Marketing

Ambisi Viro Menjadi Hero

Ambisi Viro Menjadi Hero

Foto : Wisnu Tri Rahardjo

Walt Disney’s Animal Kingdom Theme Park di kawasan Bay Lake, Florida, Amerika Serikat, menjadi saksi bisu eksistensi Viro, produk asli Indonesia, di industri bahan bangunan dan rotan sintetis. Di taman petualangan dunia hewan yang terletak di dalam resor seluas hampir 47 mil persegi atau sekitar 7.500 hektare itu, terdapat sebuah wahana baru seluas 4,9 hektar yang sebagian besar bahan bangunannya menggunakan Viro. Mulai dari alang-alang sintetis, bambu sintetis, anyaman sintetis, hingga rotan sintetis, yang dibentuk menjadi hutan dengan pohon-pohon tua yang menjuntai liar seolah-olah hutan sungguhan.

Johan Yang, Executive Vice President PT Polymindo Permata, produsen Viro, mengatakan, pihaknya membutuhkan waktu lebih dari enam bulan guna menerjemahkan konsep wahana wisata hutan tropis yang dirancang oleh tim Disney Imagineering dan diluncurkan pada Mei 2017 tersebut. “Tapi, kami sangat puas karena berhasil melewati kualifikasi sangat banyak dan sulit dari pihak Disney,” ujar Johan sambil menunjukkan foto Walt Disney’s Animal Kingdom, karya anak bangsa Indonesia yang terlihat rumit dan detail. “Bahkan, produk kami dipuji seorang general contractor. Katanya, hasil produk kami lebih baik daripada produk domestik. Basically, kami mewujudkan mimpi mereka,” kata Johan, bangga. Sebelum ini, produk Viro juga telah digunakan di Adventure World Amusement Park, Perth, Australia; Chimelong Ocean Kingdom, Zhuhai, China; Water Villas Maalefushi, Maladewa; Anantara Island, Doha, Qatar; dsb.

Sejak Viro mulai dikembangkan pada 1998, Johan menyadari produknya memang tepat sebagai solusi untuk hotel dan resor. Itu terbukti dengan permintaan yang datang dari berbagai belahan dunia. Maka, ketika Indonesia mencanangkan untuk meningkatkan pariwisata Indonesia dan berencana meningkatkan target kedatangan wisatawan sebanyak 20 juta orang pada 2019, Viro bertekad memanfaatkan momentum tersebut untuk menggarap pasar Indonesia. “Kami optimistis karena kami sudah menyiapkan amunisinya,” katanya.

Peter Mulyadi, Manajer Pemasaran Viro, membenarkan, sejak 2012 Viro telah disiapkan untuk menggarap pasar Indonesia. Ada tiga produk yang dikembangkan, yaitu Virobuild, bahan bangunan sintetis; Virofiber, anyaman dan natural fiber sintetis yang umumnya digunakan untuk furnitur; dan Viroforms, kerajinan tangan sintetis untuk keperluan rumah tangga. “Ketiganya kami kembangkan serentak sesuai dengan target pasar masing-masing, dengan mengusung tema yang sama yaitu produk yang tahan lama, ramah lingkungan, serta tidak beracun,” ungkap Peter.

Untuk Virobuild dan Virofiber, dikatakan Peter, saat ini momentumnya sangat tepat. Dengan berkembangnya industri pariwisata, kebutuhan akan amenities akan semakin meningkat. “Viro hadir dalam berbagai produk untuk menjawab kebutuhan tersebut,” ujarnya tegas. Virobuild untuk bahan bangunan yang mempunyai daya tahan tinggi sekaligus estetis yang menjawab kearifan lokal. Virofiber sebagai material high end untuk furnitur dengan keunggulan pada daya tahan dan perawatan yang mudah. Dan, Viroforms diciptakan sebagai pelengkap hospitality yang non toxic, aman untuk makanan, dan tahan lama. “Dengan bekal itu, kami ingin menjadi tuan rumah di negeri sendiri,” kata Peter meyakinkan.

Foto : Wisnu Tri Rahardjo

Sejak PT Polymindo Permata (PP) didirikan tahun 1998, Junus Sumardi sang pendiri ingin membuat ekosistem industri plastik yang mumpuni. Maka, dijelaskan Johan, ada lima bidang kompetensi yang disiapkan untuk mendukung cita-cita ayahnya itu. Pertama, PP memiliki kekuatan pada inovasi , hal ini dibutuhkan baik oleh Virobuild maupun Virofiber. Kedua, PP memadukan teknologi material dan kemampuan craftsmanship yang sangat potensial di Indonesia.

Ketiga, PP berupaya memberikan layanan yang terbaik. Pendekatan layanan sudah dimulai di Virobuild, yakni dengan memberikan layanan tak sekadar suplai bahan, tetapi juga membantu memberi masukan desain, bahkan sampai pemasangannya. “Ketika konsumen memilih Viro sebagai mitra, kami siap mendukung dari pemilihan bahan, desain, hingga pemasangannya,” kata Johan, putra tunggal Junus Sumardi. Bahkan ke depan, demi layanan pula ,Viro siap mendukung pembuatan bangunan secara keseluruhan.

Keempat, penetrasi bisnis baik di pasar konvensional maupun digital. Contohnya, sekarang mulai dikembangkan Viroforms, berbagai wadah anyaman untuk rumah tangga dengan bahan antiair dan dianyam oleh penganyam ahli. Bahan tidak beracun dan dapat didaur ulang. Viroforms saat ini sedang melakukan penetrasi dan pengembangan pasar baik ritel maupun e-commerce.

Yang terakhir, PP fokus pada membangun komunitas. Untuk itu, PP menjalin kerjasama dengan banyak pihak: akademis, desainer, pemerintah, desa, dsb. Johan menegaskan, kompetensi membangun komunitas memang tidak bisa serentak, melainkan harus bertahap. Baginya, yang penting adalah terus-menerus dan berkelanjutan. Ia memberi contoh, pihaknya bekerjasama dengan arsitek Rubi Roesli, Miranti, dan Dani Hermawan membangun Pavilion Indonesia di Milan tahun 2015, dan kerjasama itu berlanjut hingga sekarang.

Hingga kini Viro sudah bekerjasama dengan arsitek (Ikatan Arsitek Indonesia), chief engineer (Asosiasi Chief Engineering ), komunitas desainer (Himpunan Desainer Interior Indonesia), Dekranas, dan sejumlah universitas nasional seperti Trisakti, Institut Teknologi Bandung, dan Universitas Pelita Harapan dalam melakukan inovasi produk, pelatihan, serta edukasi berkelanjutan. Ke depan, Viro berencana mengembangkan komunitas untuk mengangkat budaya anyam yang merupakan budaya asli Indonesia ke tingkat yang lebih tinggi bersama pakar budaya/desain untuk generasi muda.

Peter menambahkan, dalam rangka menggarap pasar dalam negeri, Viro banyak mengembangkan jejaring untuk penetrasi pasar, baik secara proyek maupun ritel, melalui kolaborasi dengan desainer/arsitek/pengembang dan pelaku pasar di bidang masing-masing. “Kami menginginkan Viro menjadi reliable partner untuk banyak pihak, agar bisa memberikan sumbangan positif di industri pariwisata,” katanya. Menurut dia, inovasi produk menjadi sasaran prioritas. Target Viro menghasilkan produk yang ekonomis tanpa mengurangi kualitas.

Kendati secara produk sangat spesifik, dari awal Viro mewaspadai agar tidak terkesan sebagai produk komoditas. Caranya? “Kami berusaha tetap mengedepankan diferensiasi desain yang unik sehingga tidak menjadi produk massal. Juga, dengan pemasaran yang selektif kepada customer dan distributor tertentu saja di daerah-daerah yang telah ditentukan sebelumnya, menjadikan produk kami istimewa” Peter menjelaskan.

Selain itu, Viro memilih strategi jangka panjang dalam pemasaran bersama mitra yang mengenal produk Viro dan mempunyai semangat yang sama dalam berbisnis. “Kami fokus pada kualitas dan inovasi,” Peter menegaskan lagi. Ia menekankan bahwa Viro adalah perusahaan yang bertulang punggung R&D. “Dengan selalu membawa inovasi dan produk bermutu ke pasar, kami yakin Viro akan menjadi pilihan yang kompetitif di pasar,” katanya optimistis

Salah satu inovasi yang dikembangkan adalah di bidang fire retardant. Viro bersama sister company mengembangkan material fire retardant yang non toxic, non PVC, sehingga tidak mengeluarkan asap beracun di saat terjadi kebakaran. “Kami memiliki berbagai formulasi flame retardant, yang sudah dites oleh reputable third party certification lab,” ungkap Peter.

Tidak kalah penting, Viro juga memperhatikan selera pasar ritel yang berkembang dinamis. Seperti biasa, pasar ritel menyukai barang yang countable, sesuai dengan selera pasar, dan kompetitif. Itu sebabnya, Viro membuat barang yang custom made menjadi barang ritel, misalnya dengan membuat ukuran-ukuran umum untuk item-item tertentu seperti pada Viroforms dan Viromat.

Untuk mendukung pasar ritel, saat ini ada 19 supermarket bahan bangunan, di Jakarta, Tangerang, Bali, Lombok, Bandung, Kalimantan, Cirebon, dan Bekasi, yang menyediakan produk Viro. Viroforms juga dijual di empat gerai hypermarket di Jakarta. Dan, Viroforms bisa dibeli di seluruh Indonesia lewat Lazada.com. Rencananya, pada 2018 Viro akan menambah lima gerai lagi. Untuk gerai-gerai ritel ini, Viro juga melakukan edukasi secara kontinyu, mengadakan pelatihan, serta mendukung displai dan materi promosi.

Guna memperkuat merek, Viro rajin mengikuti pameran. Setidaknya dalam setahun ada 12 pameran di dalam maupun di luar negeri yang diikutinya. Strategi pameran ini, menurut Peter, sangat membantu memperkenalkan Viro. Jika ditambah dengan memperbanyak gerai, meningkatkan pemanfaatan media cetak dan media sosial, serta mengadakan kampanye strategis, Peter yakin target komunikasi Viro bakal tercapai. Saat ini fans Facebook Viro mencapai 70.000.

Dengan berbagai strategi dan langkah pemasaran tersebut, Peter berharap, tingkat pertumbuhan Viro terus terjaga positif 20% per tahun, baik lokal maupun global.


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved