negara. Kedua, yang digerakan oleh rakyat. “Saat ini kami (Mandiri) sangat berharap negara start spending, jika negara kesulitan menginisiasi karena sistem birokrasinya, maka BUMN-lah yang gerak duluan, dengan cara Mandiri memfasilitasi mereka perusahaan BUMN yang berencana spending. Contohnya Jasa Marga, akan membangun Tol di Kertosono, kami dorong agar cepat direalisasi , sehingga aplikasi kreditnya pun akan cepat kami approve. Itu adalah contoh yang sudah jalan. Kalau lihat mengacu pada timelinenya, harapannya dalam 3 bulan kedepan proyek-proyek pemerintah sudah mulai jalan,” jelasnya.

Keempat, konsumen dalam hal ini masyarakat juga harus spend. Mandiri sendiri memiliki 70 ribu pegawai, mereka diberi berbagai bonus untuk mendorong spending di dalam negeri, mereka bisa membeli produk-produk UMKM, baju, sepatu, makanan, atau berlibur ke tempat-tempat wisata di dalam negeri. (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved