Marketing Trends

Di Balik Fashion Ramah Lingkungan Bergaransi Tidak Terbatas

Pengunjung saat melihat produk ramah lingkungan Sukkha Citta di toko offline Sukkha Citta. (Ubaidillah/SWA)

Sukkha Citta, brand fashion yang didirikan oleh Denica Riadini-Flesch merupakan salah satu produk yang mengusung konsep ramah lingkungan. Proses pembuatan hingga penggunaan materialnya juga 100% alami.

Dalam wawancara di gerai Sukkha Citta, Jumat (20/1/2022) Denica mengungkapkan tren hidup berkelanjutan kini sedang berkembang pesat di dunia, termasuk di Indonesia. Isu ramah lingkungan mulai ramai diperbincangkan, termasuk dalam industri fashion. Pelanggan kini mulai peduli, memperhatikan bagaimana pakaian dibuat, mulai dari proses hingga penggunaan materialnya.

Sebanyak 82% konsumen lebih mementingkan untuk menerapkan tren hidup keberlanjutan dibandingkan sebelum pandemi COVID-19, contohnya seperti mengurangi penggunaan plastik hingga bijak berkonsumsi. Salah satu implikasi trennya adalah melalui cara konsumsi berpakaian, mulai dari kesadaran untuk beralih ke material ramah lingkungan, tren thrifting, upcycle, hingga reuse yang juga disambut dengan meningkatnya antusiasme brand-brand mode meluncurkan tren sustainable fashion.

Denica mengungkapkan sejak Sukkha Citta didirikan, dirinya ingin menunjukkan bahwa praktik pada industri fashion yang berbeda itu sangat memungkinkan. Di mana perubahan yang menciptakan peluang bagi perempuan perajin dan petani di tempat mereka berada sambil merawat alam di saat bersamaan itu bisa terjadi.

Sukkha Citta berkonsep farm to closet, yakni berguru kepada para ibu di desa untuk menciptakan pakaian menggunakan material dan proses alami, salah satunya dengan menggunakan pewarna alami yang berasal dari tanaman dan limbah pertanian. Selain itu, Sukkha Citta menanam kapas sendiri dengan menggunakan metode tumpang sari.

“Sebuah metode dengan kearifan lokal yang alami agar terhindar dari hama tanpa menggunakan pestisida. Kapas yang menghasilkan kain, kemudian dijadikan pakaian untuk dikenakan dan 100% bahannya dapat ditelusuri,” ujarnya.

Ssejak didirikan pada tahun 2016, Sukkha Citta juga terus mengutamakan praktik kerja yang sehat bagi para pengrajin dan petani, untuk mendapatkan upah yang layak serta merawat bumi melalui regenerative farming. Dimulai dari 3 ibu di desa, kini lebih dari 1.500 orang juga turut turut serta dalam ekosistem Sukkha Citta. Hasil penjualan Sukkha Citta, 56% dikembalikan langsung ke para pengrajin dan petani di desa-desa.

“Sukkha Citta, sebagai salah satu pelopor perusahaan sosial yang menggunakan mode untuk menciptakan perubahan signifikan di desa-desa yang tersebar di seluruh Indonesia, berupaya menciptakan dampak positif kepada manusia dan bumi. Salah satu upaya nyatanya adalah melalui perolehan sertifikasi B Corp dari organisasi nirlaba B Lab serta Ethically Handcrafted dari organisasi nirlaba NEST pada tahun 2022 lalu,” katanya.

Diketahui, Sertifikasi B Corp diberikan kepada perusahaan-perusahaan yang memiliki standar tertinggi dan kekuatan untuk mendorong perubahan positif dalam bidang sosial dan lingkungan dengan menerapkan transparansi publik, akuntabilitas hukum, serta memiliki tanggung jawab dalam menyeimbangkan tujuan sosial dan laba. Sukkha Citta mencatat skor 95.3, dari skor pada umumnya senilai 50.9. Selain itu, Sukkha Citta juga turut mendapatkan penghargaan B Corp Best For The World kategori komunitas dengan skor 5% teratas dari kategori komunitas.

“Nilai-nilai Sukkha Citta dalam melestarikan alam dan tradisi melalui pilihan materi yang ramah lingkungan dan dibuat dengan tangan dengan memperhatikan standar yang layak bagi pengrajin serta lingkungan atau ethically handcrafted. Standar inilah yang membawa SukkhaCitta untuk mendapatkan sertifikasi Ethically Handcrafted dari lembaga non-profit NEST di akhir tahun 2022,” ucapnya.

Sementara itu Partnership & Public Relation Sukkha Citta Arti Purbo mengatakan bahwa Shukka Chitta menerapkan sustainability dalam praktik bisnisnya. Selain produk yang ramah lingkungan, Shukka Chitta juga memberikan garansi yang tidak terbatas waktu. “Kalau sobek atau kancing lepas itu bisa dibawa ke sini lagi untuk diperbaiki dan gratis. Bahkan jika warnanya sudah mulai luntur juga bisa diwarna ulang, tapi dikenakan biaya tambahan,” katanya.

Program ini untuk mengedukasi customer bahwa pakaian yang diproduksi Sukkha Citta itu juga sifatnya timeless dan berbeda dengan yang lain. “Semakin lama, semakin bangga. Karena menggunakan bahan dan pewarna alami tanpa kimia, produk kita lebih awet,” ucap Arti.

Produk Sukkha Citta saat ini juga sudah bisa dinikmati oleh pria dan wanita. Harganya dibanderol Rp100 ribu hingga Rp6 juta. Kini, gerai offline pertamanya di Mal Astha Jakarta Selatan. Sebelumnya, produk ini hanya menjual secara daring. “Produk kami ready, custom juga bisa tapi tidak bisa cepat karena proses pembuatannya tidak hanya faktor manusia, juga ada faktor alam,” ujarnya menjelaskan.

Editor : Eva Martha Rahayu

Swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved