Marketing zkumparan

Jurus Ladang Lima Kibarkan Bisnis Tepung Cassava

Annisa Pratiwi, pendiri PT Agung Bumi Agro
Annisa Pratiwi, pendiri PT Agung Bumi Agro.

Tren bisnis makanan sehat rupanya menjadi peluang bisnis yang cepat dilihat oleh Annisa Pratiwi, pendiri PT Agung Bumi Agro, perusahaan lokal yang fokus memproduksi tepung singkong alami (tepung cassava). Meluncurkan brand Ladang Lima, Annisa sukses memasarkan sejumlah produk berbahan tepung singkong ke berbagai segmen masyakarat melalui peritel nasional, seperti Farmer Market, Ranch Market, Giant, Hero, dan Hokky. Produknya bahkan sudah diekspor ke sejumlah negara, dengan total omset miliaran.

Annisa mulai melirik bisnis tepung singkong pada 2013, bersama suaminya, Raka Bagus. Sebelum menggarap bisnis tepung singkong, ia lebih dulu punya usaha biro iklan, tetapi akhirnya ditutup karena ingin fokus membesarkan Ladang Lima.

Ide berbisnis tepung singkong muncul di benaknya saat masih menekuni biro iklan. Ketika itu ia beberapa kali bertemu klien perusahaan multinasional produsen snack untuk anak-anak dan pernah bertanya kepada pemiliknya, “Apakah anak-anak Anda juga mengonsumsi snack yang diproduksi pabrik Anda ini?” Ternyata, jawabannya, “Tidak”. Mereka tak ingin anaknya memakan snack produksi pabriknya dengan alasan kesehatan.

Annisa berpikir ada sesuatu yang aneh. Sebab itu, ia lalu punya ide bisnis menyediakan makanan nutrisi sehat bagi anak-anak. “Setidaknya, di saat awal, produk ini akan bisa dikonsumsi oleh anak saya sendiri,” kata Annisa yang ketika memulai bisnis tepung singkong tengah mengandung anak pertama.

Awalnya, Annisa ingin mengangkat bisnisnya dengan konsep ketahanan pangan. Namun, setelah menguji produk, ternyata produknya aman dikonsumsi anak berkebutuhan khusus dan penderita diabetes karena memang glutten free. Jadi, ia kemudian memperluas target pasarnya. Gluten adalah protein yang biasa terkandung dalam gandum hasil persilangan (triticale), gandum biasa, dan jelai, yang banyak dihindari konsumen dengan alasan kesehatan.

Menurut lulusan Ilmu Komunikasi Universitas Airlangga ini, tepung singkong produksi Ladang Lima memiliki keunggulan, yaitu tidak menggunakan pewarna buatan/pemutih, merupakan sumber serat yang baik, kaya zat besi dan kalsium, rendah nilai Glycemic Index atau GI, dan yang terpenting, bebas gluten. Annisa pun membelokkan sasaran pasarnya, dari semula hanya untuk kalangan anak berkebutuhan khusus kemudian ke pasar yang lebih luas, yakni masyarakat yang butuh makanan (tepung serbaguna) yang glutten free.

Untuk membangun pasar, Annisa masuk ke banyak komunitas yang memang membutuhkan produk bebas glutten. Tak lelah ia menjelaskan pentingnya tepung yang bebas gluten. Tiga tahun pertama adalah tahun perjuangan untuk mengedukasi pasar. Untuk bertahan hidup, ia juga mulai mengekspor karena pasar glutten free di luar negeri sudah eksis karena di sana banyak orang yang alergi terigu.

Boleh dibilang, bisnis Ladang Lima melesat sejak 2016. Saat itu Annisa berinovasi dengan membuat cookies ready to eat berbahan singkong. “Ternyata, orang Indonesia ketika diberi tepung saja malas untuk membuat sesuatu. Karena itu, kami buat cookies. Kami konsisten menjadi pionir dalam membuat cookies glutten free di Indonesia berbahan dasar singkong,” katanya.

Untuk menggulirkan bisnisnya, menurut Annisa, modalnya tak banyak. Ia menggunakan tabungan dan sedikit pinjaman untuk modal usaha. Ia berkolaborasi dengan masyarakat sekitar untuk mengembangkan bisnis. Misalnya, untuk pengadaan singkong, ia mengelola lahan seluas 100-an hektare, bekerjasama dengan masyarakat Pasuruan. Demikian juga untuk penjualan, ia bekerja dengan reseller yang kebanyakan ibu-ibu usia 25-35 tahun yang ia namai Mitra Sehat.

“Saat ini 65% penjualan kami berasal dari Mitra Sehat. Mereka adalah ibu-ibu yang ingin mencari tambahan penghasilan dengan menjadi reseller kami,” kata Annisa. Total Ladang Lima memiliki 500-an reseller di seluruh Indonesia. Ladang Lima dijual secara offline dan online melalui official store-nya dan sejumlah modern market.

Untuk mengembangkan pasar, Annisa dan timnya terus mengedukasi pasar dengan menggelar demo masak dan memberikan resep gratis ke calon konsumen. “Kami juga bekerjasama dengan pakar nutrisi, influencer yang peduli kesehatan,” ujarnya.

Dari sisi produk pun, terus dilakukan inovasi. Saat ini produk yang dihasilkan Ladang Lima antara lain tepung serbaguna, tepung pancake, tepung bumbu, noodle (bekerjasama dengan petani sayur organik), cookies (varian dewasa dan anak-anak), serta pasta (varian original, mac, dan cheese). Sejauh ini produk best seller-nya ialah cookies, pasta, dan bumbu.

Pasar ekspor tetap dijaga walaupun belum menjadi prioritas. Saat ini porsinya 10-15%. “Sejak berdiri, kami sudah melakukan ekspor ke UK, Hong Kong, California, Chicago, Melbourne, Sydney, Singapura, dan Malaysia,” kata Annisa.

Saat ini omset per tahun Ladang Lima sebesar Rp 7 miliar-8 miliar. Kapasitas produksi tepung mencapai 25 ton/bulan, cookies 35 ribu pack/bulan, dan pasta 4 ton/bulan. Tahun ini pihaknya akan meningkatkan kapasitas produksi tepung dua kali lipat karena permintaan untuk ekspor bertambah. Untuk produk lain, target pertumbuhan 35%. Pihaknya juga akan menggenjot distribusi dengan menjual secara langsung dengan kargo ke daerah-daerah yang belum terjangkau. (*)

Sudarmadi & Anastasia A.S.

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved