Management Strategy

Yang Harus dan Tidak Boleh Dilakukan dalam Transformasi Dijital

Yang Harus dan Tidak Boleh Dilakukan dalam Transformasi Dijital

Yang Harus dan Tidak Boleh Dilakukan dalam Transformasi Dijital

Evan Wiradharma, Accenture, Digital, Future, IT, bisnis, manjemen

Evan Wiradharma

Untuk melakukan transformasi dijital lebih dulu harus diketahui karakter, kebutuhan dan kebiasaan customer. Setelah target costumer ditetapkan, lalu disusun model bisnis dan model operasinya, kemudian mengimplementasikannya. Teknologi yang diterapkan tidak perlu yang paling canggih, yang penting sesuai dengan model bisnisnya dan didukung oleh sumber daya manusia yang kompeten dan kapabel. Bagaimana implementasi transformasi dijital di Indonesia? Evan Wiradharma (Senior Manager Accenture) mengungkapkannya kepada Denoan Rinaldi dari SWA. Berikut petikan wawancaranya:

Apa saja faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam melakukan transformasi digital?

Dalam konteks kepentingan bisnis, faktor pertama adalah pengertian tentang target customer suatu perusahaan. Karakter, kebutuhan, dan kebiasaan customer merupakan hal pertama yang harus diketahui. Misalnya, yang harus diketahui perusahaan di industri ritel mengenai customer-nya yaitu bagaimana customer melakukan proses pembelanjaan, faktor-faktor yang menjadi pertimbangan customer membeli produk tertentu (apakah pengaruh dari keluarga atau komunitas tempat mereka berada). Nah, target customer merupakan faktor pertama yang harus diketahui.

Faktor kedua, berkaitan dengan dengan pengertian dan pemahaman terhadap customer, perlu dibuat semacam businessmodel, yaitu bagaimana suatu produk atau service yang bisa ditawarkan kepada customer-nya dan bagaimana suatu perusahaan bisa men-sustain dan mendukung model tersebut. Jadi, perlu ada suatu model bisnis di mana terdapat suatu series of process marketing dan sales yang didukung oleh proses produksi dan juga fungsi-fungsi lainnya di perusahaan, baik dari proses pengadaan, teknologi, dan finansial. Model ini dibuat untuk memenuhi kebutuhan customer.

Tahap berikutnya adalah (yang juga menjadi faktor ketiga-red) tahap implementasi. Untuk dapat memenuhi kebutuhan customer dan membuat suatu model yang sesuai dengan kebutuhan customer, dibutuhkan implementasi yang tepat, baik implementasi secara proses yang dilakukan seefisien mungkin maupun implementasi teknologi (sistem teknologi apa yang diperlukan). Tidak harus menerapkan teknologi yang paling canggih atau kompleks, tapi harus yang sesuai dengan model yang perusahaan mau dan juga harus didukung oleh orang-orang yang kompeten dan punya skill untuk mendukung penggunaan teknologi tersebut serta mengikuti proses yang dibuat.

Sejauh mana tren gaya hidup digital berpengaruh?

Pengaruh tren gaya hidup dijital saat ini cukup besar terutama terhadap beberapa sektor industri. Jika melihat statistik, adopsi teknologi dijital di Indonesia selalu masuk dalam top 10 bahkan top 5 di dunia. Hal ini menunjukkan suatu buying power yang sudah lebih baik dan level of interest yang sangat tinggi di Indonesia. Terkait fenomena ini, banyak produsen dijital di Indonesia yang secara penuh menyadari hal tersebut sehingga ketika mereka meluncurkan suatu produk, mereka akan memilih Indonesia sebagai tempat pertama peluncuran produknya. Tren dijital ini berkembang pesat saat ini dibanding beberapa tahun yang lalu.

Sektor industri apa saja yang diuntungkan atau yang paling dipengaruhi oleh perkembangan tren dijital ini?

Sektor industri yang secara langsung terkena dampak tren dijital ini adalah industri telekomunikasi, industri media, industri komputer di mana pemakaian komputer saat ini sudah makin masif, dan industri yang menggunakan teknologi yang tadi disebutkan seperti perbankan.

Apa fondasi dan pilar-pilar untuk melakukan transformasi dijital?

Secara garis besar sama dengan jawaban dari pertanyaan pertama, yaitu tiga hal tersebut. Visi dan strategi perusahaan merupakan salah satu pilar yang penting, karena tanpa kedua hal itu, arah implementasi akan menjadi tidak jelas. Implementasi transformasi bersifat investasi. Jadi untuk melakukan implementasi, model bisnis dan model operasi merupakan hal yang penting.

Jadi visi dan strategi perusahaan adalah pondasi?

Ya. Mulai dari visi dan strategi. Kemudian harus ada model bisnis dan model operasi (operating model) sebelum dilakukan implementasi proses dan teknologi. Jadi ada tiga pilar, yaitu visi dan strategi, model bisnis dan model operasi, proses dan teknologi. Tentu yang tidak kalah penting adalah orang-orang yang kapabel.

Apa kendala yang harus diantisipasi dan diatasi dalam melakukan transformasi dijital?

Hal yang pasti adalah tidak ada satu obat mujarab, satu solusi (TI, baik dari segi desain maupun teknologi di belakangnya) yang bisa digunakan untuk semua keperluan, baik untuk cross industry atau bahkan dalam satu industri yang sama. Kebanyakan mereka memiliki visi, target pelanggan, atau penawaran yang berbeda-beda. Jadi, hal ini merupakan salah satu kendala sekaligus tantangan yang harus diidentifikasi untuk setiap perusahaan.

Hal ini pula keunikan Indonesia. Konsumen di Indonesia tidak sama dengan konsumen di negara-negara lain, bahkan di negara-negara tetangga atau ASEAN. Keunikan konsumen di Indonesia terkait dengan kebiasaan dan kebudayaan yang ada di Indonesia. Orang Indonesia sangat bersifat kekeluargaan yang berdampak kuatnya ikatan komunitas sosial (socialcommunity)masyarakat di Indonesia. Sebelumnya, orang Indonesia hanya bisa berhubungan face to face. Namun dengan adanya media elekronik dan dijital, mereka juga suka untuk melakukan interaksi melalui perangkat elektronik seperti media sosial Facebook, Twitter, email, BBM. Dan hal ini memiliki pengaruh yang cukup kuat. Karakteristik ini berbeda dengan negara tetangga.

Tantangan kedua yaitu, diperlukan suatu solusi yang kreatif. Jadi, berdasarkan pengamatan saya, beberapa tahun yang lalu terjadi alih teknologi di mana kita mengadopsi suatu teknologi yang pernah diimplementasikan di tempat lain. Namun, saat ini kita memasuki fase di mana kita harus mengimplementasi suatu solusi untuk pertama kali, yang mungkin di tempat (negara lain) belum ada. Bisa juga kita mengadopsi solusi yang pernah diterapkan di negara lain, namun dengan beberapa modifikasi agar sesuai dengan kebutuhan di Indonesia. Dua ha ini menjadi kendala sekaligus tantangan yang harus dihadapi.

Apa do’s and don’ts –nya?

Do’s: harus betul-betul mengetahui dan mengerti target customer yang ditentukan perusahaan. Hal ini penting karena potensi customer di Indonesia sangat besar. Jadi, do’s-nya adalah harus tahu segmen mana yang perusahaan targetkan dan don’t-nya adalah jangan mengasumsikan bahwa perusahaan akan menyasar seluruh segmen pasar di Indonesia, tapi harus fokus. Jika pun hal itu mau dilakukan perusahaan, harus dilakukan secara bertahap. Hal ini perlu dilakukan karena konsumen itu beragam. Konsumen di pedesaan dan di perkotaan memiliki kebutuhan yang berbeda. Konsumen di perkotaan pun bisa dibagi lagi ke dalam berbagai subkategori. Misalnya, kebutuhan orang kota yang bekerja sebagai profesional di perusahaan multinasional, berbeda dengan kebutuhan orang kota yang menjalankan sebuah bisnis keluarga. Mereka berbeda dari segi pola, orientasi, prioritas, dan kebutuhan.

Jadi do’s yang pertama adalah benar-benar mengetahui customer-nya dan don’t-nya adalah jangan mengasumsikan bahwa target consumer yang sebesar-besarnya, tapi harus fokus.

Do’s yang kedua adalah perlu adanya suatu riset untuk mengetahui suatu solusi yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Solusi yang dibuat harus kreatif dan bukan solusi yang kompleks.

Don’t yang kedua adalah jangan secara mudah mengopi suatu solusi dari tempat lain. Indonesia dengan potensi yang besar, banyak perusahaan dari negara tetangga yang berusaha berinvestasi di Indonesia dan mereka berusaha untuk mengimplementasikan suatu solusi yang mereka sudah miliki di negara lain. Apakah solusi tersebut sesuai dengan kondisi di Indonesia? Belum tentu.


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved