Management

Trump Terpilih, Investor Wait and See

Oleh Admin
Trump Terpilih, Investor Wait and See

Kurs tengah Bank Indonesia menunjukkan rupiah melemah pada kisaran Rp 13.118 per dolar AS hari ini dibandingkan kemarin pada level Rp 13.084 per dolar AS. Adapun dalam situs Bloomberg, tercatat rupiah diperdagangkan saat ini pada level Rp 13.413 per dolar AS.

Sedangkan di pasar spot pagi ini, kurs rupiah sempat menembus level Rp 13.700 per dolar AS. Adapun dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan 2016 dipatok kurs rupiah berada pada Rp 13.500 per dolar AS.

Donald Trump (Foto: espnfc)

Donald Trump (Foto: espnfc)

Analis ekonomi dari Bank Permata, Josua Pardede, memperkirakan nilai tukar rupiah masih akan terus tak stabil selama kabinet presiden AS terpilih, Donald Trump, belum diumumkan. “Pelaku pasar cenderung masih wait and see terkait dengan seratus hari pemerintahan Trump. Terlebih lagi orang-orang yang akan ditunjuk sebagai menteri keuangan, menteri luar negeri, dan menteri perdagangan,” kata Josua.

Adanya perbedaan visi antara Trump, yang seorang Republikan; dan Barack Obama, yang seorang Demokrat, juga dinilai akan mempengaruhi kebijakan yang akan diambil. Pada bursa AS, saham ditutup menguat karena didorong investor yang mengamati arah dari kebijakan Partai Republik.

Menurut Josua, kebijakan-kebijakan yang disampaikan Trump saat debat calon presiden lebih berfokus pada ekonomi dalam negeri serta proteksionisme dengan rencana menaikkan bea impor untuk barang Cina.

Selain itu, ada pula kebijakan fiskal yang longgar dengan memangkas pajak. “Tentunya itu akan mendorong risiko pelebaran defisit anggaran yang berujung pada kenaikan utang luar negeri pemerintah AS,” ujar Josua.

Josua mempercayakan stabilisasi nilai tukar rupiah ini pada sejumlah pihak terkait. Menurut dia, langkah stabilisasi mulai ditempuh Bank Indonesia, Lembaga Penjamin Simpanan, Otoritas Jasa Keuangan, dan Kementerian Keuangan.

“Diharapkan koordinasinya akan diperkuat. Seharusnya mereka menetapkan defisit fiskal di bawah 3 persen biar tak memunculkan sentimen negatif di pasar obligasi,” ujarnya.

Tempo


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved