Marketing zkumparan

Jurus Khaira Energy Pasarkan Energi Bersih

Yulian Widodo, CEO Khaira Energy
Yulian Widodo, CEO Khaira Energy

Siapa yang berani menyangkal pentingnya energi listrik. Hanya saja, pentingnya energi listrik sering dianggap hal biasa dan taken for granted oleh orang modern saat ini. Mereka baru merasakan kesusahan yang besar apabila aliran listrik itu terputus.

Tak banyak orang yang memikirkan bahwa keandalan pasokan listrik sangat vital. Padahal, bila mau dicermati, keandalan pasokan listrik di Indonesia termasuk memiliki sejumlah risiko. Antara lain, karena secara umum, infrastruktur ketenagalistrikan di Indonesia sudah terbilang menua (lebih dari 100 tahun) dan berpotensi tidak aman karena mesti mengantarkan listrik hingga ratusan kilometer dari lokasi pembangkit ke rumah tangga atau industri. Belum lagi, secara geologis Indonesia berada di antara tiga lempeng tektonik yang aktif –Pasifik, Eurasia, dan India-Australia– yang menyebabkan rawan bencana alam.

Data Badan Nasional Penanggulangan Bencana menyebutkan, rata-rata terjadi sekitar 2.500 bencana per tahun. Adapun menurut data PLN, pada 2018 durasi pemadaman rata-rata 958 menit per pelanggan, dengan frekuensi pemadaman rata-rata 9,9 kali per pelanggan. Karena itulah, kehadiran pasokan listrik alternatif dibutuhkan.

Salah seorang yang memikirkan dengan serius pentingnya kehadiran energi alternatif berupa energi baru dan terbarukan (EBT) adalah Yulian Widodo. Sejak 2012, ia dan beberapa rekannya melakukan berbagai riset mandiri untuk mengembangkan produk EBT dengan berbagai teknologi, di antaranya: turbin angin skala kecil untuk perkotaan, Permanent Magnet Generator (PMG), biofuel (dari bahan wood pellet), dan tenaga surya.

Sayangnya, pada 2015 karena suatu hal, tim ini bubar. “Saya melanjutkan riset sendiri dengan fokus pada peningkatan efisiensi teknologi panel surya dan baterai,” kata Yulian kepada SWA. Alasannya, hampir setiap hari kita mendapatkan salah satu nikmat berlimpah dari Tuhan yang cenderung kita sia-siakan, yaitu sinar/energi matahari.

Dari situ, pada Juni 2015 Yulian mendirikan Khaira Energy. Menurutnya, sesuai dengan namanya yang berarti kebaikan energi, pihaknya punya misi membantu memudahkan masyarakat mandiri energi dan beralih ke energi baik (energi bersih), dengan memanfaatkan atap rumah, kantor, atau pabrik mereka guna memanen energi bersih setiap hari dengan gratis dan ramah lingkungan.

Salah satu diferensiasi Khaira Energy adalah menggabungkan energi surya itu dengan teknologi terkini, seperti sistem penyimpanan energi cerdas (smart storage system), Internet of Things (IoT), dan teknologi smart home. Tujuannya, aset pengguna dapat secara otomatis beralih ke sumber daya paling hemat biaya ini.

Menurut Yulian, kelebihan teknologi panel surya (solar panel) yang disediakan pihaknya, selain merupakan energi bersih, juga memberikan ketenangan kepada pengguna karena terhindar dari kondisi listrik padam. Masih ada “bonus”-nya, yakni pengurangan besaran tagihan listrik sebesar 30-50%.

Namun, penggunaan teknologi panel surya bukan tanpa tantangan. Secara teknis, dijelaskan Yulian, tantangan utama listrik tenaga surya adalah sifatnya yang tidak konsisten atau tidak tersedia setiap saat sepanjang hari. Misalnya, karena tertutup awan yang berukuran besar dan luas.

Karena itulah, Khaira Energy menjual dalam satu paket yang diberi merek Khaira Power, terdiri dari panel surya dan smart battery. Dengan menggunakan paket seperti ini, beban peralatan di rumah atau pabrik akan otomatis dilistriki oleh energi matahari dan baterai saat pagi sampai dengan sore hari, sembari baterai di-charge hingga penuh. Kemudian, pada saat malam hari, rumah dan perangkatnya akan dilistriki oleh baterai.

Namun, apabila baterainya bermuatan sedikit (low bat), katakanlah pada pukul 22.00, sistem secara otomatis akan menarik listrik dari PLN, termasuk untuk men-charge kembali baterai tersebut selama 2-4 jam hingga penuh. Setelah baterai penuh, rumah dan perangkatnya akan kembali dilistriki oleh baterai tersebut, hingga munculnya cahaya matahari yang memadai untuk ditangkap oleh panel surya.

Dengan demikian, menurut Yulian, pasokan listrik PLN yang digunakan hanya sekitar empat jam dalam sehari (± 2 kwh), termasuk untuk charging baterai di malam hari.

Untuk perangkat panel surya, Khaira Energy menggunakan produk yang disebut merek nomor satu di pasar Eropa, yang dinilai punya keunggulan dibandingkan dengan panel surya standar. Garansinya 25 tahun dengan jaminan penggantian unit baru hingga 12 tahun. Produk ini didesain punya usia ekonomis 30 tahun.

Adapun untuk perangkat baterainya, desain teknologinya dikembangkan sendiri oleh Khaira Energy sejak 2015. Sel baterai yang digunakan jenis Lithium Ferro Phosphate, yang dinilai lebih baik dibandingkan Lithium Ion. Desain smart battery ini sudah disertifikasi atas nama Khaira, yang kemudian di-OEM- kan menjadi battery pack. “Lalu, kami rakit bersama komponen elektronik lain menjadi unit Khaira Power,” kata Yulian.

Tantangan pemasarannya, menurut Yulian, dalam hal mengedukasi para early adopter teknologi energi bersih ini. “Beralih ke energi bersih pada dasarnya adalah upfront investment,” katanya. Menurutnya, walaupun Khaira Power dibuat lebih compact dan affordable dibandingkan produk lain, masih ada saja calon pengguna yang menilainya mahal. “Maka, tugas kami menjelaskan melalui simulasi model finansial, bahwa investasi mereka sangat sehat,” ungkapnya.

Berdasarkan perhitungan pihaknya, rata-rata IRR-nya antara 21% dan 29% dan payback period di tahun ke-6 sampai ke-8, tergantung pada konfigurasi alat. “Artinya, setelah tahun ke-9 sampai ke-30 mereka sudah bisa menikmati listrik gratis, maka saving yang terbesar justru di masa mendatang,” kata sang founder Khaira Energy ini. Berdasarkan simulasinya pula, dari pembelian Khaira Power 5.000 Watt seharga Rp 200 jutaan, dalam 20 tahun total penghematan biaya energi yang bisa diperoleh mencapai kisaran Rp 3 miliar.

Sejak dijual pada tahun 2016, menurut Yulian, Khaira Power telah terpasang di beberapa kota besar di Indonesia. Tiga segmen utama yang menjadi target pasar Khaira Energy, berdasarkan kontribusinya terhadap revenue, yakni 40% kalangan residential/rumah tangga (middle-up residential), 30% kalangan commercial, dan 30% kalangan industrial.

Menurut Yulian, sebagian besar pelanggan segmen residential membeli produk Khaira Power 5.000 Watt. Adapun untuk segmen lainnya beragam, tergantung pada jenis dan kapasitas usahanya, kebanyakan 10.000 Watt dan 30.000 Watt untuk satu lokasi. Untuk besarnya nilai penjualan, Yulian belum mau berbagi info. “Hanya saja, sebagai startup, rata-rata kenaikan penjualan tahunan kami berkisar 120-260% dari tahun sebelumnya,” katanya mengklaim.

Untuk mendukung pemasarannya, Khaira Energy cukup rajin mengikuti pameran, baik di dalam maupun luar negeri. Yang sudah pernah diikuti, antara lain, Inatronic 2019 di JIEX Kemayoran, Indonesia Industrial Summit 2019 di ICE BSD, Pameran I3E-Kemenristek 2019 di JCC, TechInAsia Conference 2019, ITB CEO Net 2019 di Bandung, dan Startup Campus 2019 di ETH University, Zurich, Swiss.

Ke depan, Yulian berharap sistem penyimpanan energi bersih ini akan segera menjadi tren di kalangan rumah tangga dan perusahaan di Indonesia. “Kami berharap dapat menjual hingga 10.000 unit Khaira Power pada tahun 2022, serta dapat menjadi nama terdepan untuk industri energi bersih di Indonesia,” kataya.

Khaira Energy tampaknya tak puas hanya berkiprah di bidang panel dan baterai energi surya. “Kami juga memiliki Tim Riset khusus yang sedang mengembangkan peralatan yang berkaitan dengan mobil listrik, sistem fast charger, dan power inverter,” ungkap Yulian. Ia berharap di tahun 2022, pihaknya sudah bisa mewujudkan mobil listrik dan bus listrik buatan Indonesia dengan harga terjangkau. (*)

Joko Sugiarsono/Anastasia A. Suksmonowati

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved