Marketing zkumparan

Anteraja, Optimalisasi Empat Unsur

Anteraja, Optimalisasi Empat Unsur
Suyanto Tjoeng, CEO Anteraja.
Suyanto Tjoeng, CEO Anteraja.

Di dalam grup PT Adi Sarana Armada Tbk. (ASSA), PT Tri Adi Bersama (Anteraja) termasuk yang berkinerja moncer. Tercatat pada sembilan bulan tahun 2021, Anteraja menjadi kontributor terbesar terhadap total pendapatan grup di antara lini usaha lain, yaitu sebesar 52%. Hingga akhir Desember 2021, Anteraja mencatatkan volume pengiriman 1 juta paket per hari, meningkat tiga kali lipat dibandingkan 2020.

Raihan ini merupakan buah kerja keras yang digencarkan Anteraja sejak beroperasi di awal 2019 dalam menyediakan layanan yang fokus pada last-mile delivery, yaitu layanan Reguler, Ekonomi, Next Day, Same Day, dan Kargo. “Walaupun baru beroperasi belum genap tiga tahun, kami sudah punya kemampuan membangun produk-produk seperti pemain yang sudah lama ada,” kata Suyanto Tjoeng, CEO Anteraja.

Kemampuan itu, menurut dia, bisa terwujud berkat optimalisasi empat unsur utama dalam menjalankan bisnisnya, yaitu model bisnis, teknologi, sumber daya manusia, dan sinergi dengan grup. Pertama, dalam hal model bisnis, pihaknya menerapkan model bisnis yang berbeda: semua pelanggan bisa pick up tanpa volume minimum.

Hal itu menjadi salah satu pendorong pertumbuhan yang signifikan selama pandemi. “Ini sangat booming di saat pandemi karena orang tidak bisa berpergian. Cukup pesan melalui aplikasi Anteraja, Satria (kurir Anteraja) akan menjemput barangnya tanpa volume minimum,” katanya.

Kemudian, kedua, dari sisi teknologi, Anteraja bisa mengembangkan layanan Same Day dengan biaya flat untuk jarak berapa pun di dalam kota. Anteraja mengonsolidasikan kurir picking dan kurir deliver di satu titik seperti estafet. Begitu pula pada pengiriman antarkota, wilayah mana pun di kota tujuan akan berlaku harga yang sama.

Hal itu, Suyanto menegaskan, menjadi diferensiasi utama Anteraja dibandingkan penyedia layanan logistik lainnya. “Kalau penyedia lain biasanya biaya menyesuaikan jarak atau memanfaatkan Gojek atau Grab,” ujarnya. Dia menyatakan, selama pandemi layanan ini meningkat berlipat-lipat secara volume. “Ini menunjukkan demandSame Day Delivery dengan harga yang kecil itu sangat menguntungkan,” ujarnya.

Lalu ketiga, dari sisi SDM, Anteraja melatih Satria agar mempunyai standard operation dan cara melayani pelanggan dengan baik. Pihaknya menginternalisasi nilai-nilai yang berkaitan dengan pelayanan pelanggan. “Ini sangat penting, karena pada akhirnya yang melayani adalah orang, bukan mesin,” katanya tandas.

Adapun yang keempat, pada aspek sinergi, Anteraja membangun sinergi dengan induknya, ASSA, dalam rangka menciptakan bisnis yang light asset. Hal ini juga sebagai bagian dari upaya yang sedang dilakukan Grup untuk membentuk ekosistem logistik yang lebih kuat, yang di dalamnya juga terdapat perusahaan lain yang bergerak pada mild-mile delivery dan fulfillment center.

Empat hal itulah, kata Suyanto, yang akan dikuatkan oleh Anteraja dalam menghadapi era bisnis baru ketika pandemi Covid-19 terkendali. “Maka, dengan teknologi dan kualitas itu, kami percaya diri bisa menangkap potensi-potensi bisnis ketika recovery itu terjadi,” ungkapnya.

Dia melihat, pembatasan mobilitas pada masa pandemi 2020 dan 2021 meningkatkan demand di e-commerce. Hal ini memunculkan banyak pengguna baru e-commerce, yang artinya membuka peluang bagi sektor logistik.

Kalaupun ada penurunan permintaan pada pascapandemi nanti, menurutnya, tidak akan terjadi dalam jumlah besar. Pergeseran hanya pada jenis barang yang dibeli. Apalagi, tambahnya, presentase orang yang belanja melalui e-commerce di Indonesia masih lebih sedikit dibandingkan negara lain, sehingga masih sangat besar peluang e-commerce untuk tumbuh.

“Mengingat pertumbuhan e-commerce yang besar, kami akan tetap fokus di e-commerce. Yang kami lakukan adalah terus menciptakan inovasi layanan dan produk baru bersama mitra e-commerce. Kami sudah mempersiapkan yang baru lagi di tahun ini,” ungkapnya.

Komitmen terhadap inovasi tampaknya bukan formalitas belaka, karena setiap tahun Anteraja meluncurkan inovasi produk. Pada Maret 2020, misalnya, diluncurkan BisnisAja, platform yang ditujukan bagi pelaku bisnis dan korporasi untuk mempermudah analisis biaya pengiriman paket secara otomatis, dan pemantauan pengiriman melalui dashboard (operation management). Lalu, pada Oktober 2020, ada inisiatif Travylite, solusi excess baggage bagi penumpang pesawat, bekerjasama dengan Angkasa Pura II.

Ada juga kerjasama dengan Gojek dan Grab untuk pengiriman saat peak season dan intercity delivery dalam Grab Express. Untuk pengiriman cross border, Anteraja telah menjalin kerjasama dengan SF Express, perusahaan logistik China yang tercatat di Shenzhen Stock Exchange. “Jadi, selain menyediakan pengiriman parsel e-commerce, Anteraja juga memperluas bisnisnya di segmen lain, seperti B2B, C2C, dan social commerce,” Suyanto menjelaskan.

Selain itu, untuk menyambut peluang yang sedang tumbuh, baru-baru ini Anteraja meluncurkan sejumlah layanan. Yakni, sistem pembayaran COD di platform Tokopedia dan Shopee, memulai pilot project untuk automated sorting facility di gudang Jakarta, dan ekspansi bisnis di ekosistem logistik dengan meluncurkan cold deliveries (untuk frozen food) di wilayah Jakarta.

Sampai saat ini Anteraja memiliki cakupan 1.000 titik layanan di 34 provinsi, dengan hub yang berada di lebih dari 34 kota di Indonesia, serta 19.000 kurir. Dengan kapabilitas yang makin meningkat tersebut, Anteraja optimistis mampu menyambut peluang di era covid-19 yang terkendali dan masih akan menjadi kontributor terbesar ASSA dengan target kontribusi di atas 50%. “Target tahun 2022 kalau bisa 1,5 juta paket per hari,” ujar Suyanto. (*)

Yosa Maulana

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved