Management Strategy

Tiga Jurus Panca Global Securities di 2015

Tiga Jurus Panca Global Securities di 2015

Hendra H. Kustarjo, Dirut PT Panca Global Securities Tbk (PEGE)., dalam keterbukaan informasi ke Bursa Efek Indonesia, menjelaskan pihaknya melakukan tiga langkah untuk mengembangkan usahanya. Pertama merekrut karyawan baru untuk bagian riset, pemasaran dan perdagangan guna mengoptimalkan dan memperluas jaringan pemasaran transaksi efek. Ini dilakukan perusahaan demi menopang bisnis perantara pedagang efek. Jumlah karyawan perseroan per Desember 2014 sebanyak 37 orang

Kedua, lanjut Hendra, perseroan aktif menawarkan jasa penjaminan emisi kepada perusahaan yang berpotensi menjadi emiten ataupun penerbitan obligasi serta menawarkan jasa sebagai arranger atas rencana aksi korporasi emiten. Ketiga, Panca Global Securities berupaya memperkuat bisnis di manajer investasi melalui anak perusahaanya. “Perseroan telah mendirikan anak perusahaan yaitu PT PG Asset Management, dengan kepemilikan saham sebesar 5%,” ucap Hendra di Jakarta, Senin (18/5). PG Asset Management telah memperoleh ijin usaha sebagai perusahaan manajer investasi pada 27 Desember 2011 dan beroperasi penuh sejak awal tahun 2012.

Bisnis Panca Global Securities menyediakan layanan jasa broker, investment banking, margin trading facility dan riset. Lebih lanjut, Hendra menuturkan kepemilikan saham perseroan hingga akhir tahun terdiri dari Hendra H. Kustarjo sebesar 24,41%. Kemudian, UBS AG Singapore sebanyak 14,60%, Trisno Limanto 12%, Farida Eva Riyanti Hutapea 5%, Wenny Liman 5% dan publik 39,17%.

PT Panca Global Securities Tbk., Menerapkan Tiga Strategi Mengembangkan Bisnis. (Ilustrasi Foto : SWA)

PT Panca Global Securities Tbk., Menerapkan Tiga Strategi Mengembangkan Bisnis. (Ilustrasi Foto : SWA)

Pada tahun lalu, perseroan menjadi penjamin emisi sejumlah perusahaan, diantaranya PT Wijaya Karya Beton Tbk., PT Eka Sari Lorena Transport Tbk.,PT Chitose International Tbk., atau PT Intan Baruprana Finance Tbk. Pada tahun ini, perseroan menangani penjaminan emisi perusahaan yang hendak melantai di bursa efek, diantaranya PT Gelombang Seismic Indonesia. Rencananya, Gelombang Seismic Indonesia akan menawarkan sahamnya ke publik pada Mei atau Juni.Gelombang Seismic Indonesia kemungkinan akan melepas sekitar 30% sahamnya ke publik. Sebagian hasil dana yang didapat dari IPO akan digunakan untuk modal kerja perseroan di masa mendatang. Pada kesempatan terpisah, Edwin Sebayang menilai perlambatan ekonomi Indonesia di kuartal I tahun ini cenderung menjadi salah satu faktor pemicu terhadap penurunan minat investor melakukan penawaran umum perdana saham (IPO). “Menurunnya perekonomian domestik serta ekspektasi pada kuartal II yang kembali menurun akan membuat minat investor terhadap saham IPO berkurang,” ujar Edwin, Kepala Riset PT MNC Securities. Dia berpendapat pelaku pasar cenderung menahan dananya untuk diinvestasikan jikalau perekonomian lesu. “Di masa penurunan ekonomi kebanyakan masyarakat juga lebih suka memegang dana tunai,” tambahnya.Investor asing, lanjut Edwin, cenderung melakukan aksi menjual sahamnya sambil mencermati kondisi makro ekonomi Indonesia.

Disamping faktor domestik, sentimen eksternal juga membayangi pasar saham. Misalnya saja rencana bank sentral AS (The Federal Reserves) menaikan suku bunganya (Fed Fund Rate) bisa memberi sentimen negatif. Selanjutnya, Investor akan selektif dalam menempatkan pendanaannya pada saham IPO. Fundamental kinerja perusahaan menjadi salah satu faktor utama yang akan dicermati investor. Performa emiten di kuartal I tahun ini di bawah ekspektasi pelaku pasar. Gara-gara ini, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di April-Mei sempat terkoreksi pasca terbitnya laporan keuangan emiten tersebut. Laju IHSG di Februari sempat menorehkan rekor beruntun lantaran aliran modal asing terus masuk ke pasar saham. Level Indeks pada penutupan perdagangan Senin pekan ini bertengger di 5.237 poin, naik 0,2% dibandingkan perdagangan akhir pekan lalu.

Ito Warsito, Dirut PT Bursa Efek Indonesia, menyatakan pelaku pasar masih optimistis terhadap pertumbuhan ekonomi nasional di tahun ini bisa mencapai 5,4%, kendati pertumbuhannya di kuartal I di luar ekspektasi yakni sebesar 4,7%. “Pelaku pasar tetap yakin terhadap ekonomi Indonesia, maka ivestasi di pasar modal masih bagus. Pertumbuhan ekonomi yang baik akan membuat kinerja emiten tetap bagus sehingga aliran modal dari investor domestik dan global akan banyak masuk ke pasar saham,” jelas Ito. Dia menegaskan investor tak perlu panik lantaran pemerintah akan mempercepat pembangunan di sektor riil, misalnya merealisasikan pembangunan infrastruktur. Selain itu, pemerintah juga mendorong peningkatan investasi, reformasi regulasi atau memberikan Penyertaan Modal Negara ke BUMN dalam bentuk rights issue. “Rights issue itu untuk mendorong BUMN melakukan leverage, sehingga hasil yang diperolehnya bisa lebih tinggi,” kata Ito. (***)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved