Marketing Strategy

Dieng Culture Festival, Momentum Majukan Bisnis Wisata Lokal

Dieng Culture Festival, Momentum Majukan Bisnis Wisata Lokal

Dieng Culture Festival, salah satu festival budaya asal Dataran Tinggi Dieng (Dieng Plateau) ini baru saja digelar pada tanggal 30 – 31 Agustus 2014. Memasuki edisi yang ke-5, festival ini dihadiri lebih dari 25 ribu wisatawan, baik lokal maupun asing, sehingga tahun ini digadang sebagai yang teramai dibandingkan empat episode sebelumnya.

Dieng-Culture-Festival-2014

Menurut Bupati Banjarnegara, Sutedjo Slamet Utomo yang juga hadir membuka serangkaian acara Dieng Culture Festival, “Ada beberapa parameter yang membuat festival budaya tahun ini lebih sukses dari tahun sebelumnya, yakni jumlah pengunjung yang lebih banyak, homestay yang cepat habis, serta kemacetan.”

Seperti tahun – tahun sebelumnya, Dieng Culture Festival menyajikan berbagai pertunjukan budaya yang juga dikemas dengan balutan eksotis pemandangan alam Dataran Tinggi Dieng. Seperti misalnya pencukuran rambut gimbal, parade kesenian, serta festival kerajinan tangan dan expo yang digelar di pelataran Candi Arjuna.

Selain itu, ada pula yang konsep acara yang dipadu dengan nilai – nilai modernitas, seperti festival jazz di atas awan, dan pemutaran film indie.

“Dieng Culture Festival tidak hanya menyajikan festival budaya saja, melainkan pengunjung juga dapat menikmati keindahan alam Dataran Tinggi Dieng,” tukas Alief Fauzi, Ketua Penyelenggara Dieng Culture Festival. Seperti yang diketahui, Dataran Tinggi Dieng memiliki keindahan alam yang tidak ternilai, seperti misalnya Telaga Warna, Kawah Sikidang, Bukit Prau, dan Bukit Sikunir yang begitu lekat dengan para traveller.

Dengan demikian, seperti yang diungkap oleh Sutedjo Slamet Utomo, ada potensi untuk membuat pariwisata ini lebih komersial, sehingga tidak hanya menjadi daya tarik bagi wisatawan lokal, bahkan menjaring wisatawan mancanegara lebih banyak lagi.

Misalnya saja untuk homestay, khusus untuk Dieng Culture Festival, bahkan jauh sebelum event ini berlangsung sebagian besar homestay sudah dipesan. “Sekitar tiga sampai empat bulan sebelum event berlangsung homestaynya sudah habis,” ujarnya. Oleh karena itu, perlu ada pembenahan di lini ini untuk menciptakan prosedur pemesanan yang lebih tertata, sehingga tidak ada lagi wisatawan yang tidak kebagian homestay.

“Untuk homestay tidak melulu berpusat di sentral Dataran Tinggi Dieng. Bisa juga dioptimalkan di sekitar Wonosobo yang jaraknya tidak terlalu jauh dari pusat festival,” jelas Kholiq. Hal ini akan dilakukan untuk mengurangi dampak volume, baik itu pengunjung maupun kendaraan di sekitar pusat event.

Guna memajukan Dieng Culture Festival lebih baik lagi dari tahun – tahun sebelumnya, Ketua Pelaksana Alief Fauzi, merencanakan beberapa perubahan. Misalnya saja untuk antrean masuk ke acara puncak, yakni pemotongan rambut gimbal dan Jazz Atas Awan di pelataran Candi Arjuna, nantinya akan dibuat beberapa akses lagi guna mengurangi penumpukan pengunjung. Sementara itu, ia bersama teamnya juga berencana mengarahkan lebih terstruktur lagi antara pengunjung dengan tiket VVIP, VIP, dan festival untuk mendapatkan spot yang nyaman.

Yang jadi masalah adalah, saat ini banyak pengunjung yang tidak memiliki tiket akses ke Dieng Culture Festival tapi berusaha merangsek masuk, dan itu jumlahnya sangat massif. “Kami juga akan lebih bekerja sama dengan kepolisian untuk meningkatkan pengamanan tersebut,” ujar Alief.

Seperti yang diketahui, ada nilai jual yang begitu impressif disajikan oleh festival ini. Selain dari sisi penginapan (homestay, hostel, maupun hotel) yang meningkat okupansinya, para pekerja seni pun tak mau ketinggalan, baik itu untuk seni lokal, maupun modern. Untuk pekerja seni lokal, mereka sangat antusias karena ini merupakan momentum untuk memperkenalkan budaya khas Indonesia.

Begitu juga dengan pekerja seni modern, sebut saja pemain Jazz Atas Awan atau mereka yang terlibat dalam pemutaran film indie, dimana daya tarik untuk mengikutinya tersebar hingga kota – kota besar, bahkan di luar Jawa seperti Medan dan Denpasar.

Selain itu ada juga keuntungan yang dirasakan oleh biro perjalanan atau trip organizer. Misalnya saja Ngetripmulu, salah satu trip organizer asal Jakarta yang membawa rombongan dari BCA. Abdul Jamaludin, selaku Trip Leader-nya mengaku antusias akan festival budaya ini. “Dieng Culture Festival menyajikan satu kesatuan, mulai dari budaya, musik, fotografi, dan pecinta outdoor activities. Sehingga bisa jadi rangkaian kegiatan yang sangat berharga untuk ditawarkan,” tukasnya. (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved