Management

Transformasi PJB di Bawah Komando Veteran Pembangkit Listrik

Transformasi PJB di Bawah Komando Veteran Pembangkit Listrik

Pengalaman kerja puluhan tahun di bidang pembangkitan listrik menjadikan Iwan Agung Firstantara sebagai sosok yang tepat ketika diangkat sebagai CEO PT Pembangkitan Jawa Bali.

Dengan penguasaan medan yang mumpuni itulah Iwan, sapaannya, langsung tancap gas ketika diangkat sebagai direktur di anak usaha PLN itu pada bulan April 2016 silam. Iwan memaparkan, pesan khusus yang diamanatkan pemegang saham kepadanya adalah agar anak perusahaan menjadi leverage bagi PLN. “Ada dua hal yang dipesankan, pertama adalah menjadi solusi atau membantu jalannya perusahaan bagi PLN. Dan yang kedua menjadi leverage, yaitu meningkatkan value dari perusahaan,” jelas pria kelahiran Yogyakarta tahun 1969 yang sebelumnya pernah menjabat General Manager Unit Pembangkitan Brantas, GM UP Cirata, GM Unit Pelayanan Pemeliharaan Wilayah Timur, dan Senior Manager Perencanaan Human Capital PJB.

Kedua amanat itu lantas diterjemahkan ke dalam visi PJB, Menjadi Perusahaan Terpercaya dalam Bisnis Pembangkitan Terintegrasi dengan Standard Kelas Dunia. Sebelumnya, PJB memiliki visi, Menjadi Perusahaan Listrik di Indonesia yang Terkemuka dengan Standard Kelas Dunia.

Sejalan dengan perubahan visi, maka misi perusahaan turut beradaptasi. Ada tiga misi yang diemban PJB, yaitu memberikan solusi dan nilai tambah bagi PLN dalam menjaga kedaulatan listrik, menghasilkan tenaga listrik secara aman, andal, berdaya saing dan ramah lingkungan untuk mencapai sustainable growth perusahaan, dan terakhir mengembangkan kompetensi dan produktivitas human capital untuk pertumbuhan yang berkesinambungan.

Dirut PJB, Iwan Agung Firstantara (kiri)

Iwan memaparkan, pihaknya membumikan visi dan misi di atas dengan penyusunan strategi di berbagai lapis dan bidang perusahaan. Karena itu, PJB pun merumuskan strategic planning, strategic action, dan berbagai program lainnya demi menuntaskan tiga misi utamanya.

Selain itu, sejumlah tema pun dirumuskan setiap tahunnya dalam mengawal perubahan di PJB. Di antaranya Transformasi Pembelajaran yang diawali dengan peningkatan fungsi dan peran PJB Academy, yang merupakan pusat pelatihan PJB, serta menjadikannya sebagai unit tersendiri. Tema kedua berupa digitalisasi power plant, ketiga standardisasi aspek operational and maintenance, keempat double capacity, dan kelima adalah harvesting.

Salah satu target yang mengemuka dari penetapan visi dan misi tersebut adalah meningkatkan dua kali lipat kapasitas PJB, alias double capacity dari total aset 14 ribu MW menjadi 28 ribu MW dalam tempo 5 tahun ke depan.

Iwan menuturkan, yang terpenting dalam mengembangkan double capacity adalah pemilihan partner, lantaran para mitra ini yang akan membantu dalam pencapaian tujuan. “Kami sangat concern dalam menentukan partner bahkan sampai menerbitkan Surat Keputusan (SK), lalu melakukan workshop dan juga mengumumkannya secara terbuka yang mungkin ini jarang dilakukan oleh perusahaan lain,” jelas Iwan.

Target peningkatan ganda kapasitas pembangkitannya otomatis akan menjadikan PJB sebagai perusahaan pembangkitan listrik independen (IPP) terbesar di Indonesia. Untuk itu pihaknya membutuhkan kepiawaian di dalam aspek bisnis, engineering, konstruksi dan pembiayaan. “Semuanya itu bisnis prosesnya sangat berbeda dengan yang dijalani selama ini sebagai operational excellence. Sehingga, kami dalam membentuk arah perusahaan itu tetap berbasis kepada operational dan maintenance excellence, plus kami tambahkan business excellence,” ujar Iwan.

Sejumlah pembaruan pun dilakukan dalam berbagai aspek di atas. Misalnya di sisi operational excellence, PJB mendigitalisasi aspek pemeliharaan dan operasional pembangkitnya. Caranya dengan mengembangkan sistem Remote Engineering, Monitoring, Diagnostic and Optimization (REMDO) yang memungkinkan mengontrol dan mengakuisisi data dari jauh.

Implementasi sistem REMDO secara resmi berlangsung sejak Oktober 2016. Hasilnya, efisiensi pembangkit meningkat yang berdampak langsung terhadap penurunan Biaya Pokok Produksi (BPP) energi listrik. Sejumlah catatan keberhasilan yang berhasil direkam adalah penurunan NPHR (Nett Plant Heat Rate) PLTU Indramayu unit 1, PLTU Indramayu unit 2 dan PLTU Paiton 9 sehingga berhasil meraih penghematan total Rp 228,7 miliar.

Skor sementara dari berbagai perubahan yang digaungkan Iwan pun telah terekam dalam kinerja keuangan PJB. Laba bersih PJB pada akhir tahun 2016 mencapai Rp 3,7 triliun, lebih tinggi 124% dari rencana kerja (RKAP) serta meningkat 17% dari tahun sebelumnya. Lalu efisiensi realisasi biaya pokok produksi (BPP) mencapai Rp 959/kWh atau meningkat 8% dari rencana kerja yang sebesar Rp 1.046/kWh. “Tapi di atas itu semua, yang terpenting adalah bumi dan kekayaan alam Indonesia harus digunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat,” Iwan menegaskan. (Reportase: Jeihan Kahfi Barlian/Riset : Elsi Anismar)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved