Marketing Strategy

Dulux Perkenalkan Warna Cat dalam Balutan Fashion

Dulux Perkenalkan Warna Cat dalam Balutan Fashion

Memperkenalkan cat lewat balutan fashion, itulah yang dilakukan Dulux. Produsen cat dan pelapis dibawah naungan AkzoNobel ini sejak setahun terakhir aktif menggandeng industri mode.

“Bagi Dulux, industri model merupakan industri yang lekat dengan tren. Ini sangat cocok dengan aksi produsen cat tersebut yang setiap tahun selalu mengeluarkan tren warna,” ujar Mediko Azwar selaku Marketing Director untuk AkzoNobel Decorative Paint Indonesia.

Tahun lalu, Dulux hadir mengisi Indonesia Fashion Week 2012, perhelatan mode terbesar di Indonesia, dengan menampilkan lima desainer untuk merepresentasikan kelima tema trend warna Colour Futures.

Tahun ini, Colour Futures 2013 dengan tema “Connection” kembali hadir di panggung Indonesia Fashion Week 2013 dengan lima tema warna yang dihadirkan oleh tiga desainer , Friederich Herman, Ichwan Thoha dan Stella Rissa, bekerjasama dengan InStyle Indonesia.

“Connections merupakan tema global dari Colour Futures 2013 di seluruh dunia. Komunikasi yang berkembang begitu pesat mampu menghubungkan satu pihak dengan pihak lainnya di belahan dunia yang berbeda dalam sekejap. Kemajuan pesat ini menimbulkan kebutuhan untuk melakukan hubungan antar manusia dengan nyata, tanpa bantuan teknologi, seperti saat dunia masih begitu intim menawarkan persahabatan antar sesama,” paparnya.

Konsep kemudian tertuang dalam lima tema warna utama, yang menjadi mood para desainer mode ini mencipta koleksi. Ke-5 tema tersebut adalah, Collective Passion, Switching-Off, The Art of Understanding, Home Factory dan Visual Solace.

“Warna tak sekedar sebuah simbol dalam produksi cat. Ia dapat menggugah emosi, rasa dan sudut pandang orang yang melihatnya. Hidup pun lebih berarti dengan warna yang menjadi inspirasi sehari-hari,” katanya.

Di dunia Fashion misalnya yang juga tak terlepas dari keindahan warna, Dulux mendukung dan menginspirasi para insan kreatif industri fashion tanah air untuk terus berkreasi dan mewarnai dengan cara berbagi pengetahuan mengenai trend warna yang Dulux luncurkan setiap tahunnya dalam Dulux Colour Futures, lalu menjadikannya sebagai pilihan inspirasi bagi dunia Fashion”, tambah Mediko.

Desainer dan Tema

Dalam Indonesia Fashion Week 2013, Friederich Herman menerjemahkan konsep Collective Passion dan Switching Off dalam desain yang modern dan kekinian. Ia mendapatkan sumber inspirasi dari keindahan yang tersirat atas rumitnya kehidupan modern saat ini.

“Kehidupan saat ini begitu terhimpit oleh singkatnya waktu. Pencapaian yang hakiki sudah dilupakan, tergantikan oleh apa yang dapat diraih dalam minimnya kesempatan,” papar Friederich, desainer muda berpotensi di industri mode Indonesia.

Dinamika kecepatan hidup yang dilesapkan melalui permainan elemen maskulin dan detil motif yang unik ke dalam koleksi. Pola-pola yang berseru lantang tergambar dalam motif elegan dan sensual, menciptakan item-item pencuri perhatian mulai dari blazer, blouse dan rok. Memadukan warna-warna menawan dengan aksen industrial dalam palet warna jet-black pada materi leather. Hasilnya adalah effortless style yang dihasilkan oleh koleksi begitu versatil, dimana maskulinitas dan feminitas berpadu.

Home Factory & Visual Solace by Ichwan Thoha

‘Visual Solace’ bagi Ichwan Thoha adalah seperti jatuh cinta pada pandangan pertama, sekaligus tantangan untuk menginterpretasikan sapuan yang lembut bahkan ringkih tersebut. Ia tidak ingin terlena dengan ambience putih kering, ungu lembut, kuning kunyit muda juga off white yang welcome. Namun, ia harus melawannya dengan potongan khas saya yang ultra modern, edgy, constructive juga urban tailored. Seperti sebuah kontradiksi, ‘Kelembutan dikemas dengan ketegasan’ dan lahirlah koleksi ini berjudul ‘Contradictory Vol. 2’.

Dalam ilmu biologi terdapat istilah ‘Fotosintesis’ yaitu kemampuan tumbuhan membuat sendiri sari-sari makanannya. Itulah dirasakan Ichwan Thoha setelah melihat sapuan ‘Home Factory’. Bagaimana sebuah bangsa membangun kekuatan dan kemampuan lokal dalam hal ini industri kreatif yang dikemas secara internasional. Turban, kopiah dengan detail tassel, tunik, ruffles shirt, celana Jodhpur yang berasal dari Timur Tangah, India juga Indonesia, dipadukan dengan coat, jacket, trench coat dan potongan modern lain. Judul koleksipun melengkapinya, ‘East Meets West’.

The Art of Understanding oleh Stella Rissa

Dalam suasana hati yang menunjukan kebahagiaan dan sisi feminin yang ekstrim , keseluruhan collection kaya akan twisted-detail yang rapi dan tidak berlebihan. Referensi dari gaya hipper-feminin masa lalu , sisi sensual perempuan pun diangkat lebih tinggi dari biasannya. Keseluruhan koleksi menafaskan perempuan nan utuh, percaya diri dan bersinar karena kecerdasannya . Keanggunan dari dalam diri dan memperhatikan penampilan sebagaimana perempuan dalam strata sosial atas. Stylish tanpa rasa kaku sedikitpun.

Apa saja palet warna yang menjadi inspirasi Stella Risa dalam konsep The Art of Understanding ini? “Vopale pink, sand creeme , dusty purple , and pastel yellow di combinasi dengan warna bold merah bata dan biru tile pekat . Bahan melambai seperti ciffon , cotton silk dan thin raw silk di tegaskan dengan cotton ottoman ,linen , thick raw silk bahkan kulit,” tegas Stella Rissa.

Atasan dengan gaya drop shoulder berdetil swall neckline ,high waisted skirt dengan effect puff-train, dress fitted dengan detail flare pada bagian bawah ,structured jacket dipadukan dengan rok panjang silk organza yang menerawang . Corset dress dengan bentuk rok A line seperti payung dan jump suit dengan celana pallazzo lebar . Koleksi kali ini memberikan napas era 40’s – 50’s dengan kemasan modern. Keseimbangan yang pas selalu menjadi visi dan misi Stella dalam mendandani stellar-woman untuk tampil super elegant. (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved