Marketing zkumparan

Ardena Food, Scaling Up Manfaatkan Momentum Pandemi

Ariguna Napitupulu , Direktur Utama PT Ardena Artha Mulia (tengah), bersama Ade Kusuma (kiri) dan Munawir (kanan).
Ariguna Napitupulu , Direktur Utama PT Ardena Artha Mulia (tengah), bersama Ade Kusuma (kiri) dan Munawir (kanan).

Pandemi tak membuat semua bisnis mati suri. Ada beberapa bidang usaha yang justru mendapat berkah karenanya. Antara lain, industri makanan beku olahan yang malah semakin semarak di kala pandemi Covid-19 ini. Pembatasan sosial berskala besar (PSBB) menciptakan kebiasaan baru di tengah masyarakat untuk memasak makanan jenis nugget, daging olahan, dan frozen food lainnya.

Ardena Food, merek makanan beku olahan produksi PT Ardena Artha Mulia, termasuk yang menunjukkan performa meyakinkan. Didirikan tahun 2013, perusahaan ini mulanya adalah industri rumahan dengan label Maulana Food. Pertengahan 2014, bersamaan dengan hadirnya mitra baru, Maulana Food berganti merek menjadi Ardena Food.

“Nama ‘Ardena’ berasal dari bahasa Celtic kuno yang berarti bersemangat,” ungkap Ariguna Napitupulu, Direktur Utama PT Ardena Artha Mulia. Adapun ‘Artha’ berarti kemakmuran. “Nama ‘Ardena Artha Mulia’ artinya semangat bekerja untuk kemakmuran tanpa mengesampingkan nilai luhur dan mulia,” Ariguna menerangkan.

Ardena Artha Mulia memiliki visi menjadi perusahaan penyedia makanan olahan berkualitas terbaik di Indonesia sehingga dikenal dan digunakan sampai mancanegara. Adapun misinya, menyediakan makanan olahan yang sehat, lezat, bergizi, dan berkualitas tinggi dengan harga kompetitif sehingga dapat dinikmati dan bermanfaat bagi seluruh masyarakat Indonesia.

Menurut Ariguna, Ardena Food tidak mendadak besar. Bersama mitranya, Munawir dan Ade, dia mengawalinya secara kecil-kecilan dengan produksi sekitar 30 kg per hari. Setelah berjalan dan mendapat respons positif pasar, mereka memutuskan membesarkan usaha dengan menyuntikkan modal. “Sekarang kami bisa memproduksi 4 ton per hari,” ujarnya.

Dijelaskannya, proses scaling up dari 30-40 kg menjadi 4 ton per hari juga tidak semudah membalikkan tangan. Mula-mula yang dilakukannya adalah menyiapkan orang khusus untuk penjualan (salesman). Setelah terkumpul demand-nya (buyer), barulah jumlah produksi dinaikkan karena pasar semakin besar.

“Saat ini kami menggarap pasar modern, pasar tradisional, reseller, dan pasar online (e-commerce),” ungkap Ariguna. Pihaknya belum memiliki distributor tunggal, masih ikut dengan distributor makanan beku yang ada.

Sejak mulai berproduksi 1 ton per hari, Ardena Food memutuskan memakai mesin. Walaupun masih simple machine dengan conveyor system, menurut Ariguna, sudah cukup memadai. Kemudian, pihaknya pun mulai memakai mesin pembekuan cepat. “Jadi, proses pembekuannya hanya butuh empat jam, sudah membeku sempurna dagingnya,” ujar Ariguna.

Dia juga berinvestasi untuk ERP. “Ini kami implementasikan untuk seluruh operasional kami end-to-end,” katanya. Kini dia tengah menyiapkan migrasi ke yang lebih advanced.

Diakui mantan Manajer TI Bank Danamon dan Bank Maybank ini, sekarang momentum yang tepat untuk mengembangkan diri. Setelah memiliki 19 varian ―di antaranya, nugget, fish roll, mushroom fish tofu, fish ball, dan shrimp & chicken siomay― pada April 2021, pihaknya mengembangkan merek kedua, Kintabe. Ardena Food dikhususkan untuk olahan ikan, sementara Kintabe olahan ayam dengan Japanesse style.

Model bisnis yang dikembangkannya meliputi penyediaan bahan baku, produksi, hingga distribusi. Target pasarnya ada tiga kelompok. Pertama, ibu rumah tangga, pengambil keputusan tentang makanan yang akan dikonsumsi keluarganya. Kedua, profesional muda, yakni mereka yang sibuk dengan pekerjaan sehari-hari dan bergaya hidup serba cepat sehingga membutuhkan makanan yang enak, mudah disiapkan, dan trendi.

Ketiga, pedagang makanan (foodpreneur). “Saat ini Ardena Food sudah tersedia di wilayah Jawa dan Banten,” ujar Ariguna sambil menambahkan, pada akhir 2020 telah memproduksi 922,99 ton produk dengan revenue Rp 40 miliar setahun.

Di tengah para pemain frozen food di Indonesia yang semakin banyak dan bahkan tergolong skala raksasa, Ariguna menyadari pentingnya membuat diferensiasi. Maka, Ardena Food pun fokus diarahkan ke olahan ikan, sementara para raksasa itu umumnya fokus pada produk olahan poultry atau ayam.

Dengan fokus pada olahan seafood, pihaknya percaya, memproduksi makanan yang sehat, lezat, bergizi, mudah disajikan, dan berkualitas tinggi dengan harga terjangkau dapat memberikan nilai tambah bagi seluruh keluarga di Indonesia. “Produk kami cocok untuk segala kalangan dan usia, dari kecil sampai dewasa. Untuk itu, kami selalu menggunakan bahan baku berkualitas tinggi, memiliki tim yang terampil dan berpengalaman, dilengkapi fasilitas dengan teknologi tinggi, serta standar dan prosedur yang baik,” kata Ariguna berpromosi.

“Kami berkomitmen untuk menghasilkan produk makanan berkualitas terbaik dan bercitarasa tinggi untuk dikonsumsi masyarakat,” anggota Komite Teknologi dan Indusri Pangan-Kadin DKI Jakarta sejak 2019 ini menegaskan.

Untuk menjaga konsistensi kualitas produksi, Ardena Food telah mengantongi izin resmi dari BPOM dan sertifikasi halal. Tidak berhenti sampai di situ, saat ini Ardena Food juga sedang dalam proses sertifikasi HACCP. “Kami juga sudah on contract untuk ISO 9001. Jadi, mudah-mudahan, kalau prosesnya lancar, tahun ini kami akan dapat HACCP dan ISO 9001 untuk menjaga kualitas kami,” Ariguna berharap.

Kini dia tengah menyiapkan armada truk berpendingin (cold chain). “Agen-agen tertentu kami pinjami freezer, supaya kualitas produk terjaga. Karena, freezer untuk skala besar kan beda dengan freezer yang ada di pasaran,” ungkapnya. (*)

Dyah Hasto Palupi/Arie Liliyah

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved