Marketing zkumparan

Dessert Mantap Najla Bisyir

Dessert Mantap Najla Bisyir
Najla Bisyir, founder & owner dessert box Bittersweet
Najla Bisyir, founder & owner dessert box Bittersweet

Berawal dari hobi memasak di dapur, Najla Bisyir mengembangkan bisnis makanan penutup atau yang dikenal dengan sebutan “dessert”. Namanya: Bittersweet By Najla Bisyir. Varian yang ditawarkan cukup beragam, mulai dari kue, puding, hingga minuman. Untuk kue pun ada banyak jenisnya, dari black forest dessert box, red velvet dessert box, hingga Turkish dessert box. Adapun minumannya ada Boba Milk Tea dan Thai Tea. Dessert Bittersweet ini dikemas dalam bentuk boks berukuran 10×10 cm dan diklaim merupakan pelopor dessert box di Indonesia.

Berkat kepiawaian Najla mengemas produknya, dessert Bittersweat cukup diminati pasar. Dalam sehari, produk Bittersweet bisa terjual 500 boks, dan jika dengan reseller, bisa mencapai 1.000 boks. Itu belum termasuk whole cake dan minuman. Terlebih saat Ramadan, terutama menjelang Lebaran, pesanan makin melimpah sehingga bisnisnya bisa tumbuh sekitar 100% dibandingkan hari biasa. Memang sudah banyak orang yang jatuh cinta pada dessert box Bittersweet. Salah satunya, istri Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, Atalia Praratya.

Saat ini, agen reseller Bittersweet ada sekitar 40 yang tersebar di berbagai kota, antara lain Jakarta, Bogor, Cilegon, Bandung, Semarang, Surabaya, Banyuwangi, Samarinda, Banjarmasin, Balikpapan, dan Palembang. Di Jakarta juga sudah dipecah, ada di Jakarta Barat, Kemayoran, Kelapa Gading, dan Bintaro. “Kami sistemnya reseller, tapi reseller hanya memasarkan. Sedangkan kuenya tetap dibuat di central kitchen,” kata Najla. Sistemnya sama seperti reseller pada umumnya, mereka beli ke Najla, tetapi pihaknya yang push jualan mereka di Instagram agar pelanggan di luar Jakarta membelinya langsung ke mereka.

Reseller Bittersweet harus perempuan dan ibu-ibu karena Najla ingin mereka memiliki penghasilan dari rumah sehingga taraf hidup mereka meningkat. “Jadi, ibu-ibu tersebut tidak akan bergantung terus pada suaminya, karena kita tidak tahu kehidupan finansial kita akan seperti apa ke depan,” katanya. Di Bekasi, contohnya, yang jadi reseller-nya adalah seorang ibu dan anaknya. Omset mereka Rp 20 juta per bulan. Bahkan, biaya kuliah anaknya pun dari hasil jualan Bittersweet.

Mengenai promosi, awalnya niat Najla hanya berbisnis skala rumahan. Namun, pada 2018 produknya mulai booming dan banyak yang mendekatinya, antara lain Go-Food dan Grab Food. Sebenarnya, sebelum dengan Go-Food, pihaknya sudah bekerjasama dengan Go-Shop. Ketika Najla masih berjualan di rumah, ada orang TI Go-Jek yang datang karena penjualan produknya masuk 10 besar Go-Shop di Indonesia. Akhirnya, dia pun mengarahkan Najla untuk bergabung dengan Go-Food.

Berbeda dengan Grab, Bittersweet tiba-tiba ada di Grab Food dan akhirnya staf layanan pelanggan Grab datang ke rumahnya dan mengatakan, Bittersweet direkomendasikan oleh peminat Grab (“Toko mana yang kamu rekomendasi ada di Grab?”). Jadi, belum sampai satu tahun, Bittersweet ada di Grab Food dan Go-Food. Saat ini, Bittersweet juga ada di Shopee dan termasuk star seller. “Kemudian, kami juga pakai selebgram, tapi kebanyakan tidak dibayar, justru banyaknya mereka minta,” kata Najla menceritakan.

Saat ini, Bittersweet memiliki 40-50 varian produk dan yang terfavorit antara lain Turkish dessert box, lava Nutella dessert box, dan durian dessert box. “Jika produknya itu tidak berjalan, kami out of stock dan kami ganti dengan produk baru yang lain, seperti dulu ada fruit punch dan cendol cake kurang laku. Sekarang kue yang laku lebih ke cokelat-cokelat,” ungkap Najla. Dessert box Bittersweet dibanderol Rp 60 ribu-75 ribu dan kopi Rp 15 ribu-25 ribu dengan kopi memakai Nutella asli dan benar-benar premium.

Sejatinya, Najla tidak menargetkan spesifik pelanggannya berasal dari kelas menengah-atas, karena segmen menengah-bawah pun membeli produknya. “Namun, jika aku jual di bawah harga saat ini, biaya produksi dan biaya pegawai tidak akan tertutup. Saat ini, tempatnya pun masih sewa,” katanya sambil menyebut lokasi tempat bisnisnya, yaitu di Kalibata Timur, Jakarta. Selain itu, harga produknya senilai itu karena ia juga mempertimbangkan bahan-bahan pembuatan kuenya. Pasalnya, 90% bahannya impor dan 10% lokal. “Karena jujur, kalau cokelat itu memang Belgia juaranya, kami pakai cokelat Belgian asli, whipping cream New Zealand. Dairy product dari luar itu memang oke oke, rasanya juga beda, lebih greget. Kami sudah coba pakai local brand agar lebih murah, tapi buat rasa kurang,” Najla membandingkan.

Ia pun bertekad hanya akan membuat kue dari bahan yang premium dan memang benar-benar enak. “Aku tidak mau asal-asalan, atau karena sudah booming, cokelatnya diganti. Aku tidak akan seperti itu,” katanya menandaskan. Bahkan, ia bisa sangat marah kepada karyawannya apabila ada yang mengubah cokelat atau bahan lainnya untuk pembuatan kuenya, tidak sesuai timbangannya, atau dapur kotor. “Di dapur juga aku galak baget karena aku mau semua rapi. Di dapur juga harus serius karena kami service orang dengan makanan,” kata kelahiran Jeddah, 19 September 1985 ini, serius.

Ia juga selalu berinovasi, mengkreasikan dari apa yang ia lihat di dunia luar. Misalnya, saat ini thai tea sedang booming, maka ia pun berupaya bagaimana membuat thai tea menjadi kue sehingga akhirnya jadilah boba milk tea dessert box. “Kami tidak akan pernah berhenti berinovasi agar konsumen pun tidak pernah bosan,” ucapnya menegaskan.

Kendala yang dihadapi Najla saat ini adalah masalah pengiriman karena permintaannya banyak, tetapi pihaknya belum siap, termasuk jumlah tenaga kerjanya yang masih kurang sehingga pengirimannya agak terlambat. Namun, saat ini pihaknya sudah mulai memperbaikinya. Untuk pengiriman ke luar kota, pihaknya sudah tidak ada masalah karena kue Bittersweet ini butter cake. Semakin lama di freezer, semakin moist (lembut) dan semakin enak asal ditutup rapat. Jadi, pihaknya mengirim produk yang sudah dibekukan. Jika disimpan di freezer, produknya bisa bertahan sampai tiga minggu, dan jika disimpan di kulkas, biasanya hanya bertahan tiga hari.

Sekarang jumlah karyawannya ada 40 orang, 34-35 di antaranya ditempatkan di dapur. Untuk meningkatkan keterampilan karyawannya, Najla mengadakan pelatihan yang mengajarkan dari nol, seperti cara menimbang. Dalam tiga bulan pertama, karyawan masih dalam masa training karena yang mau ditempatkan kerja di dapur itu ada prosedur operasional standar (SOP)-nya, antara lain soal kebersihan dan ketekunan. Terlebih, di dapur ada timbangan, semua berat bahan harus sesuai; kalau tidak, rasa kue pasti akan berbeda.

Lalu, apa kunci sukses bisnisnya? Dijelaskan Najla, nomor satu itu kejujuran, kejujuran bahan, kejujuran jualan. Kedua, tanggung jawab dan kerja keras. Ketiga, jangan pernah berhenti bermimpi. “Sebab, alam dan Allah itu akan membantu untuk merealisasikan mimpi kita, selama kita selalu berusaha. Aku jualan ini pun bukan hanya uang yang aku cari. Uang pasti, tapi aku ingin membahagiakan orang lain, salah satu caranya dengan reseller itu,” ujar alumni Fakultas Hukum Universitas Pakuan Bogor ini.

Namun, Najla mengakui bahwa dirinya belum bisa membagi waktu antara kerja dan sebagai ibu rumah tangga. Anak-anaknya sering komplain karena dirinya tidak pernah di rumah walaupun rumahnya dekat dari tokonya. “Terkadang aku berangkat pukul 10 pagi pulang ke rumah pukul 9 malam. Aku tipe pekerja keras dan ketika sudah kerja aku total, aku tidak mau diganggu sedangkan aku punya anak yang aku harus mau diganggu oleh mereka,” ungkap ibu tiga anak ini.

Ia pun menceritakan awalnya membangun bisnis ini karena dirinya hobi memasak di dapur. “Dulu aku tinggal sama Mamah dan Nenek. Nenekku ini mendidik bahwa perempuan itu harus bisa di dapur,” katanya mengenang . Lalu, mengapa ia tertarik dengan dessert? Karena memang kebiasaan di keluarganya setelah makan, mereka minta camilan. Makanya, ia setiap hari terpacu untuk mencoba menu-menu dari Instagram atau YouTube. “Dari situ aku merasa bahwa itu adalah passion-ku,” ujarnya.

Nah, tahun 2015, Najla mulai mempromosikan kue buatannya di media sosial Path. Ketika itu, ia membuat cinnamon roll yang memang sedang booming sekali di luar negeri, tetapi di Indonesia belum terlalu booming. Dari situ teman-temannya meminta agar kue-kuenya dijual dan dari mulut ke mulut kue yang ia jual mendapat respons yang bagus. Setelah itu, pada 2016 awal, adiknya menyarankannya untuk promosi di Instagram dan respons pasarnya semakin bagus. Padahal, saat itu ia masih memakai satu mixer dan satu oven kecil rumahan yang portable.

“Kami merupakan pelopor dessert box di Indonesia. Kami yang memasarkan dan meluaskannya, tapi memang saat ini sudah banyak,” kata Najla. Ia belajar sistem dessert box ini dari gurunya yang berasal dari luar negeri. Ia pun terus belajar kepada guru-gurunya, baik yang berasal dari dalam negeri maupun internasional. Ia pun sudah banyak meraih sertifikat. Setiap malam, ia mencari hal-hal yang sedang tren di YouTube. “Aku tulis dan aku ubah menjadi resepku sendiri,” katanya. Ia juga mengenang berbagai pengalaman yang tidak mengenakkan, seperti gagal dalam percobaan menu atau komplain pelanggan. Namun, ia selalu mendidik timnya untuk menerima masukan dan terus belajar, tidak boleh merasa paling oke dan paling baik.

Yang sedang dilakukannya saat ini adalah membangun dua toko offline, yaitu di Kalibata dekat dengan central kitchen dan di Kemang Raya, Jakarta Selatan, untuk branding bisnisnya. Tahap pembangunannya sudah 75-80%, tinggal finishing. “Target launching akhir Juli 2019. Di sana juga nanti bisa dine in (makan di tempat),” ujarnya. (*)

Dede Suryadi dan Vina Anggita

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved